144 Siswa SMAK Penabur Rela Berkendara 17 Jam ke Banyuwangi, demi Apa?

Kompas.com - 02/04/2024, 15:22 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Sebanyak 144 siswa dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Penabur, Jakarta menyusuri Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur (Jatim). DOK. Humas BPK Penabur Sebanyak 144 siswa dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Penabur, Jakarta menyusuri Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur (Jatim).

KOMPAS.com - Matahari sore mengiringi perjalanan 144 siswa dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur, Jakarta menyusuri Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur (Jatim). 

Rombongan siswa menempuh perjalanan 14 jam di kereta api dari Stasiun Gambir ke Stasiun Jember, kemudian dilanjutkan 3 jam melaju di atas roda empat. Namun, semua rasa lelah itu terbayar ketika disuguhkan pemandangan menakjubkan Baluran. 

Tempat itu memiliki sabana yang luas membentang, pepohonan nan rindang lengkap dengan puluhan monyet yang bertengger, kumpulan kerbau membersihkan diri di kubangan, merak yang mengintip malu-malu dari balik pohon, dan kawanan kijang berjalan beriringan dengan latar belakang Gunung Baluran yang megah.

Pemandangan tersebut dinikmati para siswa dari atap hardtop yang melaju tenang. 

Sambil berkenalan dengan udara di sana, para siswa saling berkenalan dan menyapa teman-teman baru dari sekolah yang berbeda. 

Baca juga: PENABUR Kids Fest 2024, Upaya BPK PENABUR Jakarta Dorong Siswa Jadi Inovator Muda

Tak lama, hardtop berhenti di Pantai Bama Baluran. Pemandangan laut nan biru dengan pasir putih yang memikat mata membuat para siswa tersenyum ceria. 

Mereka menghabiskan waktu dengan menikmati air laut yang tenang sambil berlarian mengabadikan momen bersama. Ada pula yang tergerak membersihkan sampah berceceran di sepanjang pantai.  

Ketika hari mulai gelap, para siswa beranjak menuju homestay di Kecamatan Licin, Banyuwangi dan bermalam bersama dengan teman-teman yang baru mereka jumpai. 

Meskipun badan terasa lelah, mereka tampak antusias dan saling berbincang hingga tak terasa sudah larut malam.

“Saya juga berkunjung ke homestay yang lainnya, selain mengunjungi teman satu sekolah, saya pun berkenalan dengan teman-teman baru disana,” ujar Ingwer Arief Budiman Gulo, siswa SMA Kristen (SMAK) 1 Penabur dalam siaran pers, Selasa (2/4/2024).

Baca juga: BPK Penabur Jakarta Punya Program Khusus demi Kerek Potensi Siswa

Belajar yang tidak dibatasi tembok kelas

Keesokan harinya, para siswa melanjutkan perjalanan menuju Desa Wisata Gombengsari untuk belajar tentang kopi dan cara mengolah biji kopi dengan teknik tradisional.

Para pemandu mengajak siswa berkeliling dan mempelajari jenis-jenis kopi yang ada di kegiatan tersebut.

Sembari menunjukkan jalan, salah seorang pemandu mengatakan, Indonesia memiliki banyak varian kopi. Khusus di Desa Gombengsari, kopi yang ditanam adalah robusta. 

“Keunggulannya karena ditanam dengan teknik campur sari bersama pohon buah-buahan lain, kopi yang dihasilkan memiliki cita rasa yang unik,” jelasnya.

Usai wisata edukasi, para siswa kembali dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan belajar dari para ibu pembuat kopi di desa tersebut. 

Mereka belajar mulai dari menyangrai biji kopi sampai matang di atas tungku kayu yang panas, mendinginkannya, lalu menumbuk hingga halus dengan alu dan lesung kayu. 

Baca juga: Ukrida dan BPK Penabur Jalin Kolaborasi Gaungkan Semangat Bersama Membangun Negeri

Setelah biji kopi dirasa cukup halus, bubuk tersebut kemudian diayak. Hasil ayakan ini dimasukkan dalam kemasan yang sudah tersedia. 

Siswa SMAK Penabur Kota Wisata, Maria mengatakan, proses pembuatan kopi di desa tersebut tidak terlalu susah, tetapi prosesnya cukup lama. 

“Hal yang berkesan dari proses ini kami bisa belajar dan saling berbagi dengan ibu pembuat kopi serta teman satu kelompok,” ungkapnya.

Tidak hanya belajar membuat kopi, para siswa juga berkesempatan belajar seni tari dan alat musik tradisional khas Banyuwangi di Taman Gandrung Terakota. 

Ada juga yang belajar membuat anyaman bambu dan yang lain belajar memasak kue tradisional, yaitu kue kucur dan klemben gula aren bersama warga desa Tamansari.

Baca juga: BPK PENABUR Jakarta Ajak iGeneration Keluar dari Zona Nyaman lewat Petualangan Edukatif

“Rasa kuenya enak sekali, saya belum pernah makan yang seperti ini di Jakarta,” tutur Estefania, siswa SMAK 3 Penabur sambil menikmati kue cucur hasil masakannya.

Malam harinya, seluruh siswa berkumpul di Taman Gandrung Terakota untuk menampilkan hasil belajarnya. 

Mereka yang memasak menyajikan hasil masakannya dengan menggunakan alas saji hasil anyaman yang dibuat siswa kelompok anyam.  

Sembari menikmati sajian nikmat itu, mereka menyaksikan penampilan tari gandrung dengan iringan gamelan, hasil belajar teman-teman mereka. 

Kolaborasi tersebut terbilang dahsyat mengingat persiapan mereka hanya tiga jam.

Siswa SMAK Penabur yang belajar bermain gamelan kemudian menampilkannya di depan teman-temannya.
DOK. Humas BPK Penabur Siswa SMAK Penabur yang belajar bermain gamelan kemudian menampilkannya di depan teman-temannya.

Kebersamaan malam itu semakin hangat bersama Tiffany, siswa SMAK 1 Penabur, dan Rebecca, siswa SMAK 7 Penabur, yang didaulat menjadi pembawa acara.

Baca juga: BPK PENABUR Jakarta Terus Berinovasi Memberikan Pendidikan Unggul bagi Peserta Didik

“Mari teman-teman, kita maju dan menari Maumere bersama,” ajak kedua pembawa acara kepada para siswa yang duduk. 

Satu per satu siswa maju ke tengah panggung bersama Tiffany dan Rebecca.

Taman Gandrung Terakota ikut berdendang ketika lagu Maumere diputar dan para siswa bernyanyi serta berjoget bersama mengikuti arahan MC.

Putar ke kiri e. Nona manis putarlah ke kiri. Ke kiri ke kiri ke kiri dan ke kiri ke kiri ke kiri ke kiri manis e,” seru mereka.

Berbagi untuk para buta aksara

Selain membuat kopi dan kue tradsional, para siswa juga berkesempatan untuk mengenal dan membangun relasi dengan warga lokal di Banyuwangi. Para siswa juga bisa membantu warga lokal untuk lepas dari buta huruf.

Baca juga: Lewat Permainan, Ini Rekomendasi BPK Penabur Asah Otak Siswa sejak Dini

“Selamat datang di Kampung Batara Dusun Papring (Rumah Baca Taman Rimba). Di sini ada sekitar dua ratusan siswa dari usia 20-60 buta aksara dan kami mulai mengajari mereka sejak 2015,” ujar Pendiri Rumah Budaya Kampung Batara Widie Nurmahmudy.

Wedie mengatakan, rumah baca tersebut bertujuan mengurangi tingkat buta aksara dan mencegah pernikahan dini. Ia pun menceritakan perjuangannya dulu hingga ke tengah hutan untuk memperkenalkan baca tulis kepada warga setempat.

Sementara itu, Ketua Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur Jakarta Kenny Lim mengaku gembira karena mendapatkan sambutan hangat dari Kampung Batara. 

“Kami bersyukur diberi kesempatan untuk belajar dari Bapak dan Ibu semua. Semoga anak-anak kami dapat membantu para penduduk di sini,” harapnya di hadapan siswa dan warga. 

Setelah itu, para siswa berbagi ilmu dengan warga belajar di sana. Ada yang belajar membaca, menulis, atau menghitung sesuai kondisi belajar warga.  

Baca juga: 5 Cara Ajarkan Anak SD Berhitung Cepat, Rekomendasi BPK Penabur

Para siswa memanfaatkan buku tulis, buku bacaan, alat peraga, hingga gawai untuk membantu proses transfer ilmu tersebut.

“Ibu yang saya ajar usianya 52 tahun. Saya tanyakan apa yang belum bisa. Katanya pembagian, jadi diperdalam di situ dulu, baru dilanjutkan dengan yang lain,” tutur Elvio, siswa SMAK Penabur Kota Jababeka.

Elvio mengaku senang karena bisa berbagi ilmu dan berbagi kasih melalui paket sembako. 

“Saya tadi belajar sama anak-anak dari BPK Penabur Jakarta. Ada perkalian, pembagian, tambahan, dan membaca. Mereka baik-baik sekali dan mau mengajar kami dengan sabar,” tutur Ibu Subiah. 

Subiah berpesan kepada para siswa agar terus menimba ilmu setinggi-tingginya dan mau kembali untuk mengajar warga di sana.

Baca juga: BPK PENABUR Jakarta dan Coding Bee Academy Gelar K-12 Computer Science Education Fair 2022

Menyelesaikan tantangan

Usai melaksanakan berbagai tantangan dan mendapatkan banyak pengalaman, para siswa melanjutkan kegiatan dengan menikmati keindahan wisata Banyuwangi.  

Mereka menyaksikan De Djawatan yang menyuguhkan keanggunan dari pohon-pohon berusia ratusan tahun.

Tak kalah menarik, mereka menyaksikan sunset di Pulau Merah sebagai penutup yang indah untuk dibawa pulang kembali ke Jakarta.

Perjalanan ratusan siswa SMAK Penabur Jakarta adalah ajang wisata edukatif tahunan yang diselenggarakan BPK Penabur Jakarta. 

Berlangsung dari 22-27 Maret 2024, Spirit of Challenge kali ini memilih The Sunrise of Java alias Banyuwangi sebagai lokasi kegiatan.

Baca juga: Siswa BPK Penabur Jakarta Sumbang 5 Medali untuk Tim Indonesia di IZhO 2022

Bergabunglah dengan BPK Penabur Jakarta dan nikmati keseruan Spirit of Challenge selanjutnya!

Bagikan artikel ini melalui
Oke