KOMPAS.com - Paduan suara besutan Badan Pendidikan Kristen (BPK) Penabur Jakarta, Penabur Children Choir (PCC), kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Sebanyak 41 peserta didik berusia 9 sampai 17 tahun melangkah ke Harumi, Tokyo, Jepang, untuk berlaga di 7th Tokyo International Choir Competition pada 24–27 Juli 2025.
Pada ajang bergengsi tersebut, PCC tampil memukau dan membawa pulang sederet prestasi membanggakan:
Artistic Director PCC Jessica F Amadea menuturkan bahwa penghargaan Winner Best Interpretation menjadi momen paling berkesan.
“PCC menjadi satu-satunya paduan suara anak yang meraih penghargaan tertinggi, bersaing dengan paduan suara dewasa. Apresiasi ini bahkan dinilai langsung oleh komposer lagu dan juri,” ujarnya melalui siaran pers, Senin (11/8/2025).
Salah satu anggota PCC sekaligus peserta didik SMAK Penabur Summarecon Bekasi, Chiara Benita Joevanca Silalahi, mengaku rasa takut dan gugup selalu hadir sebelum naik panggung.
Baca juga: Surya Paloh: Pemilu 2029 Jadi Panggung Utama Kaum Muda, Nasdem Magnet-nya
“Biasanya kami menyanyikan lagu-lagu rohani dan berdoa sambil berpegangan tangan membentuk lingkaran untuk menghilangkan perasaan itu,” katanya.
Ketika nama PCC diumumkan sebagai pemenang, terutama di Contemporary Category, Chiara tak kuasa menahan haru.
“Kami tidak berekspektasi menang. Begitu diumumkan, kami langsung teriak kegirangan dan menangis sambil mengucap syukur kepada Tuhan,” tambahnya.
Menurut Jessica, keberhasilan PCC adalah buah dari latihan intensif selama tujuh bulan, dukungan penuh orangtua, dan kerja sama tim yang solid di belakang layar.
Standar kompetisi yang tinggi membuat mereka harus menyiapkan tujuh lagu dengan latihan vokal, teknik bernyanyi, dan interpretasi mendalam.
Tak hanya aspek musikal, anak-anak juga dibiasakan tampil di depan umum melalui showcase rutin yang disaksikan orangtua.
Baca juga: Ditinggal Pergi Orangtua, 2 Balita di Kupang Tewas Terbakar dalam Rumah
“Kami menerapkan disiplin ketat dalam berlatih karena itu sangat memengaruhi perkembangan bermusik,” jelas Jessica.
Menurutnya tantangan terbesar dalam proses latihan adalah keterbatasan waktu. Idealnya, paduan suara berlatih tiga hingga empat kali seminggu. Namun, PCC hanya bisa sekali seminggu karena anggota tersebar di berbagai sekolah BPK Penabur Jakarta di Jabodetabek.
“Cara mengatasinya adalah dengan membuat guide untuk anak-anak berlatih mandiri di rumah. Mereka pun harus mengirimkan hasil rekaman latihan kepada kami agar terlihat progresnya,” tutur Jessica.
Pada kesempatan itu, Chiara menambahkan, kesulitan terbesar baginya adalah menghafal lagu.
Namun, latihan bersama pelatih dan teman-teman membuat proses itu lebih ringan.
“Bersama-sama kami berlatih teknik bernyanyi, interpretasi, hingga menghafal lagu. Secara individu, saya juga berlatih sendiri di rumah agar semakin lancar ketika latihan bersama.” ucap Chiara.
Baca juga: Korut Ancam Beri Balasan Tegas Jika Latihan Militer Korsel-AS Provokasi
Ia juga menjaga keseimbangan antara sekolah dan latihan dengan memaksimalkan waktu belajar di hari kerja, sehingga akhir pekan bisa fokus pada PCC.
“Saya dan teman-teman anggota PCC lainnya juga mengambil waktu break latihan untuk belajar karena harus mengejar materi pelajaran agar tidak ketinggalan.” ungkap Chiara.
Bagi Chiara, mengikuti kompetisi tersebut bukan hanya soal bernyanyi, tetapi juga tentang kebersamaan dan dukungan tim.
“Ini bukan sekadar perjalanan musik, tapi juga saling menopang, mendoakan, dan berjuang demi tujuan yang sama,” katanya.
Pengurus BPK Penabur Jakarta Purnomo Sigit yang mendampingi PCC di Jepang, mengaku bangga dengan kedisiplinan dan tanggung jawab anak-anak.
“Selamat kepada tim PCC yang berhasil meraih penghargaan. Saya terkesan dengan anak-anak yang begitu disiplin dan bertanggung jawab atas tugas mereka, serta tujuan untuk mencapai kemenangan,” ucapnya.
Baca juga: Ada Tarif Trump, Mendag Yakin 10 Komoditas Ekspor RI Tetap Kompetitif
Purnomo menambahkan, PCC memiliki jiwa kompetitif, rasa percaya diri, semangat saling membantu, terbiasa bekerja dengan target, menghargai peserta lain, dan selalu mengandalkan Tuhan.
“Semua ini mencerminkan profil peserta didik Penabur yang BEST: be tough, excel worldwide, share with society, trust in god,” ujarnya.
Di akhir, Chiara berpesan kepada generasi muda Indonesia agar tidak takut bermimpi.
“Jangan takut bermimpi dan berharap. Realisasikanlah mimpi itu dengan bekerja keras dan serahkan semuanya kepada Tuhan,” imbuhnya.