KOMPAS.com - Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI) dalam Bidang Ilmu Pendidikan Manajemen pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Janah Sojanah mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya memberikan dampak negatif terhadap perusahaan.
Menurutnya, pandemi Covid-19 juga memberikan pelajaran positif, khususnya bagi manajemen sumber daya manusia (MSDM). Oleh karenanya, manajemen harus aktif dalam memperkirakan arus kas.
“MSDM juga harus melakukan redesign kerja, optimalisasi, dan efisiensi. Ketiga, analisis tingkat dampak keparahan,” ujar Janah dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (27/5/2022).
Pernyataan tersebut diungkapkan Janah saat menyampaikan pidato tentang “Kinerja SDM di Masa Pandemi Covid-19 Menuju Era New Normal” dalam acara pengukuhan guru besar secara resmi oleh Rektor UPI di Kampus UPI, Kamis (19/5/2022).
Baca juga: Dari Tantangan hingga Solusi, Begini Cara Adaptasi Industri Manufaktur di Era New Normal
Keempat, lanjut Janah, MSDM melakukan peninjauan database karyawan kunci dan rencana suksesi, restrukturisasi, layoff, dan bentuk efisiensi lain.
“Kelima, menghindari pengambilan keputusan secara tergesa-gesa dan tidak optimal,” imbuhnya.
Keenam, sebut Janah, MSDM dapat beradaptasi pada perubahan budaya dalam organisasi, serta perubahan cara kerja akan membangun perubahan budaya dalam organisasi.
Ketujuh, kata dia, MSDM memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola manusia dan strategi bisnis bagi departemen atau manajer MSDM. Hal ini seperti berkaitan dengan peristiwa Covid-19.
Kedelapan, information asymmetry, yaitu peran strategis MSDM pada tata kelola informasi bagi organisasi.
“Sembilan, separate signal atau noise. Di tengah kondisi yang serba tidak menentu MSDM diharapkan mampu fokus hanya pada hal hal yang relevan bagi organisasi,” imbuh Janah.
Adapun yang terakhir adalah office guidance. Adanya Covid-19 bisa membuat MSDM mampu menjadi petunjuk dan menjelaskan kebutuhan talent, kepemimpinan, dan organisasi.
Baca juga: Pemkab Bolaang Mongondow Selatan Gandeng UT Tingkatkan Kompetensi SDM Daerah
Pada kesempatan itu, Janah menjelaskan, ada beberapa pergeseran peran dari MSDM akibat pandemi.
“Pergeseran peran yang dimaksud yaitu, MSDM harus memetakan kebutuhan kuantitas dan kualitas SDM,” ucapnya.
Kemudian, lanjut Janah, MSDM harus terus menerus mensosialisasikan mengenai new normal.
MSDM juga harus senantiasa menjaga kesehatan fisik, mental seluruh anggota organisasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran virus SARS-CoV-2 agar tidak menular kepada SDM perusahaan yang lain.
Baca juga: Sambut IKN, Peruntukan Dana CSR di Kaltim Diminta untuk Pembangunan SDM
Lebih lanjut, Janah menjelaskan, MSDM dapat dipahami sebagai aktivitas penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan SDM untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.
Menurutnya, MSDM sangat berperan penting dalam proses mengevaluasi performa SDM.
Selain evaluasi, kata Janah, MSDM juga berperan memastikan masing-masing SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan job desk.
“Manajemen SDM biasanya melakukan pelatihan dan penilaian dalam pengadaan SDM pada suatu perusahaan,” jelasnya.
Fungsi MSDM sendiri secara umum dibedakan menjadi manajerial dan operasional.
Baca juga: Planning adalah Perencanaan untuk Capai Tujuan, Simak Penjelasannya
Adapun fungsi manajerial, meliputi planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), directing (pengarahan), dan controlling (pengawasan/pengendalian).
Sementara itu, fungsi operasional terdiri atas procurement (pengadaan tenaga kerja), development (pengembangan), compensation (kompensasi), integration (integrasi), maintenance (pemeliharaan), dan separation (pemutusan hubungan kerja).
Seperti diketahui, bahwa pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia sejak 2019 telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat.
“Selama pandemi Covid-19, hampir semua pekerjaan dilakukan melalui digital dengan jarak jauh, termasuk MSDM,” ucap Janah.
Baca juga: 6 Industri Siap Dukung Pendidikan Vokasi untuk Lahirkan SDM Unggul
Banyak kebijakan dan praktik MSDM, kata dia, harus diubah selama pandemi Covid-19. Hal ini untuk memastikan bisnis dapat beroperasi seefektif mungkin sambil melindungi SDM mereka.
Janah mengungkapkan, strategi MSDM tentu saja sangat penting untuk dapat bertahan dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Selama pandemi Covid-19 beberapa strategi yang diterapkan perusahaan khususnya dalam bidang MSDM, antara lain komunikasi karyawan untuk meningkatkan kesadaran, mengelola pengaturan kerja yang fleksibel, dan menerapkan tindakan pencegahan,” jelasnya.
Strategi lainnya, lanjut Janah, mengatasi kekhawatiran karyawan tentang kebijakan tempat kerja, digitalisasi praktik SDM, hubungan manajer-pekerja, dan tindakan kesehatan karyawan serta meninjau atau memodifikasi kebijakan kesejahteraan karyawan.
Baca juga: Simposium PPIDK Timtengka 2022, Dukung Pembangunan SDM Berkualitas
Meski pandemi Covid-19 melanda, Janah mengatakan, dunia tetap harus memaksa perekonomian agar berjalan.
Ia menyebut bahwa new normal menjadi solusi untuk tetap menjalankan roda perekonomian, agar tetap berjalan.
“Penerapan tatanan new normal ini berlaku untuk semua manusia, pada tingkat individual, kelompok, dan masyarakat,” ujar Janah.
Dampak Covid-19, lanjut dia, tidak hanya mempengaruhi ekonomi tetapi juga kesehatan bahkan nyawa manusia.
Baca juga: Apa Kabar New Normal?
Maka untuk menjaga kelangsungan hidup, kata Janah, manusia diharapkan bisa hidup berdampingan dan berdamai dengan Covid-19.
Dalam menghadapi era new normal, menurut Janah, MSDM perlu mengadopsi konsep vision, understanding, clarity, dan agility (VUCA) terutama dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan.
VUCA merupakan situasi atau kondisi lingkungan bisnis yang tengah mengalami gejolak atau volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, serta ambiguitas.
“VUCA bisa dideskripsikan sebagai gambaran situasi dunia bisnis di masa kini, yang dinyatakan sebagai VUCA negatif,” jelas Janah.
Baca juga: Perkuat Pendidikan Karakter di Masa New Normal, Mentari Group Luncurkan Program Ibu Pertiwi
Agar tetap optimistis, lanjut dia, diperlukan suatu hal positif untuk mengatasi VUCA yang bermakna negatif, yaitu dengan VUCA Prime ciptaan Johansen (2012).
“Dari VUCA negatif dan positif, menurut pendapat saya tidak cukup hanya empat aspek saja yang menjadi tolak ukur dalam menghadapi pandemi ini,” ucap Janah.
Akan tetapi, lanjut dia, pada pemaparan kali ini, dirinya memberanikan diri menambahkan enam dari 10 aspek yaitu, sadar, sabar, ikhlas, berusaha, berdoa dan bahagia.
Baca juga: Mendorong Peran Dinas Pendidikan pada Era New Normal Pendidikan
Penambahan aspek tersebut dinyatakan menjadi VUCA Plus. Adapun tujuannya agar situasi sekarang di hadapi dengan kesadaran, kesabaran, keikhlasan, berusaha, jangan lupa berdoa serta tidak terjadi stress.