KOMPAS.com – Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Ade Sobandi menyatakan bahwa kurikulum pendidikan manajemen perkantoran perlu mengakomodasi penguatan keterampilan abad ke-21.
Untuk itu, kata dia, kurikulum pendidikan manajemen perkantora perlu untuk menekankan pada digital literacy skills, yaitu information literacy, media literacy, dan technology literacy (MIT).
Ade mengatakan, bahwa dalam pendidikan manajemen perkantoran perlu dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi.
“Agar optimal, perlu untuk mengadopsi konsep education 4.0, revolusi industri 4.0, dan masyarakat 5.0 atau society 5.0,” kata Ade dalam keterangan tertulisnya, Jumat (27/5/2022).
Hal tersebut dikatakan Ade Sobandi saat menyampaikan pidato pemikirannya mengenai Pengelolaan dan Implementasi education 4.0 di Pendidikan Tinggi dalam peningkatan mutu pendidikan manajemen perkantoran di Kampus UPI, Rabu (18/5/2022).
Pidato tersebut disampaikan Ade Sobandi dalam rangka pengukuhan dirinya secara resmi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) oleh Rektor UPI, di Kampung UPI.
Baca juga: Dukung Pemajuan Pendidikan, Eduversal Gelar Program Pengembangan Kecakapan Mengajar
Ade Sobandi mengatakan perkembangan manajemen perkantoran tidak pernah lepas dari perkembangan ilmu manajemen, mulai dari hal yang klasik, modern, dan postmodern.
“ Manajemen perkantoran tidak hanya sebatas menangani pekerjaan teknis atau ketatausahaan semata. Ini karena, manajemen perkantoran dapat diartikan sebagai bagian dari organisasi yang terlibat dalam menjalankan semua fungsi manajemen,” ucap Ade.
Adapun fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengambilan kebijakan, kegiatan organisasi, koordinasi, dan komunikasi, kata Ade Sobandi adalah untuk mencapai tujuan organisasi.
Lebih lanjut, Ade mengatakan bahwa tujuan akhir dari manajemen perkantoran yang adalah kinerja yang efisien dan efektif dari organisasi secara keseluruhan yang berfokus pada adaptasi perubahan teknologi informasi dan komunikasi digital.
Sementara itu, Ade mengatakan, terkait munculnya tren baru dalam manajemen perkantoran, maka ada empat bidang utama yang perlu dikembangkan dalam pendidikan manajemen perkantoran.
“Bidang itu adalah teknologi, komunikasi, manajemen mutu, dan manajemen kearsipan pada jenjang pendidikan mulai dari sekolah menengah, Strata 1 (S1), S2, dan S3,” jelas Ade.
Baca juga: Pendidikan Vokasi Diharapkan Tidak Hanya Ciptakan Lulusan Siap Kerja
Pada kesempatan tersebut, Ade mengatakan, munculnya revolusi industri 4.0 ditandai dengan adanya mesin cerdas atau smart machines dan globalisasi serta teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence ( AI).
“Dari revolusi industri yang terjadi sebelumnya, saat ini lebih menekankan pada teknologi digital dengan bantuan interkonektivitas melalui internet of things (IoT), akses terhadap real-time data, dan pengenalan mengenai cyber-physical systems,” ujar Ade.
Ade mengatakan bahwa eevolusi industri 4.0 menghubungkan antara fisik dengan digital serta memungkinkan terjadinya kolaborasi dan akses yang lebih baik di seluruh departemen, mitra, vendor, produk, dan orang-orang.
“(Hal tersebut) untuk lebih mengendalikan dan memahami setiap aspek operasi serta memungkinkan organisasi dapat memanfaatkan data dan informasi secara cepat untuk meningkatkan produktivitas, mengoptimalkan proses, dan mendorong pertumbuhan,” jelas Ade.
Baca juga: Kemendikbud: 8.105 Guru Jalani Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5
Ia melanjutkan revolusi industri 4.0 juga ditandai dengan hadirnya cyber physical system yang memungkinkan manusia untuk dapat memproduksi data dalam skala besar untuk tujuan kuantifikasi perilaku manusia dan sosial.
Hal itu dikarenakan, generasi saat ini dituntut untuk menjadi manusia yang relevan dalam perkembangan masyarakat digital baru.
Ade menambahkan, ada lima tantangan baru yang harus dihadapi oleh para lulusan pendidikan tinggi dan tenaga kerja masa kini.
Pertama, perubahan cepat dari kompetensi yang dibutuhkan. Kedua, peningkatan dan perluasan melalui penggunaan otomatisasi robot.
Ketiga, penciptaan pekerjaan baru untuk pekerja berketerampilan tinggi di bidang perencanaan, konfigurasi, dan pemeliharaan teknologi baru. Keempat, adanya kualifikasi formal tidak lagi digunakan sebagai persyaratan masuk untuk pekerjaan. Kelima, ada peningkatan harapan mengenai fleksibilitas individu.
“Lima atau sepuluh tahun ke depan, kompetensi yang sedang dibangun oleh pendidikan tinggi mungkin pada gilirannya tidak terlalu relevan dengan kebutuhan pada masa depan. Maka diperlukan adaptasi dari para generasi Z dan generasi Alpha untuk menanggapi perubahan tersebut,” jelas Ade.
Baca juga: 6 Industri Siap Dukung Pendidikan Vokasi untuk Lahirkan SDM Unggul
Infrastruktur yang memadai
Lebih lanjut, Ade Sobandi mengatakan bahwa sejalan dengan sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi, infrastruktur yang memadai dalam suatu lembaga pendidikan tinggi dapat mendukung strategi peningkatan mutu pada aspek tata-kelola kelembagaan.
Tidak hanya itu, ia menyatakan, peningkatan mutu juga dapat dilakukan melalui peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) dosen, pengembangan kurikulum, pengembangan fasilitasi pembelajaran, penguatan penelitian, dan pengabdian serta kerjasama.
“Dalam proses pembelajaran di era education 4.0, dosen perlu untuk memiliki pengetahuan yang memadai terkait integrasi aspek teknologi, pedagogical, dan content knowledge (TPaCK),” ungkap Ade Sobandi
“Lembaga pendidikan tinggi perlu mengedepankan strategi untuk memadukan AI, internet of things, dan big data dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang memungkinkan adanya massive opern online course (MOOC), learning management system (LMS), pembelajaran synchronous dan asynchronous, serta keterlibatan mahasiswa dalam belajar,” tambah Ade.
Baca juga: Di EdWG G20, Nadiem Paparkan Upaya Kemendikbud Pulihkan Pendidikan
Menurut Ade, dalam menghadapi peluang dan tantangan education 4.0, lembaga pendidikan setidaknya perlu untuk melakukan beberapa hal, diantaranya menanamkan nilai-nilai akademis secara menyeluruh, kritis, jujur, logis, rasional, dan objektif.
Lalu memperkuat adaptabilitas civitas akademika dalam menyongsong perubahan di lingkungan makro, messo, dan mikro. Membuat dan mengawal program untuk melatih kreativitas, membuat program yang dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dengan memanfaatkan pengelolaan kolaboratif pentahelix.
“Kemudian perlu optimalisasi filter informasi sehingga dapat memilah informasi dengan benar, merancang roadmap pendidikan yang tepat, menyiapkan formasi untuk pembelajaran sepanjang hayat, dan peningkatan mutu pendidikan manajemen perkantoran dengan menerapkan konsep education 4.0, revolusi industri 4.0, dan society 5.0,” kata Ade.