KOMPAS.com - Organisasi filantropi independen Tanoto Foundation menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) terkait upaya percepatan penurunan stunting.
Salah satu program percepatan penurunan stunting yang dilakukan Tanoto Foundation adalah peningkatan kualitas pengasuhan anak usia dini.
Intervensi tersebut dilakukan dengan mendirikan pusat layanan pengasuhan untuk stimulasi dan pembelajaran dini bagi anak usia 0-3 tahun yang disebut Rumah Anak SIGAP.
Pada Selasa (8/8/2023), Rumah Anak SIGAP dari Tanoto Foundation resmi hadir di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.
Kehadiran Rumah Anak SIGAP di Kota Semarang adaalah untuk mendukung pencegahan stunting yang sudah mengalami penurunan cukup signifikan.
Baca juga: Peduli Stunting, Ketua Bhayangkari Sulbar Fokus Pangan Olahan Kebutuhan Medis
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menyatakan, tingkat stunting di Kota Semarang pada 2022 adalah 10,40 persen. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 16,40 persen.
Head of Early Childhood and Education Development (ECED) Tanoto Foundation Eddy Henry mengatakan, Rumah Anak SIGAP mengembangkan model layanan yang bertujuan membekali keluarga agar mampu memberikan pengasuhan serta terintegrasi dengan layanan kebutuhan esensial anak lainnya.
Pengasuhan itu diharapkan mendukung tumbuh kembang optimal anak usia 0-3 tahun secara menyeluruh (holistik).
Eddy mengatakan, beragam layanan Rumah Anak SIGAP ditujukan untuk memastikan setiap anak usia 0-3 tahun berkembang sesuai dengan usia mereka dan siap bersekolah.
“Hal tersebut dapat terwujud dengan peran orangtua sehingga penting bagi kami untuk memberikan edukasi kepada orangtua mengenai praktik pengasuhan yang tepat,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (9/8/2023).
Baca juga: Menyusui dan MPASI: Esensi Tandem Pencegahan Stunting sejak Dini
Lebih lanjut, Eddy menjelaskan, upaya percepatan penurunan stunting memerlukan perbaikan pada pola makan, pola hidup bersih dan sehat, serta pola asuh.
“Modal penting bagi tumbuh kembang anak adalah pengasuhan yang optimal. Ketika anak tidak mendapatkan itu, tumbuh kembang mereka dapat terganggu sehingga risiko tumbuh menjadi anak yang stunting menjadi lebih tinggi,” ujarnya.
Dia mengatakan, pihaknya tengah mencoba pengasuhan yang optimal dengan meningkatkan kualitas pola pengasuhan orangtua.
Adapun, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan kekurangan gizi kronis, penyakit infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial yang terjadi sejak janin dalam kandungan sampai usia dua tahun atau 1.000 hari pertama kehidupan.
Rumah Anak SIGAP di Kota Semarang dijalankan dengan menggandeng Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (Rumah Pelita). Baduta adalah anak usia di bawah dua tahun.
Baca juga: Dukung Pengentasan Stunting, Poslog Gandeng KTB Distribusikan Telur dan Ayam
Rumah Pelita merupakan intervensi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang dalam menangani stunting dari hulu ke hilir.
Tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak stunting, Rumah Pelita juga mewadahi pelayanan bagi ibu hamil yang mengalami anemia dan kekurangan energi kronis (KEK).
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, Rumah Anak SIGAP dan Rumah Pelita akan menjadi contoh dan salah satu legacy dalam dalam program pengasuhan anak usia 0-3 tahun dan penurunan angka stunting di Kota Semarang.
Hevearita mengatakan, Pemkot Semarang berterima kasih kepada Tanoto Foundation atas dukungan yang berfokus pada pengasuhan, pendidikan, dan kesehatan tersebut.
"Kolaborasi ini adalah wujud nyata semangat Semarang Bergerak Bersama untuk memajukan Kota Semarang,” ujarnya dalam peresmian Rumah Anak SIGAP di Semarang.
Baca juga: Peningkatan Intervensi pada Ibu Menyusui Dapat Cegah Stunting
Hevearita berharap, peresmian Rumah Anak SIGAP dan Rumah Pelita akan memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di Kelurahan Bandarharjo dan umumnya masyarakat Kecamatan Semarang Utara.
Untuk diketahui, dalam beberapa tahun terakhir Provinsi Jateng berhasil menurunkan prevalensi stunting.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Provinsi Jateng prevalensi stunting pada 2018 mencapai 31,2 persen. Sementara itu, berdasarkan data SSG, angka prevalensi stunting Jateng pada 2022 turun menjadi 20.8 persen dengan total penduduk sebanyak 36,7 juta jiwa (BPS 2021).
Meskipun angka penurunan tersebut cukup signifikan, tetapi Jateng masih masuk ke dalam lima provinsi dengan jumlah balita stunting terbanyak di Indonesia.
Oleh karena itu, Pemprov Jateng bekerja sama dengan Tanoto Foundation menurunkan stunting sejak 2022.
Terdapat empat Rumah Anak SIGAP yang menjadi kolaborasi Tanoto Foundation bersama Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yaitu di Kota Semarang, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Tegal.
Baca juga: Berkat Program dari Ganjar, Angka Stunting di Jateng Berkurang 51 Persen dalam 4 Tahun
Pada Juli 2022, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meresmikan Rumah Anak SIGAP di Desa Kluwut, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.
Pada Februari 2023, Bupati Tegal Umi Azizah meresmikan Rumah Anak SIGAP di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
Selain Rumah Anak SIGAP, program Tanoto Foundation di Jateng meliputi peningkatan kapasitas pemerintah Kabupaten/Kota melalui strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan tim pendamping keluarga.
Kerja sama Tanoto Foundation dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan berakhir pada 2025.
Untuk diketahui, Tanoto Foundation merupakan organisasi yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981.
Baca juga: Bantu Perangi Stunting, Tanoto Foundation Raih Penghargaan Mitra Kerja BKKBN