KOMPAS.com- Universitas Indonesia (UI) dan Tanoto Foundation bekerja sama dengan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Republik Indonesia (RI)/Badan Perencana Pembangunan Nasinal (Bappenas) menggelar acara International Symposium on Early Childhood Education (ECED) di Grand Sahid Jaya Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Kegiatan ini merupakan forum diskusi interaktif antara para pakar, akademisi, peneliti, pemangku kepentingan, serta praktisi terkemuka terkait temuan dan penelitian terkini yang berhubungan dengan pengembangan dan pendidikan anak usia dini (PAUD).
Kajian pengembangan PAUD dinilai penting dalam menciptakan generasi emas yang berkualitas, kompeten, produktif, dan berdaya saing pada masa depan. Terlebih, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi dengan 70 persen jumlah penduduk berada di usia produktif pada 2045 mendatang.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami mengatakan, PAUD menjadi komitmen pemerintah dalam meweujudkan Program Prioritas Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas dalam Rencana Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Baca juga: Tanoto Foundation Fasilitasi Inovasi Mahasiswa untuk Berdayakan Masyarakat
Menurutnya, pendidikan anak menjadi dasar yang kuat untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.
“Penting untuk diingat bahwa investasi pada PAUD tidak hanya berdampak positif terhadap perkembangan individu anak, tetapi juga terhadap masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan,” ujar Amich dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (17/11/2023).
Berdasarkan kajian singkat Bappenas yang tergabung dalam Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), tercatat bahwa pengembangan anak usia dini memiliki pengaruh positif terhadap capaian literasi dan numerasi suatu negara. Capaian ini berkaitan erat dengan daya saing human capital suatu bangsa pada masa depan.
“Tentunya hal ini merupakan upaya lintas sektor, sehingga dibutuhkan kerja sama antara para pemangku kepentingan. Dalam hal ini, akademisi dan mitra pembangunan penting untuk dilibatkan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045," tutur Amich.
Baca juga: Kerek Literasi, Kemendikbud dan Tanoto Foundation Sebar 76.752 Buku
Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI Nurtami mengatakan, peran universitas dan institusi pendidikan tinggi penting dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa.
Nurtami menilai, ada empat langkah utama yang dapat diupayakan oleh akademisi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Pertama, akademisi harus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas PAUD di Indonesia melalui pelatihan guru, penyediaan sumber daya yang sesuai, dan pengembangan kurikulum yang selaras dengan tahap perkembangan anak.
Kedua, universitas harus berkolaborasi dengan pemerintah, organisasi nonpemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan anak.
Ketiga, melakukan penelitian dan inovasi di bidang PAUD guna membantu menciptakan lingkungan yang kondusif guna mengoptimalkan tumbuh kembang pada anak.
Keempat, akademisi perlu memastikan bahwa PAUD menjadi bagian integral dari program pendidikan tinggi.
Baca juga: Tanoto Foundation, BPMP dan Disdik DKI Jakarta Perkuat 4 Dimensi PAUD
“Kita harus menyadari bahwa pendidikan anak usia dini bukan semata-mata tanggung jawab
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan tinggi, melainkan tanggung jawab bersama. Kita semua harus berkontribusi aktif, mengedukasi masyarakat, dan memastikan anak-anak kita mendapat pendidikan terbaik sejak dini,” ujar Nurtami.
Sementara itu, Tanoto Foundation Indonesia Country Head Inge Kusuma menyampaikan, pihaknya ingin berkontribusi meningkatkan kualitas pengembangan, pengasuhan, dan pendidikan anak usia dini di Indonesia.
“Kolaborasi ini kami harapkan dapat menyoroti isu pengembangan dan pendidikan anak usia dini yang masih perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam peningkatan ilmu pengembangan anak yang multidisipliner. Hal ini penting bagi semua pihak untuk memahami perlunya keterlibatan berbagai sektor untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuh kembang anak yang optimal,” tutur Inge.
Untuk diketahui, International Symposium on ECED dibagi dalam tiga sesi diskusi dan sesi Brainstorming on ECED Ecosystem Initiative.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Pemkab Banyumas Gandeng Tanoto Foundation Hadirkan Rumah Anak Sigap
Sesi pertama diisi diskusi mengenai perkembangan anak usia dini dari perspektif ekonomi, pentingnya investasi dalam bidang ini, rencana pemerintah mengenai perkembangan anak usia dini, dan studi kasus pemberdayaan perempuan untuk mendukung perkembangan anak usia dini.
Pengisinya adalah dosen Stanford University Scott Rozelle, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Milda Irhamni, Perwakilan Kementerian PPN/Bappenas Didik Darmanto, dan Syifa Andina.
Pada sesi kedua, diskusi dibawakan oleh perwakilan United Nations Children Fund (UNICEF) East Asia and Pacific Region (EAPRO) Ana Maria Rodriguez, perwakilan UNICEF Indonesia Katheryn Bennet, perwakilan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Komalasari, perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Irma Adriana, dan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Yulida Pangastuti.
Sesi kedua membahas soal bidang PAUD serta penelitian tentang pemberian dan peluang layanan pengasuhan melalui platform pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu, pembahasan turut menyangkut Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ECCE Declaration dan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif.
Sementara, pada sesi terakhir, dilakukan diskusi International Symposium on ECED yang akan diisi oleh empat narasumber, yakni perwakilan Bernard van Leer Foundation Rushda Majeed, dosen Teknik UI Paramita Atmodiwirjo, perwakilan Children Rights to Care and Environment Rohika Kurniadi Sari, dan dosen Psikologi UI Efriyani Juwita.
Baca juga: 170 Mahasiswa Raih Beasiswa Tanoto Foundation, Bebas Biaya Kuliah
Keempat narasumber tersebut membahas topik mengenai perkembangan anak usia
dini dalam perspektif lingkungan, standar nasional Indonesia tentang ruang ramah anak, serta
dampak lingkungan dalam perkembangan anak.
Dalam International Symposium on ECED, diadakan sesi Brainstorming on ECED Ecosystem Initiative yang mengumpulkan berbagai expert ECED untuk membuat peta jalan ECED.
Pada sesi ini, hadir sejumlah pembicara, yakni Head of Policy and Advocacy Tanoto Foundation Eddy Henry, perwakilan ASEAN Secretariat Roger Yap Chao, dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Endang L Achadi.