KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengeluarkan sejumlah kebijakan yang akan diterapkan sejak tahun ajaran baru 2023/2024
Kebijakan tersebut dikeluarkan dengan harapan dapat mendorong proses transisi pendidikan anak usia dini (PAUD) ke sekolah dasar (SD) menjadi lebih menyenangkan, khususnya bagi anak sebagai subjek utama.
Adapun kebijakan tersebut meliputi tiga hal. Pertama, menghilangkan tes baca tulis hitung (calistung) dari proses penerimaan peserta didik baru di SD.
Kedua, menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama baik di PAUD dan SD). Ketiga, menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak baik di PAUD dan SD.
Mengutip dari Booklet Penguatan Transisi PAUD-SD yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek, berikut enam kemampuan fondasi anak.
Baca juga: Ridwan Kamil Minta Orangtua Perkuat Fondasi Anak dengan 4 Kriteria
Hal ini dapat ditunjukkan melalui kemampuan mengetahui kegiatan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, dan bersedia menjalin interaksi dengan teman sebayanya.
Keterampilan tersebut dapat terlihat dari kemampuan mengucapkan kata tolong saat akan meminta, juga dapat mengucapkan permintaan maaf dan terima kasih.
Anak dianggap mempunyai kematangan emosi jika mereka mampu mempertahankan perhatian untuk mengikuti kegiatan di kelas dalam rentang waktu yang sesuai dengan usianya.
Kematangan kognitif ditunjukkan dari kemampuan anak menyimak dan menyampaikan gagasan sederhana, ataupun memahami kosakata konsep waktu (sekarang, nanti, kemarin, besok, pagi, siang, dan malam).
Baca juga: 5 Aspek Kunci Mengoptimalkan Pengembangan Bisnis, Salah Satunya Reward
Pengembangan ini ditandai dengan kemampuan anak mengelola barang-barang milik pribadi yang dibawa ke sekolah (tahu mana barang miliknya, bisa membereskan tas sendiri), juga mampu secara bertahap menjaga kebersihan diri sendiri.
Kemampuan tersebut akan nampak bila anak senang datang ke sekolah, mau mencoba kembali jika melakukan kesalahan, atau juga menunjukkan keingintahuan dengan mengajukan pertanyaan.
Untuk diketahui, Kemendikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-24 yang berfokus pada salah satu isu penting dalam PAUD, yaitu transisi dari PAUD ke SD.
Setelah sekian lama menjadi hal yang diperbincangkan, Kemendikbudristek memberikan arahan penting terkait tes calistung yang seringkali menjadi salah satu syarat utama penerimaan anak untuk masuk ke jenjang SD.
Baca juga: Merdeka Belajar di Perguruan Tinggi Vokasi: Transformasi Menghapus Status Kelas Dua
Melalui Merdeka Belajar episode ke-24, Kemendikbudristek menekankan kepada para orangtua dan satuan pendidikan, baik di tingkat PAUD maupun SD, bahwa hal tersebut tidak tepat.
Oleh karenanya, Kemendikbudristek mengeluarkan kebijakan untuk proses transisi PAUD dan SD. Salah satunya melalui penerapan pembelajaran untuk membangun enam kemampuan fondasi anak.
ECED Teacher Training Specialist Tanoto Foundation Adi Mario mengatakan, kemampuan fondasi sangat penting dan perlu terus dibangun hingga anak berusia sekitar 7-8 tahun, atau memasuki SD kelas awal.
Ia mengungkapkan, selama ini hal yang penting untuk dipahami orangtua adalah agar anak dapat memiliki kemampuan calistung.
Padahal terdapat tahapan sebelumnya, yaitu membangun kemampuan prasyarat. Hal ini merupakan kemampuan lain yang menjadi salah satu syarat sebelum anak dapat membaca, menulis ataupun berhitung dengan baik
Baca juga: Cara Menulis Status WhatsApp dengan Huruf Arab, Jepang, dan Mandarin
Mario mencontohkan, sebelum anak dapat membaca, mereka perlu mempunyai kemampuan menyimak dan mengasosiasikan isi bacaan dengan kata yang tertulis di buku dan dengan kata yang dilafalkan.
“Orangtua ataupun keluarga dapat membantu proses ini melalui beberapa cara, misalnya dengan banyak berkomunikasi atau mengajak anak berbicara. Cara lainnya juga dengan membacakan cerita dengan nyaring, atau yang sering disebut Read Aloud,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (12/4/2023).
Dengan begitu, lanjut Mario, anak akan belajar mengasosiasikan isi cerita dengan kata-kata yang ada dalam buku.
Selain itu, ia menjelaskan, orangtua juga perlu memastikan setiap anak mendapatkan haknya untuk memiliki kemampuan fondasi tersebut.
Oleh karenanya, Mario mengimbau agar orangtua tidak memberi label kepada anak berdasarkan capaian belajarnya. Hal ini karena setiap anak mempunyai laju perkembangan dan kesempatan belajar yang berbeda-beda.
Baca juga: Pesan Sri Mulyani buat Fresh Graduate: Jadikan Kesempatan Belajar Menuju Dewasa
“Kebijakan yang sangat baik ini tentunya membutuhkan dukungan dari banyak pihak agar kesalahan pemahaman mengenai kemampuan calistung pada anak usia dini yang sudah berlangsung cukup lama dapat diubah,” tuturnya.
Dengan perubahan tersebut, lanjut Mario, anak-anak dapat tumbuh dan berkembang secara lebih optimal sesuai tahapan usianya
Sejumlah informasi lain terkait transisi PAUD ke SD yang menyenangkan juga dapat Anda temukan di laman SIGAP Tanoto Foundation, yaitu sigap.tanotofoundation.org.