KOMPAS.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) berupaya memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia melalui implementasi program gizi terintegrasi.
Kali ini, BKKBN menggandeng sejumlah perusahaan swasta dan organisasi filantropi, yakni Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Yayasan Bakti Barito, dan PT Bank Central Asia Tbk ( BCA).
Turut hadir pula pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui United States Agency for International Development (USAID) dalam acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) untuk membantu menekan prevalensi stunting di Indonesia yang ditargetkan turun sebanyak 14 persen pada 2024. Acara penanadatanganan ini dilaksanakan di Auditorium BKKBN, Jakarta, Jumat (23/9/2022).
Kepala BKKBN dokter Hasto mengatakan, upaya tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa seluruh lapisan masyarakat harus saling bekerja sama untuk menciptakan generasi unggul untuk Indonesia Maju.
“Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dekat dengan indikator stunting. Maka dari itu, kami bersama-sama bergerak untuk meningkatkan human development indeks yang di dalamnya terdapat unsur kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita,” ungkap dr Hasto dalam keterangan pers yang diterima oleh Kompas.com, Sabtu (24/9/2022).
Baca juga: Cara Mencegah Stunting yang Membahayakan Tumbuh Kembang Anak
Tidak hanya human development indeks, dr Hasto mengatakan bahwa terdapat indikator baru, yaitu human capital indeks, yang turut menjadi perhatian serius yang perlu diselesaikan.
“Baik di dalam human development indeks maupun human capital indeks, unsur kualitas SDM menjadi focus of interest kita semua,” jelas dr Hasto.
Dokter Hasto menjelaskan, stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan dan kualitas pendidikan. Pasalnya, dampak dari stunting dapat memengaruhi kemampuan intelektual yang di bawah standar.
“Hal tersebut akan menjadi masalah besar ketika Indonesia tengah menikmati manisnya bonus demografi, tetapi di sisi lain prevalensi stunting masih di angka 24,4 persen,” ujarnya.
Maka dari itu, ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mau terlibat untuk meningkatkan kualitas SDM dari hulu hingga hilir dalam upaya menekan prevalensi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengetahuan anak-anak Indonesia.
Baca juga: Webinar Generasi Bebas Stunting: Manajemen Data Kunci Kebijakan Penurunan Stunting
“Suboptimal nutrition bagi 1.000 hari kehidupan pertama dari hulu sampai hilir, dari spesifik maupun sensitif, ternyata suboptimal health education dan pengetahuan kita ini masih sangat kurang,” jelas dr Hasto.
Hal itu, imbuhnya, semakin didukung dengan sebagian masyarakat di daerah terpencil yang masih melakukan buang air besar secara sembarangan sehingga sanitasi tidak bagus dan menimbulkan bakteri E-coli yang sangat serius dan membuat diare. Diare inilah yang membuat berat badan anak-anak menjadi tidak naik sehingga tinggi badan juga ikut tidak naik.
Lebih lanjut, dr Hasto berharap, kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih, serta air dan sanitasi yang bagus semakin meningkat, disamping rumah yang layak huni.
“Oleh karena itu, BKKBN siap memberikan sumber data yang valid kepada seluruh mitranya mengenai rumah tidak layak huni, keluarga berisiko tinggi stunting hingga keluarga yang tidak memiliki sanitasi dan air bersih, by name by address,” ujar dr Hasto.
BKKBN, kata dia, sudah banyak melahirkan program dan beberapa sudah teruji untuk mengubah perilaku masyarakat. Salah satunya adalah penggalakan program dua anak cukup.
Baca juga: Tekan Stunting, Kemensos dan Tanoto Foundation Latih 14.621 Pendamping Sosial PKH
“Dari program tersebut melahirkan gerakan masyarakat yang berbondong-bondong ke pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) untuk melakukan kegiatan Keluarga Berencana (KB),” kata dr Hasto.
Melihat hal tersebut, dr Hasto optimistis dengan bergeraknya seluruh komponen bangsa dapat menekan prevalensi stunting, terutama di 12 provinsi prioritas.
Adapun 12 provinsi prioritas tersebut, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Aceh, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), Banten, dan Sumatera Utara (Sumut).
Baca juga: Percepat Penuruanan Stunting, Tanoto Foundation Kolaborasi Pemprov Jateng
“Bersama dengan USAID dan Tanoto Foundation, saya mengajak berbagai pihak lainnya untuk turut pula bergabung dan berkolaborasi secara bersama-sama membantu program percepatan penurunan stunting,” katanya.
Sementara itu, Kepala Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation Eddy Henry mengatakan, Tanoto Foundation akan terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam program percepatan penurunan stunting.
“Tanoto Foundation meyakini bahwa kemitraan merupakan faktor kunci dalam program percepatan penurunan stunting di Indonesia. Tidak hanya pemerintah, keterlibatan pelaku usaha, media, akademisi, dan masyarakat juga menjadi penting,” ujar Eddy.
Oleh karena itu, Eddy mengatakan, Tanoto Foundation turut memprakarsai kerja sama antara USAID dengan mitra donor nasional untuk turut berperan serta mendukung BKKBN dalam upaya percepatan penurunan angka stunting di Indonesia.
“Kolaborasi yang terjalin ini diharapkan bisa memperluas dan mengakselerasi dampak serta menjadi inspirasi dan penyemangat bagi pihak lainnya untuk ikut bergabung dan bersama-sama menciptakan generasi Indonesia bebas stunting,” jelas Eddy.
Senada dengan yang dikatakan Eddy, Mission Director USAID Jeffery Cohen menyambut baik bergabungnya para mitra BKKBN dalam membantu percepatan penurunan stunting. Menurut Jeffery, program penurunan angka stunting tidak akan bisa berjalan jika hanya dilakukan oleh satu pihak.
“Diharapkan melalui sinergi dan bantuan dari pihak swasta, maka program percepatan penurunan stunting akan bisa mencapai target 14 persen pada 2024 mendatang. Saya juga tidak sabar Indonesia menuju kemandirian,” ujar Jeffery.
Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera Haryn mengatakan, BCA menyakini bahwa upaya pengentasan stunting dan gizi buruk membutuhkan peran serta dari berbagai pihak.
Baca juga: Rumah Anak SIGAP Bantu Penurunan Stunting di Jateng, Ganjar Beri Apresiasi untuk Tanoto Foundation
“Maka dari itu, BCA berkomitmen menjalin upaya kolaboratif untuk berperan serta guna mendukung upaya pemerintah sebagai tanggung jawab bersama,” ujar Hera.
Untuk mendukung program BKKBN, kata Hera, BCA memberikan layanan subsidi kepada lebih dari 21.000 pasien KB di dua klinik binaan BCA, yaitu praktek Dokter Duri Utara dan Klinik Bakti Medika yang sudah berjalan sejak 2012 hingga saat ini.
“Kami telah melakukan beragam kegiatan edukasi tentang makanan sehat dan kesehatan diri di 17 sekolah untuk lebih dari 3.000 pelajar usia dini. Kami berharap, kolaborasi ini dapat mempercepat Indonesia membangun kapasitas kelembagaan dan tata kelola untuk mengurangi stunting melalui intervensi gizi yang lebih baik,” jelas Hera.
Direktur Yayasan Bakti Barito Dian Anis Purbasari mengatakan, kolaborasi antara USAID dan BKKBN itu akan menghasilkan solusi nyata yang dapat diimplementasikan dan memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan nutrisi yang diperlukan sedini mungkin serta tumbuh di dalam lingkungan keluarga yang suportif.
“Kami bangga menjadi bagian dari program Penurunan Angka Stunting Indonesia (PASTI) untuk membantu mengatasi stunting melalui program strategis, mulai dari penyediaan nutrisi, pembangunan kapasitas, serta mendorong perubahan perilaku sosial ke arah yang lebih baik lagi,” ujar Dian.
Baca juga: Dukung Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia, Tanoto Foundation Gelar Webinar Nasional
sementara itu, Kepala Departemen Dampak Sosial PT Amman Mineral Nusa Tenggara Priyo Prasetyo Pramono mengatakan, AMMAN turut mendukung upaya mengatasi stunting untuk membangun masa depan Indonesia dengan SDM yang sehat, cerdas, produktif, dan berdaya saing.
Hal tersebut, menurut Priyo, selaras dengan visi dari AMMAN untuk menciptakan warisan terbaik tidak hanya dalam aspek operasional, tetapi juga dampak positif bagi masyarakat Indonesia.
“Jalinan kemitraan ini merupakan upaya proaktif AMMAN untuk memperluas dampak sosialnya dengan berkolaborasi bersama organisasi dan institusi dengan visi serupa. Sebelumnya, AMMAN juga telah menginisiasi program pencegahan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk periode tiga tahun,” jelas Priyo.
Sebagai informasi, MoU tersebut ditandatangani oleh Mission Director USAID Jeffery Cohen, Kepala ECED Tanoto Foundation Eddy Henry, Kepala Departemen Dampak Sosial PT AMMAN Priyo Prasetyo, Direktur Yayasan Bakti Barito Dian Anis, dan Executive Vice President Bank BCA Hera Haryn.
Tidak hanya soal stunting, kerja sama antara USAID, Tanoto Foundation, AMMAN, Yayasan Barito, dan BCA tersebut juga berkontribusi pada tujuan Strategi Kerja Sama Pembangunan Negara AS-Indonesia periode 2020-2025 dan Strategi Multi Sektoral USAID untuk Gizi dan Pencegahan Kematian Ibu dan Anak periode 2014-2025.