KOMPAS.com – Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih menjadi permasalahan mendasar dalam pembangunan.
Permasalahan stunting bukan hanya berkaitan dengan masalah kesehatan, tetapi juga dipengaruhi faktor multidimensional diantaranya, kemiskinan, dan masalah perilaku.
Oleh karenanya, Kementerian Sosial (Kemensos) mendukung program prioritas nasional percepatan penurunan angka stunting di Indonesia sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu menjadi 14 persen pada 2024.
Pemerintah sebelumnya juga telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mempercepat pencapaian target penurunan stunting dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.
Salah satu upaya untuk mendukung penurunan stunting adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka pengubahan perilaku yang dilakukan pendamping Program Keluarga Harapan (PKH).
Baca juga: Bukti Intervensi Gizi Mampu Turunkan Angka Stunting
SDM tersebut adalah petugas yang langsung berhadapan dengan keluarga penerima manfaat (KPM), khususnya pada program Family Development Session (FDS) atau Peningkatan Kemampuan Keluarga.
Oleh karenanya, Kemensos menjalin kerja sama dengan Tanoto Foundation dalam upaya percepatan penurunan stunting dengan pendekatan multidimensional dan penguatan intervensi sensitif sejak 2020.
Tanoto Foundation dalam siaran persnya kepada Kompas.com, Rabu (31/8/2022) menyebutkan, dalam kerja sama itu Kemensos melakukan pelatihan kepada pendamping sosial PKH.
Pelatihan terebut dilakukan oleh Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklatbangprof) dan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung.
"Hingga kini, Pusdiklatbangprof telah melatih 14,621 pendamping sosial PKH tentang stunting dan menerapkannya untuk keluarga-keluarga penerima manfaat program PKH," tulis Tanoto Foundation.
Poltekesos Bandung juga telah mengintegrasikan pencegahan stunting dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Baca juga: Dukung Pemerintah, Tanoto Foundation Latih Guru Lewat Program Pintar Penggerak
Kontribusi pencegahan stunting dalam perguruan tinggi dimulai dengan pengkajian ilmiah tentang perilaku berisiko terhadap stunting, dan penyusunan modul tambahan materi pada kuliah Praktik Pekerjaan Sosial dengan anak.
Lalu juga dengan membuat Pedoman Praktikum pencegahan stunting di masyarakat, Pedoman pengabdian Masyarakat dalam Pencegahan Stunting, dan Melakukan Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting di 8 Desa Sejahtera Mandiri (DSM) yang didampingi Politeknik Kesejahteraan Sosial di kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Kegiatan tersebut melibatkan 32 dosen, 24 mahasiswa, 64 kader masyarakat, dan 160 orang duta stunting di masyarakat (yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, pengasuh, dan remaja putri).
Sampai saat ini, beragam kegiatan masih berjalan di masyarakat. Kegiatan lanjutan dan replikasi Model Aksi Pengubahan Perilaku Cegah Stunting (Hanting), meliputi penelitian dosen, pengabdian masyarakat, praktikum mahasiswa di lokasi-lokasi praktikum komunitas, dan penambahan materi kuliah pencegahan stunting.
Praktik baik hasil kerja sama tersebut pun perlu disebarluaskan kepada para pihak yang berkepentingan dalam upaya pencegahan stunting guna meningkatkan dukungan dan kerja sama dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Beberapa pihak tersebut, seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dinas sosial, dan dinas kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, serta sejumlah perguruan tinggi penyelenggara program studi pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial.
Baca juga: Bantu Turunkan Angka Stunting, Tanoto Foundation Hibahkan Rp 2,8 Miliar kepada Unicef Indonesia
Kegiatan penyebarluasan hasil kerja sama tersebut diharapkan dapat mendorong replikasi praktik baik pencegahan stunting dengan intervensi sensitif serta pengembangan lebih lanjut upaya-upaya pencegahan stunting.
Kegiatan tersebut dilakukan secara daring pada Rabu, (31/8/2022). Acara ini menghadirkan narasumber antara lain, Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial Harry Hikmat, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, Direktur Poltekesos Bandung Marjuki, Kepala Pusdiklatbangprof Kemensos Afrizon Tanjung, Head of ECED Tanoto Foundation Eddy Henry, dan Ketua Aspeksi Oman Sukmana.
Topik pemaparan pada kegiatan tersebut meliputi proses Penyusunan Modul Pengembangan Kapasitas Pendamping PKH dalam Pencegahan Stunting, proses awal pengembangan model, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi juga pembelajaran untuk penyempurnaan program Aksi Hanting.
Ada juga pemaparan terkait pengalaman pengembangan kapasitas serta wakil kader masyarakat.
Kegiatan tersebut melibatkan sejumlah peserta, antara lain Perwakilan Aspeksi, Perwakilan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, BKKBN, Perwakilan IPSPI, Koordinator Program dan Widyaiswara Balai Diklat di Indonesia, Penggerak PKK di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, pendamping PKH, mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi anggota Aspeksi, serta para pekerja sosial.
Baca juga: Kerap Terlupa, Berikut Alasan Calon Pengantin Harus Sadar Stunting Sebelum Menikah