KOMPAS.com - Tanoto Foundation sebagai organisasi filantropi independen di bidang pendidikan terus berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam upaya percepatan penurunan angka stunting.
Komitmen itu diwujudkan dengan menggelar Webinar Nasional: Generasi Bebas Stunting yang bertajuk “Pembelajaran dari Daerah dalam Percepatan Penurunan Stunting” di Medan, Rabu (6/7/2022).
Webinar Nasional tersebut merupakan bentuk kerja sama Tanoto Foundation dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Pembangunan Daerah (Bina Bangda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Chief Executive Officer (CEO) Global Tanoto Foundation J. Satrijo Tanudjojo menilai bahwa semangat kerja sama antara berbagai pihak penting dalam menekan angka stunting di Indonesia.
“Kami di Tanoto Foundation percaya bahwa peran multi sektor sangat penting bagi keberhasilan program percepatan penurunan angka stunting,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu.
Baca juga: 7 Persen Balita di Bandung Masuk Kategori Stunting, Penyebabnya Bukan Hanya Makanan
Dengan kolaborasi konsep pentahelix, Satrijo berharap dapat mewujudkan generasi dengan anak-anak Indonesia bebas stunting.
Adapun kolaborasi berkonsep pentahelix yang dimaksud adalah antara pemerintah pusat dan daerah, dari hulu ke hilir secara bersama-sama. Hal ini juga termasuk dengan dukungan dari pihak swasta, akademisi, media, serta masyarakat.
Terkait Seri Webinar Nasional: Generasi Bebas Stunting, rencananya akan berlangsung hingga Oktober 2022 dengan melibatkan pemerintah daerah (pemda) dari 514 kabupaten dan kota.
Melalui penggunaan metode peer-to-peer learning, seri webinar yang dijalankan Tanoto Foundation, BKKBN, dan Kemendagri itu bertujuan untuk membagikan pembelajaran dari antar-daerah terkait dengan program percepatan penurunan stunting.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi anak Indonesia di bawah usia lima tahun dengan kondisi stunting sekitar 24,4 persen. Artinya sekitar 7 juta bayi di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami stunting.
Prevalensi stunting tersebut telah menunjukkan penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, Indonesia masih mempunyai tugas yang cukup banyak dalam melawan stunting guna mewujudkan Generasi Emas 2045.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan tidak mendapatkan stimulasi psikososial yang cukup. Hal ini utamanya terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama kehidupan).
Dampak dari stunting bisa menyebabkan kemampuan kognitif anak menurun, sehingga mempengaruhi kapasitas belajar pada usia sekolah, nilai, dan prestasi anak.
Menurut berbagai penelitian, anak yang mengalami stunting berpeluang mendapatkan penghasilan 20 persen lebih rendah dari anak yang tidak stunting di saat dewasa.
Baca juga: Anak Pendek Belum Tentu Stunting, Ketahui Ciri-cirinya
Selain itu, stunting juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke kelak ketika sang anak dewasa.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan, stunting menjadi ancaman kualitas generasi muda dan kualitas bangsa Indonesia.
“Pesan khusus Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) bahwa keluarga-keluarga muda harus menjadi perhatian utama,” ucapnya.
Sebab, lanjut Hasto, para keluarga muda masih akan melewati fase kehamilan dan ditakutkan bisa melahirkan anak-anak yang stunting. Oleh karena itu, angka stunting harus diturunkan secara bersama-sama.
Sementara itu, Ditjen Bina Bangda Kemendagri Teguh Setyabudi mengatakan, pemerintah pada dasarnya harus memperkuat kelembagaan mulai di tingkat pusat hingga daerah.
Baca juga: Fungsi Pilar-pilar Kelembagaan dalam Pemberantasan Korupsi
“Serta memberikan kuasa penuh pemda dalam mengambil langkah-langkah aksi konvergensi guna percepatan penurunan stunting,” ujarnya mewakili Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian.
Dengan kuasa penuh, Teguh meyakini, resolusi mencapai target Nasional sebesar 14 persen pada 2024 dapat terealisasi.
Sebagai informasi, Tanoto Foundation sejauh ini telah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam upaya mendukung percepatan penurunan stunting.
Adapun kerja sama tersebut, dilakukan Tanoto Foundation dengan World Bank dalam mendukung implementasi program Investing in Nutrition and Early Years (INEY), kampanye perubahan perilaku bersama United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF).
Kemudian, kerja sama dalam pengembangan kapasitas Kader Pembangunan Manusia bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT).
Baca juga: Akselerasi Pembangunan Desa di Sulsel, Kemendesa PDTT Tandatangani MoU dengan UNM
Tanoto Foundation juga melakukan kerja sama lainnya, berupa peningkatan kapasitas Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) bersama Kementerian Sosial (Kemensos) dan pelatihan Tim Pendamping Keluarga bersama BKKBN.
Lalu juga ada kerja sama Tanoto Foundation berupa pendampingan dalam penyusunan serta implementasi strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dan delapan aksi konvergensi di tingkat provinsi, kabupaten dan kota bersama Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) atau Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).