KOMPAS.com - Kakek dan nenek seringkali masih memiliki peran krusial dan pengaruh kuat pada dinamika keluarga, khususnya dalam pengasuhan anak.
Pengaruh tersebut dapat berdampak besar jika kakek dan nenek tinggal bersama anak dan cucu mereka.
Seiring dengan penelitian dan perubahan zaman, tak jarang, pola pengasuhan yang terus berkembang menjadi sumber konflik antara kakek-nenek dan orangtua anak.
Salah satu contoh pola asuh yang bisa menjadi sumber konflik adalah dalam prosedur pemberian makan bayi dan anak (PMBA).
Baca juga: Ini 3 Jenis Pola Asuh Orangtua, Salah Satunya Otoriter
Hal tersebut dibenarkan oleh Senior Early Childhood and Education Development (ECED) Specialist Tanoto Foundation, Fitriana Herarti.
Ia menjelaskan, ada beberapa contoh konflik dalam prosedur pemberian makan bayi dan anak (PMBA).
“Misalnya, dalam prosedur pemberian makan bayi dan anak (PMBA). Orangtua sudah terpapar informasi bahwa bayi usia 0-6 bulan hanya boleh mengonsumsi air susu ibu (ASI),” ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (24/5/2022).
Akan tetapi, lanjut dia, berdasarkan pengalaman kakek dan nenek, usia bayi di atas dua bulan perlu diberi tambahan pisang yang disisir atau nasi dilumatkan agar bayi kenyang dan tidak mudah menangis.
Baca juga: 7 Cara Pengasuhan Anak yang Dilakukan Orangtua Sebelum Ada Internet
Perbedaan cara pengasuhan tersebut, kata Fitriana, dapat menjadi penyebab pertengkaran sehari-hari. Apabila terus berlanjut, maka dapat membuat seluruh anggota keluarga merasa tidak nyaman.
“Di sisi lain, mungkin juga terjadi situasi di mana orangtua menggantungkan sepenuhnya pengasuhan anak mereka kepada kakek dan nenek,” ucapnya.
Agar anak mendapatkan pola pengasuhan yang seimbang, berikut beberapa tips untuk kakek-nenek dan orangtua dalam menjalankan pengasuhan bersama.
Baca juga: Intuitive Parenting, Cara Pengasuhan Alternatif di Era Pandemi
Pertama, diskusikan dan sepakati bagaimana kakek dan nenek akan terlibat dalam pengasuhan cucu mereka.
Kedua, terbuka untuk menerima saran atau nasehat kakek dan nenek. Apabila orangtua memutuskan untuk tidak menggunakan saran ini, pastikan untuk menyampaikan alasannya secara baik-baik.
Ketiga, melibatkan kakek dan nenek dalam pengasuhan bermanfaat untuk melatih anak agar dapat memahami dunia yang lebih besar, tak hanya interaksi dengan orangtua.
Keempat, jika ada perbedaan cara pengasuhan, bicarakan dengan kakek dan nenek dalam situasi khusus dan tenang. Hindari sikap menegur kakek dan nenek di depan anak.
Baca juga: Sinopsis Parental Guidance, Perjuangan Kakek dan Nenek Merawat Cucu
Kelima, harus lebih peka terhadap kesehatan dan berkurangnya tenaga kakek - nenek untuk mengasuh.
Keenam, hargai kebutuhan kakek dan nenek yang juga berhak memiliki ‘kehidupannya’ sendiri. Hal ini harus diterapkan jika kakek dan nenek tidak ingin selalu “dibebani” oleh peran-peran pengasuhan seumur hidup mereka.
Pertama, bersedia terbuka dan mencoba berbagai pengetahuan pengasuhan terbaru.
Kedua, hindari perselisihan atau menegur orangtua di hadapan cucu, atau membela cucu saat ia dalam didikan orangtua.
Baca juga: Andmesh Kamaleng Bersyukur Dapat Didikan Orangtua dengan Keterbatasan Ekonomi
Ketiga, sepakati dengan orangtua tentang peran pengasuhan yang dilakukan oleh kakek dan nenek.
Keempat, tunjukkan cinta dan hargai otoritas orangtua, terutama saat di hadapan cucu.
Kelima, harus lebih lapang hati saat anak yang telah menjadi orangtua tidak menggunakan saran atau nasehat yang diberikan kakek dan nenek. Cukup terima dan hargai alasan yang diberikan.
“Seiring perkembangan zaman, orang tua perlu mendapatkan pengetahuan mengenai parenting dan pola asuh dari sumber-sumber yang kredibel seperti melalui website SIGAP di sigap.tanotofoundation.org yang memuat beragam artikel terkait pengasuhan dan pendidikan anak usia dini,” pungkas Fitriana.
Baca juga: Pentingnya Mindful Parenting dan Cara Menerapkannya
Adapun untuk memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) setiap 29 Mei, Tanoto Foundation mengajak masyarakat guna mendorong keselarasan pola pengasuhan antara orangtua dengan kakek-nenek demi mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
HLUN merupakan bentuk apresiasi terhadap kelompok lanjut usia (lansia). Seiring bertambahnya usia dan kemampuan fisik yang berkurang, lansia masih tetap berdaya dalam memberikan kontribusi bagi keluarga dan masyarakat.