KOMPAS.com – Tanoto Foundation terus berupaya membantu pemerintah mencapai target penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024.
Oleh karenanya, Tanoto Foundation menghibahkan Rp 2,8 miliar kepada Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa ( Unicef) Indonesia.
Bantuan tersebut ditujukan untuk menguatkan implementasi program Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku atau Social Behavior Change Communication (SBCC).
CEO Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo menyambut baik kolaborasi dengan Unicef Indonesia.
“Perubahan perilaku adalah kunci dalam upaya pencegahan stunting. Sekitar 70 persen penyebab stunting disebabkan hal-hal di luar kesehatan dan gizi,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (10/12/2021).
Baca juga: Wapres Minta Pemenuhan Gizi Anak Cegah Stunting Manfaatkan Kearian Lokal
Penyebab stunting lainnya, lanjut Satrijo, di antaranya sanitasi, lingkungan, dan perilaku. Bahkan, secara spesifik, 30 persen permasalahan stunting disebabkan perilaku yang salah.
Sementara itu, interim Perwakilan Unicef Indonesia Robert Gass menyatakan, optimalisasi SBCC sebagai bagian dari lima pilar strategis dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting (Stranas Stunting) sangat penting.
Dia menerangkan, kerja sama tersebut fokus untuk mendukung pemerintah provinsi dalam implementasi SBCC, melalui pengembangan panduan, perangkat dan kerangka kerja, serta pendampingan teknis,
“Kami berharap pelaksanaan SBCC di daerah dapat berkontribusi signifikan bagi target penurunan stunting,” ungkapnya.
Dengan dana hibah Tanoto Foundation, Unicef pada fase pertama akan mengembangkan pedoman operasional.
Hal itu dilakukan untuk mendukung pemerintah daerah mengimplementasikan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku dan Petunjuk Teknisnya yang telah disusun Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Baca juga: Entaskan Stunting di Garut, Tanoto Foundation Kolaborasi dengan Satgas Stunting dan Yayasan Cipta
Selain memuat panduan praktis, pedoman operasional juga akan dilengkapi dengan tools atau alat perencanaan SBCC dan aset komunikasi serta kerangka pemantauan dan evaluasi program.
Kumpulan dokumen panduan dan alat bantu perencanaan dan implementasi SBCC tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektifitas intervensi SBCC.
Terutama dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap serta membangun perilaku positif orangtua dan pengasuh anak di bawah 5 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui, sehingga dapat berkontribusi dalam pencegahan stunting.
Kerja sama Tanoto Foundation dan Unicef Indonesia pun diharapkan berlanjut hingga fase kedua pada 2022-2024.
Pada fase itu kerja sama akan membahas pemodelan rencana SBCC di dua provinsi, yaitu Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah, serta penguatan data dan sistem informasi gizi di dua provinsi itu.
Baca juga: Entaskan Stunting, Kementerian PPPA Canangkan Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Untuk memulai upaya tersebut, Tanoto Foundation dan Unicef Indonesia menyusun steering committee yang bertugas memberikan arahan strategis, pemikiran, pendapat, dan advokasi untuk memastikan program berjalan sesuai rencana.
Steering committee akan terdiri dari perwakilan Sekretariat Wakil Presiden–TP2AK, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Kemenkes, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian PPN/Bappenas.
Komite tersebut diharapkan akan memberikan pemikiran matang, strategi program yang kuat, dan implementasi yang terarah serta terukur dalam jangka panjang.
Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang mengalami tiga beban permasalahan gizi (triple burden of malnutrition), yaitu kekurangan gizi, defisiensi mikronutrien, dan obesitas.
Meski bertujuan menjadi negara berpenghasilan tinggi, Indonesia masih menempati peringkat kelima di antara negara-negara dengan beban stunting tertinggi pada anak di bawah lima tahun.
Baca juga: Cegah Stunting, Ini “4 Terlalu” yang Perlu Dihindari oleh Calon Ibu
Anak-anak tersebut mengalami defisit pertumbuhan fisik dan kognitif yang akan tetap ada seumur hidup mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya untuk menanggulangi stunting melalui Stranas Stunting yang diluncurkan sejak 2017.
Komitmen tersebut berhasil mencatat sejumlah kemajuan yang ditandai menurunnya angka stunting pada anak di bawah usia lima tahun. Pada 2013, angka stunting mencapai 37,2 persen, dan pada 2018 turun menjadi 30,8 persen.
Namun kemajuan baik itu menghadapi tantangan karena pandemi Covid-19 menyebabkan terhambatnya layanan kesehatan dasar yang berdampak buruk pada perjuangan melawan stunting.
Oleh karenanya, upaya lintas sektor sangat diperlukan untuk menebus waktu yang hilang dan mencegah konsekuensi lebih lanjut yang merugikan pertumbuhan dan perkembangan optimal anak-anak Indonesia.
Baca juga: Cegah Stunting, Ini Manfaat Baik dari Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun