KOMPAS.com - Persoalan stunting memang masih menjadi perkara yang sangat besar di Indonesia, termasuk di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar).
Salah satu cara dalam menangani pencegahan stunting adalah dengan menggalakan kampanye perubahan perilaku. Hal ini pula yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dengan Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta.
Atas prakarsa Tanoto Foundation dan Yayasan Cipta, Pemkab Garut menggelar kegiatan pertemuan diseminasi program pendalaman strategi komunikasi perubahan perilaku untuk percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Garut selama delapan bulan.
Program tersebut berlanjut hingga pendalaman strategi komunikasi perubahan perilaku untuk percepatan pencegahan stunting.
Baca juga: NTT Darurat Akses Air Bersih, Plan Indonesia: Penuhi Hak Anak Cegah Stunting
Wakil Bupati (Wabup) Garut Helmi Budiman mengatakan, kualitas sumber daya manusia (SDM) salah satunya bisa dipengaruhi oleh stunting.
“Maka, penurunan angka stunting merupakan suatu strategi yang harus dipersiapkan secara matang," imbuhnya seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (23/11/2021).
Pernyataan itu ia sampaikan dalam kegiatan Expose Data Hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) sebagai upaya intervensi konvergensi stunting 2021, di Ballroom Hotel Harmoni, Jalan Cipanas Baru, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Senin (11/10/2021).
Adapun persiapan tersebut, kata Helmi, seperti menentapkan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan mulai dari visi misi atau komitmen kepala daerah, hingga strategi perubahan perilaku.
Akan lebih baik, sebut dia, apabila langkah itu bisa dilakukan dengan kerja kolaboratif.
Baca juga: Penyelesaian Konflik di Papua Perlu Pendekatan Kolaboratif
“Maka seharusnya kami tidak menutup mata untuk terbuka dan berkolaborasi dengan pihak lain seperti dilakukan Tanoto Foundation,” ujar Helmi, usai menerima dokumen strategi komunikasi perubahan perilaku untuk percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Garut,
Melalui kerja kolaboratif plus itu, lanjut dia, bukan tidak mungkin cara kerja Satuan Tugas ( Satgas) Stunting di Kabupaten Garut menjadi miniatur penurun angka stunting di Indonesia.
Kalaupun Tanoto Foundation telah mendampingi sekitar tujuh kabupaten atau kota di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Garut, maka cara kerja kolaboratif ini perlu terus dilakukan.
“Tak hanya sekitar, tetapi juga dilakukan evaluasi kekurangan yang ada untuk kemudian menjadi pemicu semangat membangun kerja pentahelix. Salah satunya dengan pihak masyarakat yang direpresentasikan oleh Tanoto Foundation,” ucap Helmi.
Untuk diketahui, masalah stunting sering terjadi pada satu dari tiga anak, Salah satu faktor penyebabnya adalah perilaku yang tidak baik. Penanganan stunting tidak akan berhasil selama perilaku masyarakat tidak berubah.
“Oleh karena itu, saya berikan apresiasi atas kinerja aparat dan peran serta masyarakat yang telah berkolaborasi dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Garut,” ujar Helmi.
Menurut Helmi, ekspose data hasil dinilai penting, manakala semua pihak menjadi tahu kasus stunting yang di dalamnya, seperti penurunan kasus gizi buruk, dari 6,4 persen menjadi 4,8 persen.
Baca juga: Tekan Kasus Stunting di Wonogiri, Bupati Jekek: Butuh Peran Semua Pihak
“Kendati demikian, masih ada sekitar 10.000 anak yang mengalami stunting dan tersebar di 42 kecamatan di Kabupaten Garut,” ucapnya.
Selain masyarakat, Helmi juga mengapresiasi berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut bersama stakeholder.
Sebab, Dinkes Garut secara simultan selalu mengevaluasi data penimbangan berat badan pada anak penderita stunting setiap enam bulan sekali dalam satu tahun.
Mengutip apa yang disampaikan Kepala Dinkes Maskut Farid, Helmi mengatakan, bahwa pada 2021 pihaknya sudah mengevaluasi data penimbangan sekitar Februari dan Agustus.
Baca juga: Gus Halim: Penanganan Stunting Jadi Salah Satu Tujuan Pokok SDGs Desa
“Dan meski perkembangan kian menurun, tetapi pekerjaan rumah kami adalah bagaimana yang sudah terdata ini bisa diselesaikan, sehingga enam bulan ke depan menuju angka normal,” imbuh Helmi.
Selain melakukan pendataan daerah mana saja yang memiliki banyak kasus stunting, lanjut dia, pihaknya juga melaksanakan upaya-upaya lain demi tercapainya zero stunting di Kabupaten Garut.
Pemkab Garut sendiri melalui Satgas Stunting berupaya keras dan mengevaluasi agar 42 kecamatan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bisa mengetahui secara nyata perkembangan stunting di masyarakat.
Dengan data tersebut maka akan mempermudah dalam hal penanganan serta memperkecil jumlah stunting yang ada di Kabupaten Garut.
Baca juga: Menko PMK Minta Unej Berpartisipasi dalam Penanganan Stunting
Oleh karenanya, kerja kolaboratif dibutuhkan untuk membawa dampak positif terhadap penurunan angka stunting di Kabupaten Garut.
Adapun berbagai langkah melalui program kegiatan yang dilakukan oleh SKPD menjadi bukti nyata bagaimana Satgas Stunting berjalan.
Hal tersebut terbukti dengan adanya progress Dinas Ketahan Pangan yang telah melakukan langkah-langkah konkret di bawah kendali Satgas Stunting.
Langka konkret itu berupa program Gemarikan dan program Diversifikasi serta Ketahanan Pangan Masyarakat melalui Pemberian Bantuan Pangan.
Baca juga: Bulog Peduli Bagikan Bantuan Pangan untuk Pasukan Oranye DKI Jakarta
Begitu pula dengan langkah Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) melalui Bimbingan Teknis Fasilitasi Penyusunan Pembangunan Desa. Ini dilakukan melalui keterlibatan Kader Pembangunan Manusia (KPM) dalam rangka penanganan konvergensi stunting di Kabupaten Garut.
Hal tersebut belum lagi dilakukan dinas lain yang secara beriringan bahu membahu mengentaskan stunting yang sudah menjadi isu nasional.
Pentingnya komitmen bersama seperti yang telah dilakukan Satgas Stunting di Kabupaten Garut menjadi salah satu upaya jitu dalam mengentaskan kasus stunting.
Baca juga: Gus Halim Paparkan Penggunaan Dana Desa untuk Penanganan Stunting
Pada kesempatan yang sama, Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, komitmen keras dan bertanggung jawab dibutuhkan dalam penyelesaian masalah stunting di Kabupaten Garut.
Selain itu, lanjut dia, juga perlu dilakukan berbagai upaya yang terintegrasi untuk membangun komitmen komitmen antara semua stakeholder, terutama dengan masyarakat dalam mencapai target zero stunting pada 2025 yang kerap dilontarkan Pemkab Garut.
“Sejatinya, keberhasilan yang diraih oleh Pemkab Garut adalah buah kerja kolaboratif yang direpresentasikan oleh Satgas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam penanggulangan stunting,” ujar Rudy.
Sepak terjang Satgas Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dilakukan dalam bentuk kerja kolaboratif.
Baca juga: Anggaran Penanggulangan Stunting Rp 11,3 Triliun, Gus Halim: Anggaran Ini Dipastikan Bertambah
Hal ini diimplementasikan dalam sebuah karya nyata dan dari hasil kerja kolaboratif itu sendiri juga memiliki target tertentu yang ingin dicapai.
Menyangkut tentang kolaboratif dalam hubungan kerja sama belum lengkap tanpa membahas arti makan "kolaboratif itu sendiri".
Namun sebenarnya apa makna dari kolaboratif?
Kepala Seksi (Kasi) Kemitraan Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupten Garut Yanyan Agus Supianto mengatakan, secara etimologi, collaborative berasal dari kata co dan labor yang mengandung makna sebagai penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan.
Baca juga: Pandemi Tak Bisa Ditangani Satu Pihak, Pusat dan Daerah Diminta Kolaboratif
"Mereka akan saling memahami permasalahan masing-masing secara bersama-sama dan berusaha untuk saling membantu memecahkan permasalahan masing-masing secara bersama-sama pula," sebut Yanyan.
Bahkan secara lebih spesifik, lanjut dia, kolaborasi merupakan kerja sama yang intensif untuk menanggulangi permasalahan kedua pihak secara bersamaan.
Meski demikian, pengertian tersebut bukanlah merupakan pengertian tunggal dari konsep kolaborasi.
Identik dengan ilmu-ilmu sosial pada umumnya, Yanyan menjelaskan, kolaborasi sebagai salah satu konsep disiplin ilmu sosial memiliki pengertian yang kompleks tergantung dari sudut pandang para ahli itu memahaminya.
Oleh sebab itu, masih ada sekian banyak pengertian lain yang berusaha untuk menjelaskan kolaborasi, baik yang dikemukakan oleh berbagai ahli dengan berbagai sudut pandang beragam dan saling berbeda satu sama lain.