KOMPAS.com – Usai bertaruh nyawa saat melahirkan anak, perjuangan seorang ibu memasuki babak baru dengan mulai menyusui buah hatinya.
Proses menyusui bayi tidak bisa dibilang enteng, karena para ibu harus memastikan air susu ibu ( ASI) keluar secara lancar dan memiliki nutrisi baik. Mereka juga diharuskan menjaga kondisi fisik dan mental agar bayi merasa nyaman saat menyusu.
Selain itu, beberapa ibu juga harus beradaptasi dengan bentuk tubuh yang berubah drastis usai melahirkan. Menerima bentuk badan pascamelahirkan dan beradaptasi dengannya bukanlah hal mudah.
Kondisi tersebut dialami aktris sekaligus presenter Astrid Tiar Josephine Panjaitan atau yang akrab disapa Astrid Tiar.
Baca juga: 5 Fakta Penting soal Menyusui, Ibu Baru Perlu Tahu
“Dulu kan aku (pascamelahirkan anak pertama) gendut banget, ya, 104 kilogram (kg). Kadang sebenarnya orang yang kayak aku, sudah badannya 104 kg, pada saat membawa bayi mau diimunisasi (ada yang bertanya) ibu hamil lagi? (aku menjawab) bukan, saya 104 kg,” kata Astrid.
Hal itu disampaikan Astrid saat menjadi bintang tamu dalam acara Bincang Inspiratif Tanoto Foundation bertema “The Untold Story of Breastfeeding” yang tayang secara langsung melalui live Instagram @tanotoeducation, Rabu (29/9/2021).
Astrid menceritakan bahwa pengalaman menyusui anak pertama menjadi tantangan yang sangat berat. Pasalnya, selain beradaptasi dengan bentuk tubuh yang berubah, Astrid juga harus dihadapkan pada masalah ASI yang tidak keluar.
“Kalau Annabel (anak pertama) itu sayang sekali, dia tidak berkesempatan untuk mendapatkan ASI,” kata Astrid.
Baca juga: 3 Kategori Stimulasi untuk Bantu Tumbuh Kembang Anak
Agar ASI bisa keluar, ia mengaku sempat mengikuti sekolah laktasi selama lebih dari tiga bulan, mengikuti komunitas, mengatur pola makan, dan lain-lain.
“Sampai stres. Sampai ada fase di mana aku stres, nangis melulu. Karena aku merasa aku ibu yang tidak berharga, anak aku minumnya susu sapi, bukan susu ibu,” ujar Astrid, mengenang kenangan pahitnya.
Pada akhirnya, Astrid menerima bahwa ia memang tidak bisa memberikan ASI bagi anak pertamanya.
“Ya sudahlah, aku menerima. Mungkin memang tidak semua ibu punya kesempatan untuk menyusui, padahal sudah dicoba segala cara,” katanya.
Baca juga: Kandungan PFAS pada Alat Masak Pengaruhi Kemampuan Ibu Menyusui
Meski dilanda pengalaman pahit, Astrid tidak menyerah. Ia mengaku berhasil memberikan ASI kepada anak keduanya, Isabel, yang lahir di Inggris.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, ia menyatakan bahwa kunci untuk ASI lancar adalah Ibu yang bahagia.
“Rileks... rileks... it’s okay. Kamu rileks saja,” tutur Astrid, menirukan pesan para bidan di Inggris.
Para bidan tersebut memintanya untuk berusaha bahagia dengan makan makanan yang disuka, membaca buku yang disuka, menonton televisi yang disuka, mencari teman yang disuka, dan lain-lain.
“Pokoknya (lakukan) segala sesuatu yang kamu suka. Jadi, mood kamu bagus, suami juga senang, kan? Kalau kita bawaannya cranky (sensitif, mudah marah) suami juga kayak (bertanya) kamu kenapa sih,” ujarnya.
Tantangan menyusui tidak selesai dengan berhasil mengeluarkan ASI untuk bayi. Menurut Astrid, tantangan selanjutnya adalah memastikan ASI berkualitas dan bergizi untuk si kecil.
“Aku punya fase ketika ASI-ku banyak, tapi ternyata, kata bidanku, wah ini ASI kamu gizinya kurang. (Aku bertanya-tanya) tahu dari mana kalau gizi ASI-ku kurang,” ucap Astrid mengingat-ingat momen menyusui anak keduanya.
Bidan mengatakan, bahwa kuantitas ASI Astrid banyak, tetapi kualitasnya kurang karena ASI tidak cukup kental.
Baca juga: ASI Eksklusif Cegah Si Kecil Mengalami Stunting
Untuk membuat lebih bergizi dan berkualitas, pola makan ibu harus sangat diperhatikan.
Astrid menyebutkan, ada beberapa makanan wajib yang harus dikonsumsi ibu menyusui demi menjaga ASI tetap bergizi.
Makanan tersebut meliputi ikan, kacang-kacangan, susu, telur, sayuran, buah, air mineral yang cukup, dan kaldu ayam murni.
Astrid mengatakan jika kaldu ayam murni yang dibuat langsung dari rebusan ayam dapat membuat ASI lebih bergizi dan lebih kental.
“Itu (kaldu ayam murni) bagus banget, itu booster sih. Benar-benar langsung pekat ASI kita,” katanya.
Ia berpesan, ketika sedang menyusui, ibu tidak boleh menjalankan program penurunan berat badan atau diet.
“Karena aku waktu itu diet, tuh. (Saat berdiet) ASI banyak, tapi bening. (Sebenarnya) makanan yang aku makan tetap sama, tapi (saat itu) olahragaku jadi dua jam (biasanya hanya 30 menit),” jelas Astrid.
Berdasarkan pengalaman Astrid, intensitas olahraga yang tinggi saat sedang menyusui, dapat mempengaruhi kualitas ASI yang dihasilkan. Hal itu tentu tidak baik bagi si kecil.
Pada kesempatan tersebut, Astrid mengaku bahwa peran suami selama mendampingi istri yang sedang menyusui adalah hal yang sangat penting.
“Yang paling penting adalah suami ada di situ (mendampingi). Dia (suami) mengelus-elus punggung saja, itu rasanya enak banget,” tutur Astrid.
Ketika suami mendampingi, kata dia, ASI yang dihasilkan menjadi lebih banyak dan mood ibu jadi lebih baik.
Selama mengasuh bayi, suami juga perlu berbagai tugas dengan istri.
Baca juga: Pakar UI: ASI Turunkan Risiko Kanker bagi Ibu Menyusui
“Aku bagi peran sama suamiku. Kalau nanti malam, jaga malam, biasanya dia. Kalau dia sudah tidur, gantian aku,” ujarnya.
Menurut Astrid, tidur malam adalah hal penting bagi seorang ibu menyusui. Jika tidak berbagi tugas dengan suami, ibu menyusui tidak akan bisa tidur dengan nyenyak. Padahal, ibu butuh tidur yang cukup untuk menjaga kualitas ASI.
Mantan aktris cilik sekaligus penyanyi, Shafa Tasya Kamila yang memandu acara tersebut mengamini pernyataan Asrid.
Menurutnya peran suami sangat penting dalam proses menyusui dan merawat buah hati.
“Orang zaman dulu mungkin berpikir, urusan anak adalah urusan perempuan saja, urusan istri saja. Eits, zaman sekarang sudah tidak begitu lagi, ya. Kita harus berbagi tugas dan berbagi peran sama suami,” ucap Tasya.
Menurut Tasya, bantuan sekecil apa pun dari suami sangat berarti untuk meringankan beban istri yang 24 jam selalu menjaga anak.
Baca juga: 2 Tantangan yang Dihadapi Ibu Menyusui Saat Pandemi dan Solusinya
“Dibantuin saja begitu. Disiapkan saat mau menyusui, dipasangkan bantal menyusui, dibantu duduk, itu saja sudah kayak membantu banget,” kata Tasya.
Suami perlu siap dan sigap untuk mendampingi dan membantu istri yang sedang berjuang merawat dan menyusui anak.
Pada akhir acara, Tasya pun berpesan agar semua orangtua yang mengalami masalah menyusui, segera menghubungi orang-orang berpengalaman agar bisa mendapatkan solusi tepat.
“Misalkan ke bidan, atau ke konselor laktasi, atau mungkin juga bisa ke dokter spesialis anak. (Hal ini dilakukan) untuk tahu tumbuh kembang si kecil apakah sudah baik atau belum,” pesannya.