KOMPAS.com – Membacakan cerita kepada anak sebelum tidur terdengar sederhana. Namun, banyak sekali manfaat yang bisa diambil, baik untuk orangtua maupun anak.
Selain menambah waktu berkualitas bersama, membacakan cerita kepada anak-anak bisa memberikan mereka kesempatan membayangkan sesuatu yang belum pernah mereka alami.
Dengan kata lain, membacakan cerita melatih anak berimajinasi. Manfaat tersebut sangat penting untuk membantu perkembangan kognitif anak.
Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation Eddy Henry mengatakan bahwa perkembangan otak anak tidak hanya berkaitan dengan asupan nutrisi, tetapi juga pemberian stimulasi dan interaksi dengan anak. Salah satu bentuk stimulasi yang penting adalah dengan membacakan cerita.
“Membacakan cerita bukan hanya melatih kemampuan kognitif dan kreativitas tapi juga meningkatkan kedekatan antara orangtua dan anak,” lanjutnya.
Baca juga: 3 Kategori Stimulasi untuk Bantu Tumbuh Kembang Anak
Eddy menyatakan, interaksi merupakan salah satu bentuk stimulasi bonding yang baik bagi anak dan orangtua sehingga perkembangan sosial-emosional anak dapat terjadi.
Tak hanya itu, menurutnya, membacakan cerita seperti dongeng kepada anak juga bentuk dari stimulasi dini yang mampu merangsang keterampilan anak-anak dalam berbahasa dan mengenali bunyi.
Kegiatan membaca juga dipercaya dapat membantu pembentukan karakter, karena anak yang terbiasa dibacakan cerita akan terhubung secara emosional dengan tokoh pada buku cerita tersebut.
Assistant Manager Program SIGAP Tanoto Foundation Benedikta Dina menjelaskan, membiasakan membacakan cerita untuk anak akan membantu menumbuhkan empati dan rentang perhatian mereka.
“Menurut penelitian, cerita yang positif dapat membantu anak untuk belajar menjadi pribadi yang baik dan santun karena mereka terbiasa mendengar dan membaca cerita yang merefleksikan hal tersebut,” paparnya.
Baca juga: Bunda, Kenali Manfaat Kolostrum bagi Si Kecil
Dengan begitu, penting bagi orang tua untuk memilih buku cerita yang mengandung pesan dan amanat yang baik sehingga dapat pula dicontoh oleh anak.
Setelah memahami pentingnya menanamkan kebiasaan membaca buku kepada anak sejak dini, proses yang dilakukan orangtua berikutnya adalah memahami proses belajar membaca secara bertahap.
Dalam hal ini, kebiasaan membacakan cerita atau mendongeng bisa dilakukan sejak bayi untuk membangun kesadaran literasi. Kebiasaan ini akan sangat bermanfaat ketika anak berusia enam tahun atau mulai belajar membaca di taman kanak-kanak (TK).
Pasalnya, penelitian dari University of Washington menyebutkan, bayi mulai belajar tentang bahasa dari ibunya sejak ia berada dalam kandungan.
Baca juga: Perangi Hoaks, Edukasi Literasi Media Dibutuhkan untuk Tingkatkan Kemampuan Kritis Masyarakat
Membacakan buku cerita sejak bayi akan membantu anak memahami ritme bahasa dan melatih telinganya, meski mungkin mereka belum memahaminya.
Salah satu tips yang dapat dilakukan orangtua adalah menggunakan buku yang mampu menarik perhatian anak. Misalnya saja buku berbahan kain atau hiasan yang menarik bagi mereka.
Untuk anak di atas usia satu tahun, pilihlah buku yang berwarna, gambar berbeda di setiap halamannya, dan tekstur yang tebal untuk memudahkan membalik tiap lembarnya.
Buku yang berisikan sajak atau kata-kata berirama sangat direkomendasikan karena mempermudah anak belajar kosakata. Ajari pula anak untuk merespons, misalnya menunjuk, memberi isyarat, mengeluarkan suara, atau meniru kata.
Alyson Shaw, dokter anak dan asisten profesor di Universitas Ottawa mencontohkan salah satu metode, yakni dengan bertanya kepada anak.
Contohnya pertanyaan, "di mana balon merahnya?" ketika ada halaman yang bergambar balon. Minta anak menunjukkan lokasinya dan lakukan itu berulang kali untuk halaman yang berbeda.
Baca juga: 170 Pemimpin Masa Depan Diharapkan Muncul dari Program Teladan
Pada usia di atas dua tahun, pilihlah buku yang lebih kompleks dan menggambarkan aktivitas harian anak. Misalnya saja kebiasaan di rumah atau perjalanan ke taman bermain.
Pada usia itu, orangtua bisa mulai mengajukan pertanyaan ketika membaca buku untuk mengajak anak menebak alur ceritanya.
Hargai pendapat anak dengan tidak selalu berpatokan pada teks yang tertera di buku. Kembangkan kalimat dari kata-kata yang mereka lontarkan untuk mengajari tata bahasa dan kata-kata baru dengan lebih cepat.
Bagi orangtua yang sibuk bekerja, melatih kebiasaan tersebut tentu membutuhkan ketekunan dan dedikasi yang tinggi.
Meski demikian, investasi tersebut akan sangat berguna bagi perkembangan kemampuan anak dalam berbahasa, bersosialisasi, dan kepercayaan diri yang baik.
Baca juga: Analisis Data ECDI 2018: 88,3 Persen Anak Indonesia Berkembang Sesuai Tahapan
Temukan berbagai informasi lainnya seputar pengasuhan dan pendidikan anak usia dini di website sigap.tanotofoundation.org.