KOMPAS.com – Pada umumnya, setiap orangtua memiliki harapan besar agar si kecil tumbuh sehat. Untuk itu, para orangtua biasanya akan berupaya memenuhi kebutuhan nutrisi anak-anak mereka.
Namun, selain memenuhi kebutuhan nutrisi anak, ternyata anak butuh stimulasi agar tumbuh kembangnya bisa maksimal.
Stimulasi dilakukan untuk merangsang kemampuan kognitif anak, baik dalam bentuk penglihatan, bicara, pendengaran, dan perabaan.
Menurut penelitian, selama tahun-tahun awal kehidupan anak, ada lebih dari satu juta koneksi saraf baru yang terbentuk setiap detik.
Baca juga: Bunda, Kenali Manfaat Kolostrum bagi Si Kecil
Koneksi pada otak tersebut bisa memudar apabila tidak rutin digunakan. Oleh karena itu, stimulasi pada anak sejak dini sangat penting dilakukan.
Selain membantu pembentukan saraf baru, stimulasi dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif.
Itu semua tidak hanya berguna untuk masa kecil mereka, tetapi juga akan memiliki manfaat yang panjang pada masa depan.
Sebab, kesehatan emosional dan fisik, keterampilan sosial, serta kapasitas kognitif-linguistik akan sangat berguna bagi anak-anak ketika mereka tumbuh dewasa.
Baca juga: 5 Cara Stimulasi Anak Usia PAUD agar Lancar Membaca
Program Specialist Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation Arnoldus Paut menjelaskan, kurangnya stimulasi perkembangan anak pada tahun-tahun pertama kehidupan dapat memiliki konsekuensi seumur hidup.
“Itu dapat berdampak negatif pula terhadap kesiapan sekolah dan potensi belajar, kesehatan mental dan fisik sebagai orang dewasa, ketahanan terhadap stres dan penyelesaian konflik, serta rentan akan kemiskinan antargenerasi,” terang Arnold, dikutip dari keterangan resminya, Selasa (31/8/2021).
Menurut dia, setiap orangtua perlu untuk menyadari pentingnya stimulasi perkembangan anak sejak dini.
“Karena tidak hanya sehat, anak-anak memiliki hak untuk berkembang yang akan membantu mereka kelak saat memasuki usia produktif,” ujar dia.
Baca juga: 5 Cara Stimulasi Anak agar Lancar Membaca
Oleh karena itu, stimulasi yang dapat merangsang kemampuan dasar perlu rutin dilakukan bersama anak pada setiap kesempatan. Berbagai kegiatan stimulasi bahkan bisa dilakukan di rumah oleh orangtua atau pengasuh.
Meski demikian, penting diingat bahwa merangsang stimulasi untuk perkembangan anak memiliki jenis yang berbeda, bergantung pada tahapan usia mereka.
Dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Selasa, Tanoto Foundation menjelaskan tiga kategori stimulasi yang sesuai dengan tahapan usia anak.
Pada masa-masa ini, stimulasi yang diberikan kepada anak tidaklah rumit dan memakan banyak biaya.
Baca juga: Cara Orangtua Dorong Tumbuh Kembang Anak Usia PAUD Saat Pandemi
Orangtua secara rutin dapat memeluk, mengelus, menggendong anak-anak sembari menatap mata mereka dan berikan senyuman manis. Sesekali, anak mereka bicara atau kenalkan pada suara-suara ataupun musik.
Seiring bertambahnya usia buah hati, stimulasi dapat berupa permainan sederhana. Melalui permainan ini, orangtua bisa mengajarkan mereka merangkak, duduk, berjalan, maupun bertepuk tangan.
Melalui cara itu pula, orangtua bisa melatih refleks anak secara perlahan dengan memperkenalkan mereka pada benda di sekitar yang mudah digenggam.
Pada tahap ini, jenis stimulasi yang dapat dilakukan semakin beragam. Asah imajinasi anak dengan mengajaknya untuk mencoret-coret kertas dengan pensil warna, menyusun puzzle sederhana atau kubus dan balok-balok, serta memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah.
Baca juga: Menteri PPPA Nilai Lembaga Keagamaan Berpengaruh Dukung Tumbuh Kembang Anak
Selain itu, anak dapat mulai diajari melakukan aktivitas sehari-hari dengan tujuan untuk mengenalkannya pada kemampuan menolong diri sendiri.
Selain dapat membantunya untuk tidak bergantung pada orang lain, stimulasi melatih kemampuan menolong diri sendiri dapat membuatnya lebih percaya diri dan memiliki keberanian.
Beberapa hal yang dapat diajarkan, seperti melepas pakaian, mencuci tangan, makan dan mandi.
Ketika anak menginjak usia dua tahun, stimulasi yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah dengan mengembangkan keterampilan berbahasa dan kecerdasan.
Baca juga: Buku KIA, Bantu Pantau Tumbuh Kembang Anak di Tengah Pandemi
Ajak anak untuk berbicara menggunakan kata sifat, seperti jauh-dekat, panas-dingin, dan cepat-lambat. Lalu mengenal dan membedakan warna-warna, berhitung, serta menyebutkan nama anggota keluarga maupun teman.
Anak-anak pun dapat mulai dilatih untuk melakukan kegiatan yang lebih kompleks, seperti menyikat gigi, bermain masak-masakan, dan buang air di toilet.