KOMPAS.com - Investasi merupakan kompas bagi anak muda untuk mencapai kesejahteraan. Bukan hanya soal menambah pundi-pundi uang, investasi adalah perjalanan yang mengajari kedisiplinan, kesabaran, dan pengambilan keputusan.
Pengajar program Bachelor of Commerce James Cook University, Singapore, Dr. T Y Thong mengatakan, anak muda perlu merencanakan bagaimana mereka mencapai tujuan keuangannya.
“Saat orang memasuki tahapan kehidupan, seperti usia 30 tahun, 40 tahun, hingga setelah pensiun, mereka harus memikirkan bagaimana mencapai tujuan keuangan tersebut. Itulah kenapa investasi sangat penting,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (16/1/2024).
Dia menjelaskan, dengan berinvestasi, anak muda dapat menyiapkan berbagai kebutuhan di masa depan, seperti membeli rumah, mobil, atau membangun keluarga.
Kemudian, jika anak muda memulai berinvestasi sejak dini, risiko investasi yang mereka hadapi akan relatif lebih kecil.
Baca juga: Dosen Psikologi JCU, Singapore Jelaskan Peran Orangtua dalam Memilih Jurusan Kuliah
Dengan berinvestasi sejak dini, anak muda juga tidak membutuhkan banyak uang karena mereka dapat memulai dengan jumlah yang kecil.
Tak kalah penting, berinvestasi sejak dini dapat membuat anak muda belajar tentang investasi dan mendapatkan pengalaman lebih awal.
“Mempelajari investasi sangat penting, tak peduli kamu miskin atau kaya. Ini adalah ilmu untuk mencapai tujuan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Thong mengatakan, manusia sekarang hidup pada era nilai inflasi yang tinggi.
“Jika kita menabung di bank, uang itu tidak bisa “mengalahkan” nilai inflasi. Oleh karenanya, anak muda perlu memikirkan cara berinvestasi yang dapat mengalahkan inflasi,” katanya.
Baca juga: Lulus dari JCU Singapore, Alumni Asal Bali Ini Temukan Segudang Manfaat Psikologi
Doctor of philosophy (PhD) untuk Finance itu membagi jenis investor muda ke dalam dua kelompok. Pertama, tipe investor pasif, yakni orang yang tidak aktif mengikuti atau memonitor investasi.
Untuk investor jenis ini, dia merekomendasikan reksa dana dan exchange traded fund (ETF) yang cocok untuk investasi jangka panjang dan investor tidak terlalu mengikuti dunia investasi.
Kedua adalah investor aktif, yakni investor yang agresif dan telah memiliki pengetahuan terkait investasi serta mengetahui cara mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
Untuk investor jenis ini, Dr. Thong merekomendasikan berinvestasi saham karena mereka dapat mengidentifikasi saham yang nilainya kecil, tetapi mempunyai potensi besar pada masa depan.
“Saran saya untuk yang baru berinvestasi, pilihlah jenis instrumen yang paling nyaman atau familier. Indeks saham juga merupakan bentuk investasi yang terdiversifikasi dan nilainya naik dalam periode lama,” katanya.
Dr. Thong menambahkan, sebelum berinvestasi, investor harus memahami bahwa kegiatan ini memiliki risiko. Bahkan, terdapat adagium populer high risk, high return yang menggambarkan risiko berinvestasi.
Namun, ungkapan itu berkonotasi negatif. Sebagai ganti, dia memberikan alternatif lain, yakni no risk, no return yang menekankan keniscayaan risiko dalam berinvestasi.
“Akan selalu ada risiko dalam berinvestasi dan keuntungan yang diraih merupakan kompensasi dalam mengambil risiko tersebut,” ungkapnya.
Dr. Thong menjelaskan, berbagai jenis investasi memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Dia mencontohkan, surat berharga menawarkan risiko yang lebih rendah, tetapi suku bunganya juga lebih rendah jika dibandingkan dengan saham.
Sifat fluktuatif pasar saham juga memiliki risiko tambahan yang secara inheren terkait dengan faktor eksternal, seperti tingkat bunga, kinerja ekonomi, dan peristiwa tak terduga, seperti Covid-19.
Baca juga: Gelar Pertemuan secara Hybrid, JCU Singapore Sambut Hangat Para Mahasiswa Baru beserta Keluarga
Terkait hal itu, Dr. Thong menekankan pentingnya manajemen risiko dengan cara memahami risiko terkait dengan investasi yang dipilih.
Strategi mitigasi risiko berkisar dari pembatasan jumlah investasi hingga metode canggih, seperti mekanisme stop-loss.
Dia juga meminta investor muda berfokus pada meminimalkan risiko dengan melakukan analisis yang teliti, termasuk mengikuti perkembangan pasar dan membaca berita.
Ada pula prinsip diversifikasi, yakni tidak menempatkan semua sumber daya finansial mereka dalam satu aset.
“Investor yang sukses memiliki risiko yang relatif kecil dengan keuntungan yang besar karena mereka memiliki portofolio yang terdiversifikasi. Jangan taruh telur di satu keranjang,” jelasnya.
Baca juga: Serunya Reuni Alumni JCU Singapore, dari Nostalgia hingga Kolaborasi Bersama
Tak kalah penting, Dr. Thong meminta investor muda membuat ekspektasi yang realistis sebagai alat untuk mengantisipasi performa investasi pada masa depan.
Dr. Thong mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan investor baru untuk menyelami pasar keuangan yang kompleks.
Dia menekankan pentingnya pada pemahaman komprehensif dalam mengeksekusi transaksi, baik dalam menjual atau membeli produk investasi. Kemudian, rajin melakukan analisis terhadap pasar dan perusahaan.
Untuk memulai, Dr. Thong mengenalkan rule of thumb, yakni pendekatan personal untuk mengatur risiko, seperti mengurangi pengeluaran dengan persentase tertentu, misalnya umur.
Dia mencontohkan, orang dengan pendapatan sisa 1.000 dollar Amerika Serikat (AS) per bulan dapat menginvestasikan uang sebanyak 800 dollar AS. Caranya adalah 1.000 dollar AS dikurangi 20 persen, yakni usia investor muda tersebut.
Pendekatan personal, seperti menggunakan umur, penting untuk memahami bahwa kelompok umur memiliki risiko yang berbeda-beda.
Dr. Thong juga mengingatkan agar tidak terlalu bergantung pada informasi di sosial media serta menekankan pentingnya mengembangkan kemampuan analisis dan opini sendiri.
Tak kalah penting, sisi emosional investor juga perlu dikelola agar tidak mendikte keputusan investasi. Investor harus rasional, selalu well-informed, dan disiplin dalam mengambil keputusan.
“Ketika nilai saham sedang turun, investor sangat cemas. Ketika nilai saham naik, investor jadi sangat senang. Kita tidak seharusnya memiliki emosi seperti ini dalam berinvestasi,” ungkapnya.
Selain itu, pengajar accounting, corporate finance, fixed-income securities, dan entrepreneurial finance itu juga menyarankan investor muda mengikuti perkembangan teknologi yang membuat transaksi lebih mudah.
Dalam hal ini, investor harus banyak mengakses informasi pasar, layanan dari broker, hingga tips pengambilan keputusan.
Pemahaman ekonomi global sangat penting dalam dunia investasi. Sebab, kondisi ekonomi global tidak hanya mempengaruhi satu negara atau satu pasar, tetapi juga seluruh dunia.
Dr. Thong juga memaparkan terkait prinsip dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi. Dia mengatakan, semua investor harus memahami appetite atau nafsu diri sendiri.
“Seperti makan, ada orang yang nafsu dalam berinvestasi kecil, ada yang besar. Artinya, semakin tinggi nafsunya, semakin tinggi toleransi risikonya,” jelasnya.
Dengan mengevaluasi nafsu dalam berinvestasi, investor dapat mengenali risiko sendiri dan mengatasinya.
“Kita harus memahami apa yang sedang terjadi untuk mengestimasi apa yang terjadi pada masa depan karena dunia investasi sangat dinamis,” katanya.
Baca juga: Simak Cara Investasi ORI025 via Aplikasi BRImo
Lebih lanjut, Dr. Thong mengatakan, edukasi keuangan di tingkat universitas berperan penting dalam kehidupan mahasiswa, bukan hanya mengajari tentang konsep, tetapi juga melatih pemecahan masalah.
Pembelajaran keuangan di tingkat universitas lebih dari memberikan bekal teoritis kepada mahasiswa, tetapi melatih proses berpikir tentang skenario dunia nyata.
Dia mencontohkan, mahasiswa mungkin lupa tentang konsep secara detail, tetapi mereka tahu hubungan antara suku bunga yang naik berarti harga aset yang menurun dan berguna dalam berinvestasi.
Dengan pembelajaran itu, mahassiwa dapat menginterpretasi gejala yang terjadi di pasar, membuat keputusan yang terinformasi, dan beraksi dengan tepat ketika terjadi perubahan dalam industri.
“Alasan utama mempelajari finance adalah mengatasi ketakutan dan keserakahan dalam berinvestasi. Caranya dengan memahami valuasi,” tegasnya.
Baca juga: Pemilu Tak Menghalangi Seleksi dan Evaluasi Investasi Asing di IKN
Terkait pembelajaran investasi di JCU, Singapore, Dr. Thong mengaku memiliki berbagai kelas, mulai dari finance dasar hingga yang tingkat lanjut.
JCU, Singapore juga mengintegrasikan pembelajaran dengan Bloomberg Terminal, yakni perangkat lunak untuk memonitor perkembangan terkini dan pergerakan pasar keuangan.
Dengan teknologi itu, mahasiswa dapat menilai informasi yang tersedia dan memahami apa yang mereka pelajari.
“Di JCU, Singapore kami tidak hanya mengajar, tetapi juga melatih. Kami memahami masalah mahasiswa, kami menangani masalahnya,” ujarnya.
Semua mahasiswa JCU, Singapore yang belajar dan mampu menerapkan pembelajaran tersebut, terutama Bachelor of Business dan Bachelor of Commerce, akan mendapatkan sertifikasi dari Bloomberg dan berbagai sertifikat lain, seperti environmental social and governance (ESG).
Baca juga: OIKN: Tak Benar Investasi Asing di IKN Belum Pecah Telur, Ini Faktanya
Dr. Thong mencontohkan, mahasiswa yang meraih sertifikasi Bloomberg Market Concepts (BMC) dapat berkesempatan lebih besar direkrut perusahaan karena terbukti mampu mengaplikasikan dan memproses informasi di Bloomberg Terminal.
Pelajari lebih lanjut mengenai program perkuliahan yang ada di James Cook University di www.jcu.edu.sg atau menghubungi James Cook University, Singapore melalui e-mail andrew.lim@jcu.edu.au.