KOMPAS.com - Belajar ilmu psikologi membawa daya tarik tersendiri, karena memungkinkan seseorang untuk meraih pemahaman yang lebih mendalam tentang pikiran, perilaku, dan emosi manusia.
Daya tarik itu pula yang membawa Putu Nasya Putri Setyawan untuk memilih program studi Bachelor of Psychological Science di James Cook University (JCU), Singapore.
Sejak masa sekolah menengah atas (SMA), gadis kelahiran Bali ini telah menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap dunia psikologi. Ketertarikan ini bukan hanya sekadar minat, tetapi juga passion yang membimbingnya dalam memahami kompleksitas dan keunikan psikologi.
“Memang dari dulu itu aku suka banget yang namanya observing people. Kayak aku tuh orangnya observing banget. Jadi kalau ngobrol sama orang itu secara nggak sadar aku sudah mulai melihat gerak-gerik mereka, their body language gimana,” ucap Nasya kepada Kompas.com, Rabu (10/1/2023).
“Terus aku juga tertarik sama yang namanya mental health awareness. Dari situ aku mikir kayaknya kalau aku belajar psikologi bisa jadi sebuah batu loncatan untuk mempelajari mental illness dan membedah manusia, (lewat) pikiran dan emosi mereka,” sambungnya.
Baca juga: Gapai Doktor Psikologi, Rahmanto Teliti Permukiman Kumuh di Pesisir Utara Jakarta
Sebelum menjejakan kaki di dunia psikologi, Nasya sempat mendapat keraguan dari orangtuanya, terutama sang ayah.
Ia menceritakan bahwa sang ayah awalnya kurang begitu yakin terhadap keputusan putri semata wayangnya untuk mengambil jurusan psikologi.
Berbeda dari tanggapan ayahnya, ibunda Nasya langsung mengamini niat buah hatinya untuk mengambil jurusan tersebut.
“Dari awal sebenarnya mama sangat mendukung karena sifatnya sebelas dua belas sama aku. (Beliau) juga sangat tertarik di bidang ini. Tapi kalau papa lebih (tanya) kenapa psikologi? Kenapa enggak pilih bisnis atau kedokteran?” ucapnya.
Baca juga: Mengenal Kadaver dan Fungsinya dalam Ilmu Kedokteran
Merespons pertanyaan sang ayah, Nasya dengan percaya diri menjawab bahwa psikologi juga termasuk bidang kesehatan yang lebih fokus terhadap kejiwaan manusia.
Ia juga meyakinkan keluarganya bahwa ilmu tersebut nantinya akan sangat berguna, terutama bagi banyak orang.
Penjelasan tersebut akhirnya membawa Nasya terbang ke Singapura untuk belajar di JCU Singapore.
Jika kembali ke masa itu, ia mengaku bahwa tidak mudah merantau ke negeri orang. Bahkan, Nasya sampai menangis satu minggu berturut-turut setelah tiba di Negeri Singa.
Baca juga: Beasiswa S1 Singapura 2024, Kuliah Gratis dan Uang Saku Rp 75 Juta
“Waktu sampai Singapura itu (merasakan) culture shock seminggu kayaknya. Kalau (perbedaan budaya) paling mencolok dari Singapura sendiri itu very fast country. Jadi apa-apa serba cepat, seperti mass rapid transit (MRT) atau orang-orang di sana. Sedangkan aku di Bali itu ke mana-mana ya pelan-pelan gitu ya,” tutur Nasya.
Selain itu, lanjut dia, terdapat perbedaan budaya seperti sapa-menyapa. Nasya mencontohkan, orang di Bali sangat familier dengan sapaan, tetapi orang Singapura terkesan lebih cuek.
Meski demikian, kata Nasya, hal tersebut membawa perubahan positif dalam hidupnya. Salah satunya, ia bisa menjadi pribadi lebih mandiri, tertata, dan melakukan segala sesuatu dengan lebih cepat.
Selain dari keseharian, Nasya mengungkapkan bahwa selama kuliah di Singapura membuat dirinya lebih siap dalam menghadapi dunia profesional.
Baca juga: 5 PTN Ini Punya Jurusan Tata Boga untuk Calon Profesional Bidang Kuliner
“Kalau dari sisi profesional juga banyak, terutama saat di JCU Singapore itu aku sempat ikut menjadi pengurus Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura (PPIS) dan IndoJCUS yaitu perkumpulan anak-anak Indonesia di JCU,” ucapnya.
Lebih lanjut, Nasya menjelaskan bahwa posisinya di PPIS sebagai External Affairs. Dengan jabatan ini, ia berperan sebagai jembatan komunikasi antara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura dan perguruan tinggi yang bernaung di PPIS. Sementara di IndoJCUS, Nasya menjabat sebagai Public Relations (PR).
Berkat pengalaman tersebut, ia mengaku telah mendapatkan banyak pengalaman luar biasa karena bertemu dengan banyak orang yang memiliki wawasan luas.
Hasilnya, Nasya bisa membangun keterampilan dalam berkomunikasi, mengorganisasi sebuah acara, menggaet perusahaan lewat proposal, dan membantunya dalam mempresentasikan diri ke orang lain.
“Thanks to JCU Singapore dan PPIS karena aku banyak ditemukan dengan orang hebat, banyak juga terlibat komunikasi dan diskusi dengan murid luar atau Indonesia dari different culture, different background, diverse gitu,” imbuh alumnus JCU, Singapore lulusan 2023 itu.
Baca juga: Alumnus Magister Hukum Untar Jadi Ketua MK, Rektor Ucapkan Selamat
Dilihat dari sisi akademis, Nasya mengungkapkan bahwa Ilmu Psikologi memberikan banyak pengalaman menarik. Sebab, ilmu ini mengajarkan bagaimana membedah manusia melalui pikiran dan emosi mereka.
“Apalagi, psikologi bisa memberikan pemahaman tentang mental illness, seperti depresi, skizofrenia, bipolar. Itu kan sebenarnya very interesting kalau memang suka,” ucap Nasya.
Selain itu, lanjut dia, pengalaman paling berkesan adalah ketika diberikan tugas berupa penanganan kasus atau bagaimana cara menangani pasien atau klien dengan riwayat sakit tertentu.
Tak hanya tugas, ia juga mendapatkan pengalaman menarik selama kuliah dari pertemanan dan pengarahan para dosen di psikologi yang mayoritas bergelar doktor.
Baca juga: Gapai Doktor Psikologi, Rahmanto Teliti Permukiman Kumuh di Pesisir Utara Jakarta
Nasya menyatakan bahwa para pengajar di JCU Singapore cukup membantunya dalam berdiskusi dan menyelesaikan berbagai tugas.
Selama mempelajari ilmu psikologi, ia mengaku memiliki banyak mata kuliah (matkul) favorit. Akan tetapi, matkul sangat berkesan baginya adalah counseling dan psychopathology.
“Kalau counseling itu bagaimana kita menjadi bagian dari konselor, kita belajar counsel people, ngasih advice ke orang, kita menerapkan berbagai keterampilan konseling. Sementara, psychopathology itu lebih membahas pada penyakitnya, seperti depresi, skizofrenia, bipolar. Dua modul ini menurutku paling menarik,” ujarnya.
Di sisi lain, Nasya tak menampik jika ada banyak tantangan yang dihadapinya selama mendalami ilmu psikologi di JCU Singapore. Salah satunya adalah manajemen waktu dan menemukan sistem belajar yang sesuai.
Baca juga: Beasiswa S2-S3 Australia, Cek 20 Kampus Top Pilihan dan Syarat IELTS
“Selain itu, aku juga harus beradaptasi sama lingkungan kampus karena awalnya nggak punya teman. Jadi itu need some time. Tapi eventually I got there dan semuanya jadi very fun,” ucapnya.
Menurut Nasya, ilmu psikologi tak hanya berguna untuk masyarakat luas ataupun karier, tetapi juga bagi kebutuhan diri.
Oleh karena itu, ia memilih kampus yang sesuai untuk mengasah minatnya, seperti di JCU Singapore.
“Aku memang (waktu itu) mencari kampus yang akreditasi psikologinya bagus. Memang banyak pilihan universitas, tapi jaraknya jauh-jauh dari rumah sedangkan aku enggak ingin yang terlalu jauh. Terus ditawari dari agen aku itu kampus, JCU Singapore yang dikenal dengan the best university in psychology,” imbuh Nasya.
Baca juga: 10 Sekolah Terbaik di Bali, Acuan Daftar pada 2024
Akhirnya, ia menjatuhkan pilihan kepada JCU Singapore, yang memiliki jarak tidak terlalu jauh dari Bali dibandingkan dengan negara lain.
Menurut Nasya, Singapura menjadi tempat terbaik untuk berkembang, terutama bagi para calon mahasiswa baru yang ingin kuliah di luar negeri.
“Walaupun lumayan mengasah mental, tapi justru serunya di situ. Bagaimana kamu bisa mengasah mental dan kamu balik dari Singapura, you can survive everywhere. Kamu akan menjadi orang yang hebat kalau sudah dari Singapura, itu menurutku sesuai pengalaman,” imbuhnya.
Nasya juga mengungkapkan bahwa banyak pengalaman manis yang didapatkan selama kuliah di JCU Singapore. Salah satunya adalah menemukan arti sebuah keluarga dan rumah kedua di JCU Singapore.
Baca juga: 8 Cara Menjadi Mahasiswa Rantau yang Beretika
“Banyak yang bilang kalau anak rantau itu it’s not about the place tapi it’s about the people. Nah, (arti) keluarga dan rumah kedua itu aku rasain bangat sebagai anak rantau,” ucap Nasya.
Selain itu, lanjut dia, orang-orang Indonesia yang berkuliah di JCU Singapore juga sangat ramah.
“Kalau ada orang Indonesia di JCU Singapore itu bakal kita gaet. Kita welcome banget sama murid baru. Jadi untuk future student yang mau kuliah di JCU gas aja. Karena you have very much fun sama teman-teman dan lingkungan di sana karena kampusnya homey banget. Terutama untuk jurusan psikologi, silakan datang ke JCU,” ucap Nasya.
Pelajari lebih lanjut mengenai program perkuliahan yang ada di James Cook University di www.jcu.edu.sg atau menghubungi James Cook University, Singapore melalui e-mail andrew.lim@jcu.edu.au.