KOMPAS.com – Kebutuhan dunia industri akan tenaga kerja terus berubah sesuai dengan kondisi saat ini.
Kepala Pemasaran dan Wakil Presiden Internasional James Cook University ( JCU) Dr David Craig mengatakan, saat ini, pengusaha menginginkan pekerja yang dapat menjadi pemikir kritis, independen, serta pemecah masalah yang bersedia menantang norma-norma dengan semangat inovasi dan kewirausahaan.
“Mungkin bisa lebih dari itu. Mereka (pengusaha) ingin individu memiliki kemampuan untuk melepaskan pembelajaran dan belajar kembali,” ujarnya dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Senin (15/7/2024).
Bagi universitas seperti JCU, katanya, tantangannya terletak pada kemampuan adaptasi kampus untuk memenuhi kebutuhan dunia industri serta membekali mahasiswa dengan fleksibilitas dan pola pikir berkembang.
Tujuannya adalah agar peserta didik dapat sukses di dunia yang cepat berubah karena teknologi baru, industri 4.0, serta perubahan geopolitik dan perubahan iklim.
Oleh karena itu, sebagai kampus yang menempati peringkat 2 persen teratas dunia, JCU berupaya membina lulusan yang memiliki keterampilan berorientasi masa depan melalui pembelajaran di lingkungan yang membina dan bermanfaat.
Salah satu upaya itu diwujudkan melalui pendekatan JCU First. Melalui pendekatan ini, seluruh kampus JCU, baik di Singapura maupun di Townsville dan Cairns, Australia, kini semakin terintegrasi.
“Dengan menyatukan semua kampus JCU, kami tampil sebagai satu universitas yang utuh kepada berbagai macam pasar kami,” jelas Dr Craig.
Selain efisiensi biaya karena penyederhanaan operasional, pendekatan JCU First juga menjamin bahwa universitas akan memberikan layanan yang konsisten, menginspirasi, mendukung, dan terlibat dalam perjalanan mahasiswa menuju kesuksesan di kampus mana pun mereka tersebut terdaftar.
“Di JCU, kami bukanlah pabrik gelar. Bisnis kami adalah mengubah kehidupan dan membina talenta untuk memenuhi kebutuhan industri, baik yang sudah ada, baru, maupun yang sedang berkembang,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalamannya di dunia pendidikan tinggi sejak 2008 serta penelitiannya tentang komunikasi dan pengembangan brand universitas selama studi PhD-nya, Dr Craig menekankan dampak besar dari kompetitor online baru dan teknologi disruptif terhadap model bisnis universitas tradisional.
"Teknologi ini membutuhkan tingkat transparansi dan kelincahan yang lebih tinggi daripada yang biasa dilakukan universitas," jelasnya.
Dr Craig melanjutkan, para pemangku kepentingan, seperti industri dan pemberi kerja, serta pemerintah dan mahasiswa, kini memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap program universitas, pendanaan, dan inisiatif penelitian.
Untuk memenuhi ekspektasi itu, kata Dr Craig, pendekatan JCU First disusun dengan meninjau operasional universitas dari kacamata pelanggan utamanya, yaitu mahasiswa.
“Sering kali, institusi besar terjebak dalam pengorganisasian yang berpusat pada proses dan struktur internal. JCU berfokus pada mahasiswa, mulai dari kontak awal hingga pendaftaran, kehidupan kampus, dan pada akhirnya, kelulusan,” ungkapnya.
Baca juga: Lulusan Bachelor of Commerce JCU Singapore Ini Tumbuhkan Pasar Indofood di Kawasan Asia
Dr Craig menjelaskan, JCU First berfokus mempersiapkan mahasiswa untuk masa depan industri dengan mengembangkan kompetensi interkultural mereka melalui program pertukaran antarkampus dan mengasah potensi kerja mereka, baik yang memilih berkarier di dalam negeri maupun di tempat lain di dunia.
Sebagai informasi, selama lebih dari 20 tahun, JCU merupakan satu-satunya institusi asal Australia yang diakui di Singapura dengan status universitas. JCU pun telah mendapatkan penghargaan EduTrust Star.
JCU menawarkan program gelar di berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, bisnis, akuntansi, desain permainan, pariwisata dan perhotelan, serta ilmu lingkungan.
Dengan mata kuliah yang disampaikan melalui sistem trimester, siswa dapat mempercepat pembelajaran mereka dengan menyelesaikan gelar sarjana dalam waktu dua tahun dan gelar master dalam satu tahun.
Dr Craig mengatakan, pendekatan JCU First memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengakses pengalaman di kampus Australia dan Singapura secara langsung melalui program Intercampus Exchange Program.
Dengan begitu, mahasiswa JCU akan diperkaya dengan kesempatan untuk belajar tentang budaya lain, membantu mereka membangun koneksi profesional internasional, dan mengembangkan keterampilan yang penting untuk terlibat secara efektif dengan komunitas global.
Mahasiswa pun tidak perlu khawatir dengan urusan dokumen dan tahapan pertukaran yang rumit. Sebab, JCU telah mendesain ulang program Intercampus Exchange Program tersebut untuk memberikan kemudahan pada mahasiswa.
Baca juga: Founder Polki Indonesia Terapkan Ilmu dari JCU Singapore untuk Raih Impian Jadi Wirausaha
Selain itu, jadwal akademis di kedua negara juga telah diselaraskan untuk memberikan memfasilitasi pergerakan yang lancar bagi mahasiswa di antara tiga lokasi kampus JCU.
Untuk diketahui, JCU Singapura telah memiliki program pertukaran yang memungkinkan mahasiswanya menghabiskan dua semester perkuliahan di Australia untuk mempelajari kurikulum yang sama sambil membayar biaya kuliah dalam mata uang Singapura.
Merefleksikan warisan institusi di Singapura, Dr Craig mengatakan bahwa melalui keterlibatan dengan mitra global, ia telah menyaksikan kesempatan unik yang diberikan kepada mahasiswa JCU di Singapura. Termasuk, akses ke profesional industri yang terampil dan pengalaman multikultural yang mendalam.
“Para lulusan berbicara kepada saya tentang kesempatan yang kami berikan, seberapa baik kami mempersiapkan karier mereka, serta perhatian dan dukungan yang kami tawarkan. Tidak hanya selama mereka di kampus, tetapi juga di luar itu, sebagai alumni yang bangga dan warga dunia,” katanya.
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai program perkuliahan yang ada di James Cook University, Anda bisa mengunjungi situs web www.jcu.edu.sg atau menghubungi James Cook University, Singapore, melalui e-mail andrew.lim@jcu.edu.au.