KOMPAS.com – Rahadi Marsito mengaku beruntung bisa menjajaki dunia profesional selama 11 tahun di perusahaan yang sama.
Sebab dalam kurun waktu itu, jenjang kariernya selalu meningkat dari yang awalnya bekerja sebagai part-timer hingga sekarang menjadi direktur di usia muda.
Asal tahu saja, posisinya sebagai direktur tidak diperoleh dengan mudah. Pria yang akrab di sapa Dito ini harus meniti karier dari part-timer, lalu menjadi staf dan manajer.
Mengutip ceritaprasmul.com, lulusan Marketing and Finance Management (MM) Prasmul ini membagikan pengalaman suksesnya dalam meniti karier.
Lulusan Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung, dan Magister Manajemen (MM) Prasmul ini mengaku bahwa Career Day dan koneksi telah mengantarkannya pada pekerjaan pertamanya.
Baca juga: Prasmul Jadi Salah Satu Perguruan Tinggi yang Paling Banyak Menangkan Kompetisi Wirausaha
Meski mengaku telah memeroleh pembelajaran baru di pekerjan tersebut, Dito menyatakan, merasa kurang mencapai work-life balance di sana. Oleh karenanya, dia memberanikan diri mencari tempat bekerja idaman.
Pekerjaan seperti itu, ia temukan di Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, salah satu tempat kerja part-time ketika berkuliah di Prasmul.
“Di Prasmul kami mendalami keempat pilar bisnis, salah satunya human resource. Walau berkarier di bidang properti, mata saya menjadi terbuka bahwa bagaimana pun perusahaan itu harus menghargai seluruh karyawan, rewarding, serta memiliki key performance indicator (KPI), dan career path yang jelas,” katanya.
Dengan begitu, lanjutnya, ketika sedang jenuh dalam bekerja, hal ini dikarenakan faktor internal atau eksternal.
Ayah dari satu putra ini menyatakan, lingkungan kerja merupakan bagian dari hidup yang sangat memengaruhi well-being, sebagaimana 8-8-8 Rules, yakni 8 jam istirahat, 8 jam hiburan, dan 8 jam bekerja.
“At the end of the day, minimal kita akan menghabiskan lima hari seminggu untuk ketemu orang kantor, dealing with clients, sehingga mau nggak mau kita harus enjoy what we do dan lingkungan kita. Karena itu base untuk bisa capai prestasi ke depannya,” jelasnya.
Meskipun ungkapan never stop learning terdengar klise, tetapi lulusan SMP dan SMA Kanisius ini telah membuktikan pentingnya prinsip tersebut dalam memberikan challenge bagi diri agar tidak jenuh.
Baca juga: AIESEC Prasmul Bawa Sukarelawan ke Luar Negeri, Apa Saja Kegiatannya?
“Kalau kita menunggu seperti yang diekspektasikan, ya akan biasa aja. Tapi ketika jemput bola, begitu ada platform teknologi untuk komunikasi regional office dipelajari, ada kesempatan training juga aktif, bahkan untuk outing juga kita proaktif memberikan ide, saat itulah kita menjadi bisa serius bekerja, belajar, tapi dapat sisi fun juga untuk memberikan motivasi kerja,” paparnya.
Begitu pula setelah menjadi seorang direktur di Strategic Consulting Department, Dito menyadari senior perlu mengesampingkan ego dan no-offense, jika saja generasi di bawahnya lebih mengetahui hal-hal yang bersifat modern.
“Jurang kegagalan seorang leader adalah ketika ia menolak input dari tim,” katanya.
Dia mencontohkan, dahulu dirinya lebih suka praktik daripada membaca. Kini dia harus membuka buku untuk kembali memperkaya pengetahuan, sembari aktif menanyakan pendapat tim.
“Nggak selalu habit yang kita pelajari dari kecil itu menjadi basis dari diri kita sekarang, karena learn anytime and from everyone itu mutlak,” jelasnya.
Menjalani karier dengan sangat progresif di perusahaan yang sama selama 11 tahun merupakan perjalanan yang panjang. Selain selektif memilih lingkungan bekerja, Dito memiliki tips enjoy lainnya dalam bekerja.
Baca juga: Dukung Penguatan Startup, Universitas Prasmul Luncurkan S1 Teknologi Finansial
Pertama, memahami diri sendiri. Dito yang menyadari yang kecocokan di bidang properti sebagai seorang profesional lantas mengevaluasi kembali apa yang dia inginkan agar bisa konsisten dan persistence.
Kedua, menjadikan lingkungan sekitar sebagai support system, bukan pembanding. Dalam setiap aspek karier, menurutnya, adalah tentang keberhasilan dan belajar bukan kegagalan.
“Ketika melihat yang lain sudah senior atau yang lainnya, ya it’s their stories. Pikirkan career growth kita sendiri karena kompetisi kita adalah dengan diri kita saat ini,” ungkapnya.
Ketiga, mengatasi perasaan jenuh dengan evaluasi dan rekreasi. Dia mengajak pekerja tidak terlalu keras pada diri sendiri.
Pemilik akun Instagram @difotodito ini mengaku, selain fotografi, kegiatan tari bersama istri atau waktu bersama keluarga dapat menjadi sarana untuk menjernihkan pikiran, sehingga evaluasi diri dapat lebih maksimal.
Baca juga: 5 Tips Bekerja di Startup Unicorn Gojek ala Alumni Prasmul
Sebagai informasi, MM Regular Prasmul merupakan program penuh waktu intensif selama 18 bulan bagi mereka yang telah menyelesaikan gelar sarjana dan memiliki nol sampai dua tahun pengalaman kerja.
Program ini menawarkan program komprehensif untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan manajemen bisnis, serta keterampilan kepemimpinan melalui program Personal Leadership Development (PLD).
Sementara itu, Career Day Prasmul merupakan bursa lowongan kerja eksklusif yang diselenggarakan oleh Career and Development Center (CDC) Prasmul.
Program tahunan ini menggandeng jajaran industri untuk mempertemukan mereka dengan lulusan-lulusan terbaik Prasmul.
Selain itu, CDC juga menjadi cara untuk mempersingkat peluang pelamar kerja karena bisa terbuka kesempatan langsung interview.