KOMPAS.com - Setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan, tak terkecuali Henky Lesmana dan Paulina Lo, pendiri PT Pro-Health International sekaligus pengampu program Doktor (S3) Manajemen dan Kewirausahaan Prasetiya Mulya (Prasmul).
Untuk diketahui, PT Pro-Health International adalah perusahaan yg bergerak dibidang alat kesehatan.
Sebelum meraih kesuksesan seperti sekarang, Henky menceritakan, perjalanan bisnisnya bersama Paulina dimulai saat ia dihadapkan pada business plan atau rencana bisnis. Tepatnya untuk tugas akhir sebagai mahasiswa Magister Manajemen (MM) Executive pada 2001.
Mengutip ceritaprasmul.com, ketika itu, ia bersama Paulina yang merupakan alumni MM Regular sepakat membangun perusahaan yang bergerak dibidang medical conference organizer atau penyelenggara konferensi medis.
Baca juga: Kini Calon Nasabah Generali Bisa Manfaatkan Layanan Digital Medical Check Up
“Itulah yang menjadi cikal bakal PT Pro-Health International, yang kami bangun hingga sekarang,” kata Henky, dikutip dari ceritaprasmul.com, Senin (31/12/2021).
Bagi Henky dan Paulina, membangun usaha merupakan never ending journey atau perjalanan yang tidak pernah berakhir. Sebab selalu ada masalah yang dihadapi.
Untungnya, lingkungan sinergis di Prasmul memberikan kesempatan yang luwes untuk berkonsultasi dengan para praktisi.
“Kalau saya sudah pasti nggak bakal kemana-mana,” ucap Henky dan Paulina dengan lantang.
Baca juga: Dosen Universitas Prasmul Rancang Sistem Pangan Berkelanjutan Melalui Haltrack
Selain para praktisi, Henky menjelaskan, hubungan baik dengan faculty member ikut memotivasinya dalam belajar lewat pertanyaan yang ia lontarkan dan advice atau nasihat yang diberikan.
“Kalau saya boleh bilang, Prasmul adalah sekolah terbaik di Indonesia. Bukan hanya dalam hal knowledge atau pengetahuan dan skill atau keahlian, tetapi juga budayanya,” ujar Henky.
Alhasil, berbekal ilmu serta kerja keras Henky dan Paulina, bisnis yang sudah dijalankan selama 20 tahun tersebut kini telah berkembang menjadi tiga perusahaan dan terus bertumbuh.
Meski sudah layak dikatakan sukses berbisnis, Henky dan Paulina tak merasa puas dengan pencapaian masa kini. Justru, mereka berfokus pada apa yang perlu dipersiapkan untuk masa depan.
“Saya berpikir, masa depan akan seperti apa, ya?. Sebab, saya menyadari bahwa akademik yang saya ampu 17 tahun lalu telah berubah seiring perkembangan industri. Saya ingin punya bayangan, supaya bisa mulai mencampur dan meramu strategi menghadapinya,” kata Henky.
Di satu sisi, keinginan memperoleh competitive advantage atau keunggulan kompetitif sebagai pebisnis turut muncul dalam benak Paulina.
Baca juga: Apa Itu Networking? Penjelasan dan Manfaatnya Bagi Pebisnis
“Orang pintar itu banyak, tetapi tak banyak yang mau mencapai level edukasi tertinggi,” ucapnya.
Dari berbagai alasan tersebut, Henky dan Paulina pun mantap melanjutkan pendidikan dalam Program Doktor Manajemen dan Kewirausahaan pertama di Indonesia.
Selain untuk bisnis, gelar yang ingin mereka dapat juga untuk memberikan teladan bagi anak-anak, serta pertimbangan reputasi profesional perusahaan.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Pemkot Bekasi Putuskan Tetap Gelar PTM dengan Kapasitas 50 Persen
Banyak yang mengira bahwa gelar doktor hanya identik dengan akademisi, namun pengalaman Henky dan Paulina berkata lain.
Fenomena (fenomenologi) yang terjadi dalam lingkup bisnis ternyata dapat didekati secara ilmiah, bagaimana teori-teori terkini terutama dari jurnal-jurnal ilmiah dapat diterapkan ke dalam perusahaan mereka.
“Di tempat lain mungkin berbeda, tetapi di Prasmul kami dapat mengaplikasi pembelajaran “kelas” ke dalam organisasi kami. Terlebih, ketika Profesor Agus berbagi seputar co-creation of values atau penciptaan nilai bersama, itu kami presentasikan kembali, share dengan karyawan, dan modifikasi seusai relevansinya dengan praktik bisnis kami," ujar Paulina.
Merasa memperoleh akses terhadap fenomena baru industri, kedua mahasiswa yang menduduki jabatan C-Level ini sangat mendukung hadirnya lulusan doktor jempolan yang semakin banyak di Indonesia.
Baca juga: FT UGM Wisuda 105 Magister dan Doktor, Dua Lulusan Raih IPK 4
“Jika ada semakin banyak peneliti di Indonesia, semakin banyak pula invention atau penemuan yang akan membuat negara menjadi lebih maju,” ucap Paulina.
Bagaimanapun, kedua partner bisnis ini percaya bahwa keberhasilan yang mereka peroleh adalah hasil dari edukasi formal yang telah diampu bersama.
“Ketika kami punya knowledge, skill, apalagi dikembangkan dengan analytical thinking atau pemikiran analitis, kami bisa mengantisipasi, memformulasikan, dan meraih masa depan agar hidup menjadi jauh lebih baik,” kata Henky.
Senada dengan Henky, Paulina mengatakan, mungkin seseorang bisa menguasai bisnis dari trial and error, tetapi perkembangannya lambat, dan solusinya kurang terstruktur.
Baca juga: Pengertian Komunikasi Bisnis dan Tujuannya Secara Umum
Seperti saat pandemi, kata dia, jika hanya berdasar pada pengalaman, pengusaha bisa mentok karena bukan sesuatu yang pernah dilalui.
“Dengan kuliah S3 ini, banyak hal baru yang didapat selama pembelajaran di kelas serta review jurnal-jurnal ilmiah yang membuat keterampilan analisis semakin tajam. Akhirnya edukasi itu sebetulnya gerbang yang membuka lebih banyak opportunity atau peluang,” ujar Paulina
Dalam kesempatan tersebut Henky berpesan bahwa gelar S3 bukanlah sebuah self-pride atau harga diri, melainkan kebutuhan.
Pendidikan doktor itu bukan saja membuka wawasan untuk semakin inovatif, tetapi sekaligus menjawab pertanyaan praktikal sehari-hari sebagai eksekutif profesional.
Baca juga: Sulit Dapat Izin Pendidikan Doktor, Pengurus Ponpes Mengadu ke Jokowi
“Walau klise, tapi buat saya gelar itu bonus, karena I like the journey,” ujar Paulina mendukung perkataan Henky,
Dengan demikian, sebelum mengambil S3, Anda haru memantapkan dulu motivasi dan komitmen, kemudian pilihlah institusi yang juga sesuai.
Apabila tertarik bergabung menjadi salah satu mahasiswa S3 Prasmul, Anda bisa mengunjungi laman https://www.prasetiyamulya.ac.id/s3-program-doktor-manajemen-dan-kewirausahaan/.