KOMPAS.com – Salah satu wisudawan Strata Satu (S1) International Business Law (IBL) Universitas Prasetiya Mulya ( Prasmul), I Made Widi Yudiatmika, menjawab keraguan orang-orang yang skeptis dengan program studi (prodi) baru.
Made menilai, masih banyak orang yang meragukan kredibilitas prodi baru. Lulusan perdana prodi baru bahkan dianggap sebagai "kelinci percobaan". Selain itu, lulusan prodi baru juga menemui berbagai skeptisme di lapangan kerja.
“Rasanya nano-nano sih,” katanya menjelang acara pelepasan lulusan angkatan perdana dari dua prodi, yaitu IBL dan Business Economics.
Menurutnya, upaya pengenalan mahasiswa Prasmul kepada industri berbuah manis karena banyak lulusan yang diterima bekerja di perusahaan ternama.
“Begitu lulus ternyata banyak juga dari kami yang masuk reputable company. So, bangga juga jadi angkatan S1 IBL perdana,” ujarnya.
Dia mengatakan, para dosen tidak membiarkan mahasiswa berkecil hati. Bahkan, mereka akan menyemangati para mahasiswa untuk selalu berkembang dan tetap percaya diri dengan kemampuan mereka terlepas dari stigma “jurusan baru”.
Baca juga: Perangi Sampah Makanan, Prasmul Gandeng Sejumlah Kampus Bentuk Konsorsium In2Food
“Dosen-dosen sangat suportif dan mendorong mahasiswa untuk magang. Awal kerja saya magang dulu baru ditawari menjadi full-time employee,” ungkapnya.
Made menyebutkan, fasilitas dan dukungan IBL Prasmul, seperti magang wajib, turut membantu mahasiswa meningkatkan kesempatan bekerja menjadi full-time jika performanya bagus.
“Overall, ini mendorong mahasiswa banget untuk mau magang dan punya pengalaman profesional,” katanya.
Sebagai informasi, Made pernah memiliki pengalaman bekerja di PT SMART Tbk. Kini, ia bekerja sebagai Legal and Compliance Associate di DANA Indonesia.
Made juga menceritakan materi kuliah dan kurikulum yang bisa didapatkan para lulusan IBL Prasmul.
Baca juga: Berbekal Niat Bantu Petani, Alumnus Prasmul Ini Sukses Masuk Forbes 30 Under 30 Asia
“IBL itu fokusnya ada tiga, salah satunya cyber and security. Kami belajar tentang financial technology (fintech) dan regulasi teknologi dalam bisnis. Ini berguna banget ketika kerja di perusahaan fintech,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa dirinya sudah mempelajari payment service provider dan teknologi yang berkaitan dengan hukum. Oleh karenanya, dia sudah paham dasarnya pada saat bekerja.
Materi kuliah itu juga menjadi keunggulan karena tidak semua jurusan hukum secara umum mendapat materi ini.
Lebih lanjut, Made juga menjawab salah satu masalah yang dihadapi angkatan baru, yakni sempitnya lingkar sosial dalam prodi mereka.
Made mengatakan, angkatan baru bisa mengakalinya dengan mengikuti kegiatan lintas jurusan.
“Kami mahasiswa S1 IBL bisa ikut panitia lintas program, seperti Finference punya S1 Finance and Banking, dan kami bisa belajar tentang isu-isu finance yang booming,” jelasnya.
Baca juga: Dosen Universitas Prasmul Rancang Sistem Pangan Berkelanjutan Melalui Haltrack
Begitu pula sebaliknya, mahasiswa dari prodi lain pun bisa ikut kepanitiaan, seperti Prasetiya Mulya Business Law Competition (PMBLC) sambil sedikit belajar tentang hukum.
Made mengaku, mindset yang dia miliki semakin terbuka saat berkuliah dan terpapar kegiatan-kegiatan internal kampus lintas jurusan.
“Pergaulan di Prasmul itu cukup banyak, diverse secara budaya, mindset, latar belakang, ada yang mindset-nya business-oriented dan law-oriented. Tapi karena kami sudah bisa belajar untuk memilah, kami bisa cari irisan antara bisnis dan hukum dan cari jalan tengahnya,” jelasnya.
Di samping belajar isu yang hangat di masyarakat dan industri, Made menyebutkan, Moot Court di Lantai 8 PMBS Tower merupakan salah satu fasilitas yang berkesan bagi mahasiswa-mahasiswi S1 IBL untuk melakukan simulasi hukum.
“Sayangnya cuma sempat manfaatin di satu mata kuliah karena setelah itu pandemi Covid-19 dan perkuliahan berlangsung online. Tapi meski online pun, tetap memadai,” ungkapnya.
Baca juga: Berkat Passion Kuat di Bidang Marketing, Alumnus Prasmul Ini Jadi Incaran Banyak Startup