KOMPAS.com – Salah satu Faculty Member School of Applied STEM Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) Nurhayati memandang isu aksesibilitas terhadap pangan yang layak dan sehat sebagai prioritas dan bertekad untuk berkontribusi dalam menciptakan solusi.
Oleh karenanya, Nurhayati terdorong untuk mengikuti European Institute of Innovation and Technology (EIT) Food Global Food Venture Programme (GVFP) Competition 2021. Bahkan, dia berhasil meraih Winner of 3rd Prize-Stage II.
“Sistem pangan berkelanjutan dapat mensinkronisasi berbagai stakeholder rantai pangan untuk menyediakan konsumsi sehat, aman, dan terjangkau oleh semua orang,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Untuk mengikuti kompetisi tersebut, Nurhayati mematangkan ide melalui berbagai observasi lapangan dan membaca kajian-kajian terkait.
Kemudian, pengajar di S1 Food Business Technology Universitas Pramsul itu maju dengan model dan business plan yang ia sebut Haltrack atau kependekan dari Halal Traceability for Better Halal Accessibility.
Nurhayati menjelaskan, Haltrack dapat menjadikan bahan pangan semakin dekat dan sesuai dengan preferensi personal masing-masing penggunanya.
Baca juga: Keberhasilan Alumnus Prasmul Cetak Fashion Lokal Kualitas Unggulan
Sebagai contoh, Haltrack diharapkan menjawab dilema orang yang mencari makan tapi merasa kuang yakin dengan bahan yang digunakan, seperti makanan halal atau makanan vegetarian.
Oleh karenanya, Haltrack menawarkan informasi real-time dengan database yang dapat diakses kapan saja. Pengguna Haltrack juga bisa melihat catatan dan laporan pasokan bahan secara live per harinya.
Hal tersebut dilakukan untuk menjamin integritas dan transparansi vendor dalam memverifikasi kualitas pangan mereka.
Dalam kompetisi itu, para mentor dan juri GFVP pun mengakui Haltrack sebagai ide bisnis yang feasible dan sustainable, serta berkontribusi dalam community development.
Haltrack juga sudah memiliki prototipe yang berjalan dan diperbaiki setiap hari agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Kini, Haltrack dapat diakses melalui website atau aplikasi.
Nurhayati pun bersyukur dukungan para kolega Food Business Technology dan kolega andal lainnya, seperti Iwan Kahfi, Dewi Saraswati, serta mahasiswa dari STEM dan SBE.
Baca juga: Berbekal Niat Bantu Petani, Alumnus Prasmul Ini Sukses Masuk Forbes 30 Under 30 Asia
Alumnus Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu juga mengaku mendapat bantuan dari HARA Blockchain.
“Dukungan tulus serta fasilitas dari mentor Environmental Sustainability and Health Institute (ESHI) Dublin Jesus M Frias dan mentor dari Eidgenössische Technische Hochschule Zürich (ETH Zürich) Steven Everaert membuat saya dan tim yakin melangkah menuju podium dan diapresiasi para panelis saat penjurian,” jelasnya.
Untuk diketahui, Uni Eropa melalui EIT Food menginisiasi inovasi makanan dalam membuat sistem pangan lebih berkelanjutan, sehat, dan terpercaya lewat kompetisi GFVP.
Hal tersebut didasari oleh laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2021 tentang pandemi, konflik, dan krisis ekonomi berskala besar dapat melanggengkan krisis pangan.
Jika berlanjut, maka dunia akan membutuhkan aksi humanitarian akbar guna membantu menanggulangi permasalahan ini.
Baca juga: Berkat Passion Kuat di Bidang Marketing, Alumnus Prasmul Ini Jadi Incaran Banyak Startup