KOMPAS.com – Bekerja di startup menjadi dambaan sebagian milenial, terlebih bila perusahaan rintisan tersebut sudah mendapatkan gelar unicorn atau mencapai nilai valuasi 1 miliar dollar Amerika Serikat (AS).
Pasalnya, budaya kerja di startup dinilai kasual, minim birokrasi, hingga jam kerja yang fleksibel.
Mengutip ceritaprasmul.com, Jumat (26/11/2021), alumni Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) punya cerita menarik mengenai pengalaman mereka bekerja di salah satu leading startup Indonesia, Gojek.
Penasaran apa saja tips menarik dari alumni Prasmul yang pernah menduduki posisi penting di Gojek? Simak lima ulasannya berikut.
Menurut para alumni Prasmul yang bekerja sebagai Go-Troops (sebutan bagi karyawan Gojek), terdapat miskonsepsi mengenai budaya fleksibel di perusahaan startup yang berkembang di mindset kebanyakan orang.
Baca juga: Dukung Penguatan Startup, Universitas Prasmul Luncurkan S1 Teknologi Finansial
Eks People and Culture Innovation Analyst Gojek Indonesia sekaligus alumnus S1 Branding Prasmul 2007 Pradana Pradipta mengungkapkan, ada kesalahan pemahaman mengenai cara orang memandang fleksibilitas kerja di perusahaan startup.
“Meski kerjanya terlihat santai, fasilitasnya bagus, dan minim birokrasi, setiap Go-Troops dituntut untuk dewasa, adaptif, dan mau berkontribusi lebih. Di sini, kami ga bisa menunggu atau mengandalkan orang lain untuk ngasih arahan untuk kerja,” tuturnya.
Hal yang sama juga diungkapkan eks karyawan Gojek yang juga merupakan alumnus S1 Business Prasmul 2010, Aldiansyah Ramadiputra. Menurutnya, berkarya di Gojek memiliki tantangan tersendiri.
“Pace (kecepatan) kerja di sini super cepat. Karena cukup progresif, maka challenge kerjaan bisa berubah tiap harinya dan lo harus tahan banting menghadapi setiap perubahan yang ada,” katanya yang pernah bekerja sebagai Go-Food Client Relations itu.
Bekerja di startup seperti Gojek berarti harus siap mempertanggungjawabkan setiap langkah yang diambil. Sebab, perusahaan ini kini sudah memiliki lebih dari 400.000 armada pengemudi di Indonesia.
Baca juga: Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pencetak Startup Terbanyak
Dalam menyikapi tiap kendala yang dihadapi Go-Troops, Aldi beranggapan, orang awam mungkin berpikiran kalau talenta muda itu tidak bisa menghadapi permasalahan berat.
“Tapi, menurut gue itu terbalik. Jiwa muda harusnya bisa menghadapi masalah dengan cerdas. Selama ini kami jalani cara itu dan Alhamdulillah semua permasalahan selesai dengan baik,” jelasnya.
Konsep flat organization di Gojek maupun perusahaan startup sejenis membuat setiap karyawan punya kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasan briliannya langsung kepada para C-level.
“You have to stand-up for what you believe in (kalian harus perjuangkan apa yang kalian percayai),” papar alumnus S1 Branding Prasmul 2010 Amelia Callista yang kini menjabat sebagai Vice President (VP) of Data Marketing Innovation Program Gojek.
Baca juga: Komposisi dan Dinamika Tim: Kunci Utama Keberlangsungan Perusahaan Startup
Ia mengatakan, bekerja di startup tidak boleh berharap akan ada yang menuntun terus menerus.
“Dengan kedewasaan diri kalian, kalian berhak untuk proaktif bersuara jika ada suatu ide yang mau disampaikan,” paparnya.
Selain Aldi dan Amel, sosok eks karyawan Gojek sekaligus alumnus S1 Finance Prasmul 2009 Tommy Bong juga sempat menjadi bagian dari punggawa lahirnya Go-Food.
Tommy bercerita, ketika bergabung, Gojek belum sepopuler sekarang dan masih menjalankan basis operasinya di rumah.
“Kami memulai dari awal banget. Dari yang tadinya hanya ada fitur transport, shop, dan kurir di apps Gojek. Kemudian kami dipercaya mengembangkan Go-Food dari awal, ngerasain sortir restoran untuk jadi partner, jalanin peluncurannya, hingga akhirnya sekarang Go-Food sudah bisa dinikmati semua masyarakat,” jelas mereka.
Baca juga: 5 Alasan Bekerja di Perusahaan Startup saat Lulus Kuliah
Meski dulu belum ada kepastian perusahaan tempat mereka bekerja akan berjaya seperti sekarang, modal semangat dan ketekunan dalam bekerja sangat penting dimiliki setiap individu yang memilih berkarier di startup.
Dengan tantangan kerja yang tinggi, fleksibilitas dan fasilitas yang menarik pun wajar disuguhkan kepada karyawan, supaya konsep work-life balance tetap terjaga.
Di dunia startup, koneksi menjadi salah satu aspek penting untuk mendapatkan mitra kerja, mengumpulkan dana, hingga mendapatkan karyawan yang cocok.
Oleh karena itu, para pendamba startup life yang merasa ada kecocokan kultur di suatu perusahaan, ada baiknya membangun koneksi seluas-luasnya.
Baca juga: Fresh Graduate Ingin Berkarier di Perusahaan Startup? Coba Tips Ini
Sebab, keempat narasumber di atas berhasil bergabung di perusahaan startup berkat rekomendasi rekan-rekannya yang bergabung terlebih dahulu di perusahaan tersebut.
Pradana mengatakan, dia semakin yakin bahwa networking sangat penting karena kini banyak perusahaan yang mencari karyawan berdasarkan referral.
“Kalau di kasus saya, saya direkomendasikan sama teman, kemudian saya melamar dan mengikuti rangkaian proses rekrutmen di Gojek. Luckily, saya resmi bergabung dengan Gojek pada pertengahan 2016,” tuturnya.
Itulah lima tips dari para alumni Prasmul mengenai beberapa kompetensi supaya bisa bergabung di komunitas startup di Indonesia.
Baca juga: Baru 37 Perusahaan Pembiayaan yang Memanfaatkan Teknologi Digital