KOMPAS.com - Sejak muda Andreas Benjamin telah mengamati perkembangan industri properti meskipun tidak terjun secara langsung. Hal ini sejalan dengan latar belakang keluarganya yang bekerja di dunia real estate.
Meski demikian, Andreas malah bekerja di dunia perbankan tepatnya di Oversea-Chinese Banking Corporation (OCBC) usai lulus kuliah James Cook University (JCU), Singapore pada 2014.
Setelah lima tahun malang melintang di perbankan, dia baru memutuskan terjun ke dunia properti yang dekat dengan keluarganya.
Kini, Andreas menjabat sebagai principal di Brighton, perusahaan properti yang berpengalaman lebih dari 20 tahun menawarkan jasa jual, beli, sewa properti di Indonesia.
Pria yang akrab disapa Ben itu mengatakan, dalam melakukan jual beli perusahaan, dia harus memiliki kemampuan due diligence, financial projecting, dan financial modelling.
Semua itu dia dapatkan saat berkuliah di JCU Singapore pada 2011 hingga 2014 dengan program studi Bachelor of Business (majoring in Accounting and Marketing).
Ben mengatakan, kemampuan problem solving, khususnya critical thinking, sangat penting bagi perkembangan kariernya. Semua ini dipelajarinya di JCU Singapore.
Dia mencontohkan, dalam menghadapi tantangan terkait rendahnya daya beli masyarakat, pelaku industri real estate akan membuat strategi yang tepat sesuai kebutuhan konsumen.
“Perusahaan properti biasanya memiliki land bank, jadi tinggal bikin konsep saja. Misal, bikin rumah lebih kecil tapi desainnya bagus sehingga terjangkau,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (5/1/2024).
Sebagai principal atau pengelola cabang Brighton di Surabaya, Ben bukan lagi fokus melakukan jual beli properti, tetapi mengembangkan bisnis Brighton.
Dengan pengalaman kuliah di JCU Singapore dan dunia perbankan, Ben mengajari tim dengan skill, seperti digital funneling, digital marketing, hingga mem-branding diri.
Saat ini, Brighton telah memiliki 50 cabang di lebih dari 20 kota/kabupaten di Indonesia dengan one management system atau bukan franchise.
“Semua terkoneksi. Misal ada marketing dari Jakarta punya klien mau beli di Bali, itu bisa dilakukan. Itu memudahkan transaksi lintas kota, lintas provinsi, dan lintas pulau,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ben mengatakan, pencapaian kariernya tidak lepas peran dari JCU Singapore yang membantunya memulai karier setelah lulus melalui Student Career Office.
Dia mencontohkan, lulusan JCU Singapore mendapatkan pelatihan untuk membuat curriculum vitae (CV), interview, hingga berjejaring dengan alumni yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar.
“Klub alumni JCU Singapore ini bikin saya amazed. Dari 2014 sampai sekarang masih engage. Tiap tahun masih kirim kalender dan acara-acara untuk alumni. Bukan habis lulus, sudah,” ujarnya.
Dia menyebutkan, menjelang kelulusan, berbagai perusahaan besar dunia biasanya membuka booth untuk membuka kesempatan bagi pencari kerja.
“Itu top-top company, konsultan kelas dunia kayak Boston Consulting Group, mereka menjadikan JCU Singapore sebagai source buat hiring,” ujarnya.
Ben mengatakan, akreditasi Edutrust Star yang dimiliki JCU Singapore membantunya dalam mencari pekerjaan.
Edutrust merupakan sertifikasi akreditasi yang dikeluarkan untuk perguruan tinggi swasta. Dalam hal ini, JCU Singapore mendapatkan tingkat tertinggi, yakni Edutrust Star tiga kali berturut-turut.
Akreditasi bergengsi itu dinilai dari berbagai hal, salah satunya segi akademis. Untuk diketahui, semua pengajar di JCU Singapore bergelar doctor of philosophy atau PhD.
“Ketekunan mencari kerja itu kembali ke orangnya. Namun, dengan akreditasi JCU, ketika kami melamar di sebuah perusahaan, rate of acceptance-nya sudah tinggi,” katanya.
Ben menambahkan, akreditasi juga menjadi salah satu alasan memilih universitas internasional yang berbasis di Australia tersebut.
“Saya dulu ingin kuliah di Swiss tapi kejauhan. Kemudian searching ada kampus yang oke punya dan lokasinya deket. Program yang ditawarkan di zaman saya dulu juga paling oke dibandingkan yang lain,” katanya.
Dia memilih program studi Bachelor of Business dengan fokus pada accounting dan marketing, karena keduanya memiliki keterikatan dengan uang.
“Kayak orang perbankan dan di Wall Street itu (keren). Dulu pas SMA tahunya kan kalau kerja berhubungan soal duit kalau enggak finance, ya, accounting,” ujarnya.
Saat belajar accounting, dia berkesempatan menjadi Certified Practising Accountant (CPA) student ambassador berkat bantuan dosen pembimbingnya.
“CPA merupakan organisasi yang global banget dan itu merupakan titel yang paling diincar dan enggak semua orang bisa. Bisa berkesempatan jadi CPA student ambassador itu berkesan,” ungkapnya.
Kemudian, Ben memilih fokus marketing karena kemampuan ini dibutuhkan oleh semua bidang. Dia mencontohkan, dokter yang ahli jika tidak memiliki kemampuan marketing tidak bisa stand-out dari yang lain.
Pria yang memiliki hobi fotografi itu menyebutkan, selama kuliah di JCU Singapore, dia aktif di student council yang menggelar berbagai kegiatan, seperti Racial Harmony Festival hingga orientasi mahasiswa.
Ben berpesan kepada para mahasiswa yang belajar di JCU Singapore untuk memanfaatkan berbagai fasilitas dan program yang tersedia guna memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki.
“Berbagai skill, kayak berorganisasi untuk soft skill, dan lainnya disediakan JCU Singapore. Jangan cuma belajar teori, praktik juga penting, itu kombinasi,” katanya.
Pelajari lebih lanjut mengenai program perkuliahan yang ada di James Cook University di jcu.edu.sg atau menghubungi James Cook University, Singapore melalui e-mail andrew.lim@jcu.edu.au.