KOMPAS.com – Mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Inggris Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) Angeline Merici terpilih sebagai salah satu dari 1.565 mahasiswa penerima beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2022.
IISMA merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) unggulan yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia (RI).
Program IISMA mulai diluncurkan pada 2021 dengan tujuan memberikan beasiswa bagi para awardee atau penerima beasiswa terpilih untuk belajar di perguruan tinggi besar dan ternama di luar negeri. Utamanya, perguruan tinggi yang menjadi mitra Kemendikbudristek RI.
Perguruan tinggi luar negeri tersebut tersebar di kawasan Amerika Serikat (AS), Kanada, Eropa, Asia, Inggris, Irlandia, dan Australia.
Program IISMA sendiri bertujuan untuk memberikan hak dan kesempatan kepada mahasiswa guna mengembangkan kompetensi, pengetahuan, dan kecakapan berelasi antarbudaya dan jejaring internasional.
Baca juga: Faktor Hubungan Antarpribadi dalam Komunikasi Antarbudaya
Selain itu, para awardee juga berkesempatan untuk mengenyam pengalaman studi di perguruan tinggi luar negeri yang menambah khazanah pendidikan global.
Adapun mata kuliah (matkul) yang ditawarkan oleh perguruan tinggi mitra di luar negeri, meliputi matkul untuk pengembangan diri, kepemimpinan, dan kesadaran lintas budaya.
Dengan semangat Merdeka Belajar, para awardee bisa memilih mata kuliah yang diminati dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di perguruan tinggi mitra di luar negeri dan perguruan tinggi asal penerima beasiswa.
Pengalaman pembelajaran selama satu semester di perguruan tinggi luar negeri sendiri dapat disetarakan hingga 20 sistem kredit akademik (SKS).
Keikutsertaan Merici menjadi penanda kedua kalinya Ukrida mengikuti program IISMA. Sebelumnya, dua mahasiswa Ukrida bernama Chintia dan Timotius Siahitaher berhasil menjadi awardee IISMA 2021.
Baca juga: Warek I Ukrida Ditunjuk Menjadi Ketua Dewan Pengurus BKAP3-PTKI
Hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa Ukrida mendukung penuh program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Dukungan juga ditunjukkan dalam bentuk pendampingan para awardee sebelum seleksi tingkat nasional dalam bentuk workshop "Writing a Powerful CV" dan workshop "How to Win the Interview".
Para awardee juga diberikan dukungan penuh selama mengikuti program melalui rangkaian Empowerment Series.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasi para mahasiswa yang berhasil terpilih dalam program ini, Ukrida memberikan bebas biaya kuliah selama satu semester.
Di samping mengikuti program MBKM Unggulan dari Kemendikbudristek, Ukrida juga proaktif dalam menjalankan program MBKM Mandiri, seperti pertukaran mahasiswa dalam dan luar negeri, magang industri, indpendent project, dan Ukrida Mengajar.
Semuanya dilakukan dengan memanfaatkan jejaring kemitraan sesama perguruan tinggi, dunia usaha dan industri (DUDI), organisasi nonprofit (NGO), dan lembaga sosial kemasyarakatan.
Baca juga: Sandiaga Uno Ungkap Luasnya Wawasan Prabowo: Belajar 2 SKS Kalau Ketemu Dia
Seperti dijelaskan sebelumnya, Angeline berkesempatan menempuh studi di National Taiwan University of Science and Technology (NTUST), Taiwan pada 2022.
Kesempatan belajar tersebut berhasil ia dapatkan setelah melalui serangkaian seleksi ketat di tingkat universitas dan nasional.
Saat belajar di NTUST Taiwan, Angeline mengambil mata kuliah Marketing Planning, News English, Mandarin Language, dan Introduction to Engineering.
Ia menuturkan bahwa pengalamannya mempelajari matkul di NTUST merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan.
“Memiliki pengalaman belajar di salah satu kampus di Taiwan tersebut tentunya memberikan pengalaman yang berbeda. Dimulai dari interaksi bersama dosen, sistem pembelajaran, serta perspektif yang berbeda,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (1/3/2023).
Baca juga: Dosen Unpad: Ini 5 Tips Memilih Ikan Segar
Angeline menyampaikan bahwa interaksi dengan dosen NTUST di luar kelas dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai dari media sosial (medsos) maupun email.
Khusus di Taiwan sendiri, kata dia, mahasiswa lebih banyak menggunakan aplikasi LINE ketika berinteraksi dengan dosen. Bahkan, membuat grup kelas pun dibuat dengan aplikasi ini.
“Namun, ada pula beberapa dosen yang menyampaikan terlebih dahulu kepada mahasiswanya bahwa mereka (dosen) lebih suka di kontak melalui email,” jelas Angeline.
Kemudian, mahasiswa bisa menghubungi dosen melalui email yang diberikan dan juga dapat berkonsultasi mengenai pembelajaran. Fasilitas ini bisa didapatkan dengan catatan, mahasiswa harus menghubungi dosen yang bersangkutan terlebih dahulu dan menentukan jadwal konsultasi.
Angeline mengatakan bahwa pengalamannya berinteraksi dengan dosen sangatlah menyenangkan karena mereka sangat menghormati mahasiswa, terutama para awardee IISMA.
Baca juga: Piala Asia U20 2023: Timnas Indonesia Didukung Mahasiswa Uzbekistan
“Ada pula pengalaman di beberapa kesempatan dan mata kuliah lainnya, dosen dengan senang bertanya bagaimana situasi kultur dan budaya di Indonesia,” tuturnya.
Melalui pertanyaan tersebut, lanjut Angeline, para awardee IISMA pun dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa lokal bagaimana kultur dan budaya Indonesia sendiri.
Alhasil, dari kebiasaan ini membentuk pertukaran budaya yang merupakan salah satu tujuan pembentukan IISMA.
Angeline mengatakan, sistem pembelajaran di NTUST terdiri dari 18 minggu. Adapun rinciannya, selama 16 minggu diberikan pembelajaran utama, dan dua minggu tambahan fleksibel.
Waktu dua minggu tersebut dapat digunakan dosen untuk mengganti jadwal jika memiliki urusan mendadak, ataupun jadwal tambahan untuk mahasiswa.
Baca juga: Susul Buruh di DPR, Massa Mahasiswa Ikut Demo Tolak Perppu Cipta Kerja
Selain itu, mahasiswa juga dapat bertanya kembali mengenai materi-materi yang telah dipelajari selama 16 minggu terakhir.
Angeline juga menyampaikan bahwa karena hal tersebut, kepulangannya ke Indonesia diundur.
Pasalnya, dari pihak NTUST meminta supaya para awardee diberikan dua minggu tambahan untuk bertanya lebih banyak mengenai materi mata kuliah yang telah mereka pelajari selama minggu-minggu sebelumnya.
“Beberapa orang dosen pun memberikan silabus yang lengkap dari minggu pertama hingga minggu terakhir pembelajaran,” ucap Angeline.
Dengan silabus tersebut, lanjut dia, mahasiswa dapat dengan mudah me-review kembali materi apa saja yang sudah dipelajari sejak minggu pertama pembelajaran.
Baca juga: Cara Mengerjakan Soal Suku Banyak Menggunakan Metode Substitusi dan Horner
Angeline menjelaskan bahwa dosen banyak menggunakan metode diskusi selama pembelajaran.
Menurutnya, metode tersebut dapat membuat awardee IISMA NTUST maupun mahasiswa lokal bekerja sama dalam diskusi mengenai materi yang dibawakan oleh dosen.
“Saya belajar banyak dari perspektif mahasiswa lokal yang belajar dengan kami pada waktu itu,” jelas Angeline.
Selain itu, ia menilai, dosen di NTUST sangat terbuka menerima pendapat dari mahasiswa. Hal ini membuat para mahasiswa menjadi berani untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Angeline mengungkapkan bahwa dirinya mendapatkan pengalaman tak terlupakan selama tinggal di Taiwan lebih dari empat bulan.
Baca juga: Taiwan Sebut 19 Pesawat China Masuki Wilayah Identifikasi Pertahanan Udara
Apalagi, kata dia, mahasiswa maupun masyarakat di Taiwan memberikan sambutan baik kepada para awardee.
Meski demikian, Angeline menyayangkan bahwa belum cukup waktu untuk belajar bahasa Mandarin selama belajar di Taiwan.
“Sayangnya, pengalaman selama empat bulan belajar bahasa Mandarin terasa belumlah mencukupi,” ujarnya.
Pengalaman Merici hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak prestasi mahasiswa Ukrida yang mengikuti program MBKM, baik MBKM Mandiri atay MBKM Unggulan.
Berbagai prestasi itu menunjukkan komitmen Ukrida sebagai salah satu kampus kristen terbaik di Indonesia yang mendukung penuh prigram MBKM.
Di Ukrida, mahasiswa juga dibekali dengan berbagai kemampuan dan keterampilan sebagai calon pemimpin perubahan pada masa depan, sesuai dengan motto kampus, yakni "Lead to Impact".