KOMPAS.com - Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) Antonius Ritchi Castilani mengatakan, memasuki 2022 atau bertepatan dengan usia ke-55 tahun, pihaknya siap menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 maupun 5.0.
Kesiapan FKIK Ukrida, kata dia, dilakukan dengan melahirkan berbagai inovasi konsep pendidikan melalui peningkatan kurikulum pendidikan berbasis kompetensi.
“Inovasi ini dilakukan dengan memanfaatkan penerapan information technology (IT), antara lain blended learning dan penggunaan game dalam metode pembelajaran,” ucap Antonius dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (1/4/2022).
Blended learning adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara menggabungkan, sistem pendidikan konvensional dan sistem pendidikan berbasis digital.
Baca juga: Siswa Kehilangan Minat Belajar? Lakukan Metode Pembelajaran Ini
Selain inovasi, lanjut dia, FKIK Ukrida juga meningkatkan proporsi aktivitas mahasiswa dalam problem base learning (PBL) dan skills lab (SL). Hal ini agar para millenials lebih tertarik dan mudah memahami materi pendidikan kedokteran.
Apalagi menghadapi era globalisasi pelayanan kedokteran, kata Antonius, diperlukan kemampuan kerja sama prima antar sesama tenaga medik atau paramedik.
Hal tersebut sebagaimana diarahkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) dalam bentuk inter professional cooperation atau kerja sama antar profesi.
“Oleh karena itu, FKIK Ukrida sejak 2019 mulai membekali inter professional education kepada seluruh mahasiswa program studi Kedokteran, Optometri, dan Keperawatan,” imbuhnya.
Guna membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia unggul, serta terbentuknya profil outcome lulusan yang unggul.
Baca juga: Kepala LLDikti Jakarta Optimis Matching Fund Mampu Wujudkan SDM Berdaya Saing
Tak hanya itu, sebut Antonius, FKIK Ukrida juga berkomitmen menerapkan materi pembelajaran elektif di bidang kedokteran kedaruratan dan kedokteran komunitas melampaui standar kompetensi (SK).
Adapun komitmen tersebut bertujuan untuk membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia unggul, serta membentuk profil outcome atau hasil lulusan yang unggul.
Selain inovasi, Antonius menjelaskan, FKIK Ukrida juga terus menanamkan budaya dan karakter untuk meningkatkan soft skill mahasiswa.
Peningkatan keterampilan tersebut dilakukan sesuai nilai–nilai luhur khas Ukrida berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar (UUD) 1945, nilai-nilai Kristiani, serta budaya loving, enlightening, advanced, dan determined (LEAD).
Baca juga: Pembelajaran Daring Dinilai Bermasalah, Dosen Ukrida: Ada Kekerasan Sistemik
“Tahun 2020, Ukrida menancapkan tonggak sejarah ketika rumah sakit (rs) kedua kami diresmikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi,” ujar Antonius.
Peresemian rs tersebut, kata dia, bertujuan untuk berkontribusi penuh membantu program pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19 yang nantinya dipersiapkan menjadi rumah sakit pendidikan.
Di samping itu, Antonius mengungkapkan, FKIK Ukrida terus meningkatkan kemampuan Laboratorium Riset Terpadu dan mengembangkan berbagai kerja sama nasional.
Peningkatan kemampuan dan kerja sama tersebut guna mengantisipasi the future medicine atau obat masa depan yang menjadikan platform biomolekuler bagi personalized medicine atau obat pribadi agar menjadi tren pelayanan kesehatan masa depan.
Baca juga: UMY Luncurkan Aplikasi untuk Tingkatkan Pelayanan Kesehatan Mahasiswa
Adapun kerja sama nasional yang dijalin FKIK Ukrida berasal dari berbagai perusahaan farmasi, kedokteran kepolisian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan institusi nonprofit lainnya.
“Selain itu, FKIK Ukrida juga meningkatkan kerja sama internasional dengan American Heart Association (AHA), De La Salle University, Saitama University, Chongqing University, dan rumah sakit afiliasi Internasional lainnya,” jelas Antonius.
Untuk diketahui, sejarah panjang FKIK dimulai bersamaan dengan berdirinya Ukrida pada 20 Januari 1967 yang ketika itu masih dengan nama Fakultas Kedokteran (FK).
Dalam perkembangannya, nama FK berganti menjadi FKIK pada 2019 dan mengusung empat Program Studi (Prodi), yaitu Sarjana Kedokteran, Profesi Dokter, Sarjana Terapan Optometri, dan Keperawatan.
Baca juga: Peranan Ilmu Kimia dalam Bidang Kedokteran
Seluruh prodi FKIK Ukrida disebut telah terakreditasi oleh Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan Indonesia (LamPT-Kes).
Pada program studi pertama, Sarjana Kedokteran mempunyai misi mempersiapkan mahasiswa Kedokteran untuk menjadi Sarjana Kedokteran (S. Ked). Hal ini diterapkan melalui kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dalam bentuk sistem blok dengan materi pembelajaran sebanyak 160 satuan kredit semester (SKS).
“Masa studinya selama tujuh semester, diselenggarakan dalam bentuk kuliah, praktikum, problem based learning (PBL), skills lab (SL), dan evaluasi hasil helajar (EHB),” ucap Antonius.
Setiap tahun, lanjut dia, program studi Kedokteran FKIK Ukrida mampu menerima 200 orang mahasiswa baru. Saat ini terdapat lebih dari 1.000 orang mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan prodi.
Baca juga: Manfaat Kedokteran Radiologi Nuklir untuk Diagnosis dan Terapi
Pada masa pandemi, Antonius menjelaskan, metode pembelajaran diselenggarakan secara blended learning melalui penerapan perkuliahan dan sebagian PBL secara online.
Sementara itu, praktikum, SL, dan EHB dilaksanakan secara offline atau pertemuan tatap muka (PTM).
“Pada akhir masa studi, mahasiswa Program Studi Kedokteran wajib menyelesaikan skripsi yang berbasis penelitian ataupun literature review,” ucap Antonius.
Program studi kedua, yaitu Profesi Dokter, kata dia, menjadi kelanjutan bagi mahasiswa program studi Sarjana Kedokteran dalam menjalani pendidikan untuk memperoleh gelar profesi Dokter.
Baca juga: Ingin Jadi Dokter Spesialis? Ini 4 Tahap Dimulai Sarjana Kedokteran
Proses pendidikan diselenggarakan melalui kepaniteraan klinik yang dilaksanakan di berbagai rs atau wahana pendidikan jejaring FKIK Ukrida di Jakarta, Semarang, Lampung, Yogyakarta, dan Surabaya.
“Beban perkuliahan sebesar 40 SKS atau dengan masa studi selama dua tahun terdiri atas kepaniteraan mayor dan minor. Untuk mayor masing-masing 10 minggu dengan mata kuliah ilmu penyakit dalam, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu penyakit anak, ilmu bedah, dan ilmu kesehatan masyarakat.
Untuk kepaniteraan minor, lanjut Antonius, masing-masing lima minggu dengan mata kuliah anestesi, radiologi, telinga hidung tenggorok (THT), kulit, mata, saraf, psikiatri, dan forensik.
Meski pada masa pandemi, ia mengungkapkan, kualitas pendidikan di FKIK Ukrida tetap dipertahankan untuk mencapai sasaran.
Baca juga: Kemendikbud Ristek: Program Organisasi Penggerak Dorong Transformasi Pendidikan
“Namun tetap dengan mengutamakan keamanan dan keselamatan para dokter muda atau koasisten yang menjalani kepaniteraan klinik di rs dan wahana pendidikan lainnya,” imbuh Antonius.
Pada akhir masa studi setelah menyelesaikan seluruh stase kepaniteraan, kata dia, mahasiswa wajib mengikuti Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD) untuk memperoleh gelar dokter.
Saat ini, tercatat program studi Profesi Dokter FKIK Ukrida telah meluluskan lebih dari 4.500 orang dokter. Lebih dari 500 orang di antaranya berasal dari Malaysia.
Sementara itu, prodi ketiga adalah Optometri yang merupakan program studi pendidikan sarjana terapan pertama dan satu-satunya di bidang optometri.
Baca juga: ITS Buka Pendaftaran Sarjana Terapan Seleksi Prestasi, Cek Syaratnya
Prodi Optometri menyelenggarakan pendidikan regular dan pendidikan lanjutan bagi lulusan Diploma Tiga (D3) Refrakto Optisien atau lulusan D3 Optometri. Pendidikan ini diklaim dapat meningkatkan kesempatan kerja sekaligus peningkatan kompetensi bagi calon optometris.
“Proses pembelajaran diselenggarakan mengikuti kurikulum internasional dengan difasilitasi oleh staf dosen dari dalam maupun luar negeri,” ucap Antonius.
Selain itu, lanjut dia, prodi Optometri didukung oleh perlengkapan laboratorium generasi terbaru, serta kegiatan praktik di klinik dan rs jejaring pendidikan, maupun kegiatan magang di jejaring dunia usaha dan industri terkemuka.
Program studi terakhir adalah program studi Keperawatan. Prodi ini merupakan pendidikan Diploma 3 untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi tenaga terampil (vokasi) keperawatan dengan moto compassion, collaborative, communicative, critical thinking, dan creative (5C), mengutamakan keunggulan di bidang perawatan geriatri.
Baca juga: Vokasi UI Gelar Konsultasi Pajak Gratis untuk Masyarakat
“Proses pembelajaran diselenggarakan dengan difasilitasi oleh staf dosen profesional lulusan dalam maupun luar negeri. Hal ini juga didukung perlengkapan laboratorium praktikum dan skills lab yang terbaik,” ujar Antonius.
Dalam rangka mendukung kebutuhan tenaga keperawatan, lanjut dia, program studi Keperawatan saat ini sedang mempersiapkan jenjang Sarjana (S1) Keperawatan dan Profesi Ners.
Tak hanya itu, FKIK Ukrida juga menyediakan beasiswa bagi calon mahasiswa berprestasi yang berasal dari kewilayahan.
“Beberapa pilihan profesi mulia untuk kemanusiaan ditawarkan dan Ukrida mengajak kaum muda berproses mencapainya sambil mengingat ucapan bijak Hippocrates, yaitu di manapun seni kedokteran dicintai, di sana ada cinta akan kemanusiaan',” ujar Antonius.