KOMPAS.com – Ilmu kesehatan merupakan salah satu bidang ilmu terapan yang dinamis dalam mengikuti perkembangan zaman, terutama dalam penggunaan teknologi.
Salah satu bidang ilmu kesehatan yang membutuhkan penerapan teknologi dan menuntut keahlian dari tenaga kesehatan adalah bidang penglihatan dan sistem penglihatan manusia.
Staf Prodi Optometri Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Kristen Krida Wacana ( Ukrida) Widiastuti Eko Wulandari mengatakan, sistem penglihatan manusia bersifat unik dan kompleks sehingga sangat menarik untuk dipelajari.
“Oleh karenanya, Ukrida melakukan terobosan dengan membuka program studi (prodi) Sarjana Terapan Optometri yang merupakan pertama dan satu-satunya di Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (9/1/2023).
Widiastuti menyebutkan, pembukaan prodi tersebut untuk meningkatkan sekaligus menjawab kualifikasi tenaga optometris yang dipersyaratkan.
Baca juga: Jawab Masalah Sistem Perawatan Kesehatan Pasien, Ukrida Buka Prodi Pendidikan Profesi Ners
Dia menegaskan, kebutuhan setiap orang di tiap tahapan usianya memerlukan penglihatan dan koordinasi mata yang baik untuk dapat beraktivitas dengan mandiri.
“Tak dapat dimungkiri bahwa profesi optometris sangat dibutuhkan setiap manusia di berbagai tahapan usia, sejak dari kanak-kanak hingga usia senja,” katanya.
Dia juga menyebutkan, gaya hidup yang terus berubah mendorong profesi optometris mengalami berbagai perkembangan.
“Kebutuhan penglihatan setiap orang bukan hanya jelas saja, tetapi juga mencapai tingkatan penglihatan binokuler yang nyaman secara berkesinambungan,” ujarnya.
Hal itu juga sesuai pendapat Brien Holden Vision Institute yang disarikan dari The World Council of Optometry (WCO), yakni optometris adalah profesi praktisi keperawatan mata yang mandiri, melalui pendidikan, dan diakui dengan pemberian lisensi.
Baca juga: Prodi Keperawatan Ukrida Terapkan Compassion sebagai Nilai Dasar Pendidikan
Di Indonesia, kualifikasi mengenai tenaga optometris tertera pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 19 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Refraksionis Optisien dan Optometris.
Permenkes itu menyebutkan, seorang optometris adalah mereka yang telah lulus pendidikan D4 atau Sarjana Terapan.
Berdasarkan kualifikasi tenaga optometris tersebut, diperlukan pendidikan dan lembaga pendidikan sebagai sarana pencetak optometris yang andal dan mumpuni, baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan.
Lebih lanjut, Widiastuti menjelaskan, bidang ilmu kesehatan mata dibedakan menjadi dua, yaitu aspek biologi yang dipelajari dokter spesialis mata (oftalmologis) dan aspek optik dan fisika dari fungsi mata yang dipelajari optometris.
Kedua bidang ilmu tersebut berbeda tetapi berdekatan dan saling membutuhkan.
Dalam upaya menghasilkan optometris yang dapat memenuhi seluruh kriteria, baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan, kurikulum prodi Optometri Ukrida menitikberatkan pada praktik dengan persentase sebesar 60 persen dan selebihnya berupa teori.
Baca juga: Tim Bakti Sosial Ukrida Salurkan Bantuan Kesehatan bagi Korban Gempa Cianjur
Selain itu, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk mengikuti magang di industri kacamata guna mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan membiasakan mahasiswa untuk mengenal lingkungan kerja secara langsung.
Prodi Optometri menjadi bagian dari FKIK Ukrida dengan dukungan tenaga dosen lokal dan asing, serta instruktur praktik berpengalaman sehingga tidak diragukan lagi dalam memberikan bimbingan kepada setiap mahasiswa.
Widiastuti mengatakan, penerapan proses pengajaran dan pendidikan holistik yang berbasis pada practice base learning bertujuan agar mahasiswa memahami berbagai kasus penglihatan, melakukan pemeriksaan tajam penglihatan, dan deteksi dini terhadap gangguan penglihatan sesuai kewenangannya.
Selain itu, mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan sistem rujukan (referral system) apabila ditemukan gangguan penglihatan yang disebabkan penyakit serta dapat memberikan edukasi yang baik mengenai penglihatan dan sistem penglihatan.
“Muatan pembelajaran lebih dititikberatkan pada praktikum sehingga prodi Optometri dilengkapi dengan sarana dan prasarana laboratorium praktik klinik, serta dispensing berteknologi modern dan lengkap,” ujarnya.
Baca juga: Program Visiting Professor, Ukrida Hadirkan Pakar Kurikulum dan Pedagogi Amerika
Oleh karena itu, kata Widiastuti, mahasiswa dapat melakukan praktik untuk terus meningkatkan keterampilan dan keahlian dalam mengoperasikan peralatan modern.
Hal itu berguna untuk menunjang pemeriksaan yang dilakukan ataupun dalam mempersiapkan alat bantu penglihatan berupa kacamata.
Dengan waktu tempuh pendidikan selama empat tahun, lulusan dari prodi Optometri memiliki pengetahuan, kekhususan, keterampilan, dan sikap guna menjawab tantangan di era society 5.0 yang mengandalkan manusia sebagai komponen utama untuk penggunaan teknologi modern.
Meski begitu, pemeriksaan yang dilakukan optometris belum dapat tergantikan secara otomatis oleh instrumen atau penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Sebab, seluruh proses pemeriksaan hingga rehabilitasi dan koreksi masih memerlukan interaksi dan sentuhan individual secara langsung (human touch).
Baca juga: Wisuda Ukrida 2022, Rektor Ingatkan 3 Hal Penting Hadapi Dunia Kerja
“Hal itu bertujuan untuk mendapatkan koreksi yang optimal, terukur serta sesuai dengan kebutuhan, gaya hidup, dan kenyamanan pasien,” ungkap Widiastuti.