KOMPAS.com - Hadi Hermansyah, dosen Politeknik Negeri Balikpapan (Poltekba) Program Studi D3 Alat Berat, memiliki kisah menarik. Ia merupakan salah satu dosen politeknik yang berhasil lolos dan mengikuti program Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara.
Program tersebut tidak hanya memberinya kesempatan untuk mengembangkan kemampuan riset, tetapi juga untuk berkolaborasi dengan peneliti dari Prancis, khususnya dengan Laboratoire D’etudes Géodésique Océanographie Spatiale (LEGOS) di Toulouse.
“Selain dapat mengembangkan riset ilmiah, manfaat dari kegiatan ini adalah membangun jejaring penelitian internasional yang memberikan nilai tambah bagi saya dan rekan-rekan dosen lain,” ujar Hadi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (29/6/2024).
Awalnya, ia menghadapi tantangan untuk menemukan mitra riset di Prancis. Hal ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam program tersebut.
Baca juga: Rwanda Bakal Buka Kedutaan Besar di Jakarta Hari Ini
Namun, dengan bantuan Kedutaan Prancis di Indonesia, ia berhasil menemukan LEGOS sebagai mitra riset yang cocok dengan topik penelitiannya tentang sirkulasi arus laut di Teluk Balikpapan menggunakan metode 3D Mohid.
Untuk diketahui, LEGOS merupakan laboratorium riset yang diakui secara internasional dalam bidang oseanografi.
Keterlibatan Hadi dalam kolaborasi riset dua tahun dengan LEGOS tersebut menandai komitmennya terhadap masa depan kolaborasi ini.
Pada penelitian kali ini, Hadi mengambil tema Earth and Space Science dengan judul penelitian "Mesoscale Eddies–Internal Wave Interactions and its Role in The Transformation of The Indonesian Throughflow Waters".
Baca juga: Bertemu Menpan-RB, Menko Kemaritiman Dukung Percepatan Transformasi Digital Pemerintahan
Ia memilih tema bidang kemaritiman karena Prancis dikenal sebagai negara yang unggul dalam riset kemaritiman dan sangat peduli dengan isu-isu lingkungan, seperti pemanasan global.
Penelitiannya saat ini terfokus pada perubahan iklim besar-besaran di berbagai belahan dunia.
Sebagai seorang oseanografer, Hadi ingin menyoroti bahwa perubahan iklim saat ini sangat dipengaruhi oleh perubahan komposisi air laut.
“Tujuan kami adalah menghasilkan model laut regional, khususnya untuk transformasi massa air di perairan Indonesia, yang berpotensi berdampak pada situasi global secara keseluruhan,” imbuhnya.
Baca juga: Bahan Bakar Fosil Sumbang 82 Persen Bauran Energi Global
Hadi menyadari bahwa penelitian tentang kemaritiman belum mendapatkan perhatian serius di Indonesia.
Dengan dukungan dari institut laboratorium berkelas dunia seperti LEGOS, ia yakin, pengembangan risetnya akan didukung dengan baik.
Salah satu visinya adalah mengembangkan digital twin ocean sebagai basis untuk pengolahan data terkait perubahan arus laut.
Sebagai partisipan vokasi pertama dalam program PHC Nusantara, Hadi berharap, risetnya dapat berjalan lancar.
Baca juga: Siapa Si Lalat Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?
Bersama mitra dari Prancis, mereka akan menjalankan riset bersama di laboratorium mitra, baik di Indonesia maupun di Prancis, dalam waktu dekat.
“Selain publikasi di jurnal internasional yang terindeks Scopus, kami juga berencana untuk merancang Autonomous Underwater Vehicles (UAVs)-drone bawah laut sebagai bagian dari hasil kolaborasi riset ini. Hal ini diharapkan dapat mengatasi tantangan dalam pemahaman kondisi bawah laut yang sangat bervariasi di Indonesia,” ujar Hadi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kiki Yuliati menekankan pentingnya penguatan dan kolaborasi riset serta inovasi.
Hal tersebut menjadi fokus utama Direktorat Pendidikan Vokasi (Diksi) Kemendikbudristek dalam upaya transformasi dan akselerasi perguruan tinggi vokasi di Indonesia.
Baca juga: Naik Tiap Tahun, Ini Perkiraan Biaya Pendidikan Anak dari TK sampai Perguruan Tinggi
“PHC Nusantara telah membangun ekosistem kolaborasi riset antara perguruan tinggi vokasi serta para peneliti dan ilmuwan dari luar negeri, terutama dari Prancis, untuk mengatasi tantangan global yang semakin kompleks, seperti perubahan iklim,” jelasnya.
Menurut Kiki, pengetahuan yang dibutuhkan tidak hanya dapat diperoleh dari satu sumber saja.
Oleh karena itu, sebut dia, kolaborasi menjadi kunci dalam mengembangkan pengetahuan yang dapat memperkuat ketangguhan manusia menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan.
“Selain itu, program ini juga akan mendorong publikasi bersama yang sangat penting untuk kemajuan riset dan pendidikan tinggi vokasi di Indonesia,” imbuh Kiki.
Baca juga: Kemendikbud Adakan Program Bantuan Dana Riset, Bisa Sampai Rp 75 Juta
Program PHC Nusantara melibatkan dosen dari politeknik negeri untuk pertama kali pada 2024. Adapun tujuannya adalah meningkatkan kapasitas dan kualitas riset dosen-dosen vokasi di Indonesia.
Program PHC Nusantara merupakan salah satu inisiatif Kemendikbudristek dalam mendorong akselerasi kualitas perguruan tinggi melalui kolaborasi riset internasional.
Program tersebut bertujuan untuk memperkuat kerja sama riset dan memperluas jaringan akademik perguruan tinggi negeri (PTN) Indonesia dengan dunia internasional, terutama dengan Prancis.
Baca juga: 6 PTN Masih Buka Jalur Mandiri Sampai Minggu Pertama Juli 2024
PHC Nusantara merupakan implementasi konkret dari kerja sama bilateral antara Indonesia dan Prancis di bidang pendidikan, yakni memfasilitasi kolaborasi antara peneliti Indonesia dan Prancis dalam bidang-bidang riset prioritas.
Di Prancis, PHC Nusantara dikoordinasikan oleh Kementerian Eropa dan Luar Negeri (MEAE) serta Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset (MESR). Sementara di Indonesia, program ini dikoordinasikan oleh Kemendikbudristek.
Program tersebut memberikan dana untuk mobilitas peneliti dengan tujuan mengembangkan pertukaran pengetahuan dan teknologi unggul antara pusat-pusat riset di kedua negara.
Baca juga: Landmark Treaty: Traktat Pelindung Pengetahuan Tradisional Masyarakat Adat (Bagian II-Habis)
Para penerima juga diharapkan dapat mengambil manfaat dari berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui kegiatan penelitian bersama (joint research).