KOMPAS.com - Keberadaan sektor e-commerce atau perdagangan elektronik di Indonesia telah menjadi fenomena yang semakin menonjol sejak masa pandemi Covid-19.
Dengan adanya pembatasan interaksi fisik, masyarakat dan pelaku usaha mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka serta solusi yang paling tepat ditemukan dalam bentuk transaksi berbasis online.
Sejak awal pandemi, transaksi perdagangan online telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, saat ini, perilaku pembelian masyarakat telah bergeser menuju pembelian berbasis online.
Hal tersebut tercermin pertumbuhan nilai perdagangan elektronik di Indonesia yang mencapai 78 persen, seperti yang dilaporkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Kemudian, berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), nilai transaksi perdagangan elektronik pada 2023 mencapai Rp 453,75 triliun dengan volume transaksi mencapai 3,71 miliar.
Dosen Program Studi E-Commerce Logistics Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) Hastuti Naibaho mengatakan bahwa pertumbuhan sektor e-commerce tidak lepas dari peran penting sektor logistik.
Menurutnya, sektor logistik menjadi tulang punggung dalam mendukung transaksi bisnis berbasis digital.
“Perusahaan logistik berperan sebagai perantara antara penyedia produk dan konsumen. Tanpa kinerja yang baik dari perusahaan logistik, perdagangan elektronik juga tidak akan mengalami pertumbuhan,” ucap Hastuti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (8/5/2024).
Selain itu, kata dia, kinerja perusahaan logistik memainkan peran penting dalam penilaian konsumen terhadap penjual produk di marketplace.
Baca juga: Tumbuh Pesat, Perusahaan Jasa Pengiriman Logistik KGX Rayakan HUT Ke-5
Menurut Hastuti, strategi bebas biaya kirim yang sering digunakan oleh marketplace dapat meningkatkan jumlah transaksi, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kepuasan konsumen.
“Kepuasan konsumen dalam perdagangan elektronik sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan logistik, baik dalam hal produk maupun layanan pasca transaksi,” ucapnya.
Hastuti mengungkapkan bahwa konsumen sering kecewa terhadap penyedia produk dan memberikan ulasan negatif sebagai akibat dari kinerja perusahaan logistik.
Ia mencontohkan, ketika produk tiba dalam keadaan rusak, konsumen akan merasa kecewa dan marah kepada penjual, bahkan mungkin mengajukan permintaan penggantian barang.
“Selain itu, konsumen juga sering merasa tidak puas dengan lamanya durasi pengiriman,” imbuh Hastuti.
Survei yang dilakukan oleh World Bank mengenai indikator-indikator yang menyebabkan rendahnya Logistic Performance Index (LPI) Indonesia menunjukkan bahwa waktu pengiriman (timelines), pelacakan dan penelusuran (tracking and tracing), serta kompetensi dan kualitas logistik (logistic competence and quality) menjadi faktor utama (Budiyanti, 2023).
Hastuti menilai bahwa kinerja perusahaan logistik yang kurang memuaskan, terutama dalam perdagangan elektronik akan menyebabkan penurunan minat beli masyarakat pada sektor e-commerce.
Baca juga: Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce
“Padahal, sektor e-commerce memiliki potensi dalam meningkatkan ekonomi Indonesia, terutama bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), karena memiliki akses, infrastruktur, dan layanan yang terbuka untuk menjangkau calon konsumen secara nasional,” jelasnya.
Oleh karena itu, fokus terhadap peran penting kualitas layanan perusahaan logistik dalam perdagangan elektronik masih perlu ditingkatkan.
Sebab, potensi bisnis untuk sektor ini sangat menjanjikan karena masyarakat Indonesia memiliki preferensi yang tinggi terhadap transaksi elektronik. Menurut Hastuti, kualitas layanan yang baik akan menarik minat investor dalam sektor logistik.
Bersamaan dengan itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Triwulan IV-2023 sebesar 5,05 persen dan lapangan usaha yang memberikan kontribusi tertinggi adalah usaha transportasi dan pergudangan.
Baca juga: Krisis Iklim Bisa Bikin Dunia Boncos Rp 624 Kuadriliun, 30 Kali Lipat PDB Indonesia
Data tersebut menunjukkan bahwa sektor usaha logistik memiliki potensi menarik bagi investor karena menjadi tulang punggung dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Indonesia seharusnya mampu mencapai pertumbuhan PDB yang lebih tinggi pada 2024 jika sektor logistik dapat meningkatkan kinerjanya,” tutur Hastuti.
Berdasarkan hasil pemeringkatan Bank Dunia, kinerja perusahaan logistik Indonesia berada pada posisi ke-63 dari 139 negara dilihat dari Logistic Performance Index (LPI) Bank Dunia (Mahardika, 2023).
Padahal, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memprediksi perusahaan logistik dapat bertumbuh 5 sampai 8 persen sehingga akan memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan PDB Indonesia (Putra, 2023).
Hastuti mengungkapkan bahwa rendahnya LPI Indonesia saat ini menunjukkan adanya kendala yang dihadapi, seperti biaya logistik tinggi, infrastruktur yang belum memadai, dan layanan pelabuhan yang terbatas.