KOMPAS.com - Dunia pariwisata tengah menjadi buah bibir dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaannya menjadi magnet tersendiri dalam alur peningkatan ekonomi sebuah negara.
Sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia didukung dengan kekayaan alam dan budaya yang ada.
Pariwisata menjadi salah satu penyumbang utama devisa negara, mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan menciptakan jutaan lapangan kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain itu, semua pihak harus mengakui sektor ini berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat lokal dalam bentuk pengembangan berbasis komunitas dan individu.
Dengan demikian, masyarakat dalam satu destinasi wisata terlibat dalam pengelolaan wisata secara langsung yang mampu membantu peningkatan perekonomian.
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat lokal tentunya menjadi poin penting dalam pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan.
Baca juga: Bekerja Sama dengan Fasilitator Industri, MNP Gandeng Alcor Prime dan GOVOKASi
Pengetahuan dasar tentang hospitality, daya tarik wisata, keberlanjutan, adalah sebuah ilmu yang wajib diketahui oleh seluruh pelaku pariwisata.
Oleh karena itu, Program Studi Event Management, Multimedia Nusantara Polytechnic (MNP) melalui program Pengabdian Kepada Masyarakatnya (PKM) mencoba menyalurkan pengetahuan seputar pengembangan kepariwisataan kepada masyarakat dan komunitas Desa Sukawali, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang.
Desa Sukawali memiliki daya tarik wisata karena merupakan salah satu daerah di Kabupaten Tangerang yang letak geografisnya dekat dengan laut utara menjadikan desa ini terbagi menjadi dua wilayah pertanian dan pesisir.
Wilayah pertanian berkembang dengan baik. Mereka memiliki dua kelompok tani yang secara khusus berfokus pada pertanian, yakni Kontak Tani Harapan Jaya (KTHJ) dan Kelompok Wanita Tani.
Menariknya, untuk bagian pesisir, Desa Sukawali mempunyai pantai yang biasa disebut dengan Pantai KSS yang dikelilingi Hutan Negara dengan berbagai mangrove.
Baca juga: MNP Fest 2024, Implementasi Praktik Mahasiswa Multimedia Nusantara Polytechnic
Kelompok Kampung Bahari Nusantara (KKBN) yang menjadi salah satu komunitas penggerak pariwisata di pesisir.
PKM dosen itu dilaksanakan dalam kurun waktu Agustus–Desember 2024, melibatkan dosen lain sebagai anggota dan mahasiswa menjadi surveyor/fasilitator.
Dosen dan mahasiswa Event Management MNP menyusun strategi untuk program PKM yang saling berhubungan untuk mengoptimasi pengelolaan destinasi wisata di Desa Sukawali dengan konsep ecotourism.
Ecotourism adalah adalah bentuk pariwisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dengan fokus pada konservasi alam, pemberdayaan masyarakat lokal, dan pendidikan bagi wisatawan.
Konsep itu menekankan pada keberlanjutan ekologi, budaya, dan ekonomi di kawasan yang menjadi destinasi wisata.
Program PKM pertama di mulai dengan inventarisasi dan pemetaan potensi desa wisata yang diketuai Aditya Rizki Rinaldi dan dibantu mahasiswa.
Baca juga: Tingkatkan Soft Skill dan Hard Skill Mahasiswa, MNP Implementasikan Professional Development Journey
Pemetaan tersebut menghasilkan laporan akhir yang merupakan saran pengembangan potensi wisata.
Laporan tersebut akan menjadi bekal dalam membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan masterplan desa wisata.
Langkah selanjutnya dengan sosialisasi sadar wisata dan sapta pesona dengan sasaran KKBN, pedagang sekitar Pantai KSS, Binamas, Bintara Pembina Desa (Babinsa), perangkat desa, KTHN, dan masyarakat sekitar yang dilaksanakan Yuli Setiawati dan tim.
Sosialisasi itu merupakan langkah awal dalam mempersiapkan SDM pengelola Destinasi wisata.
Sadar wisata adalah konsep yang mengajak masyarakat untuk memahami dan berperan aktif dalam mengembangkan pariwisata di wilayahnya.
Konsep itu bertujuan meningkatkan kesadaran bahwa sektor pariwisata mampu mendukung pertumbuhan ekonomi, pelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan.
Baca juga: Mahasiswa MNP Belajar Manajemen Rantai Pasok Secara Langsung di LEL Warehouse
Sadar wisata dipadukan dengan sapta pesona, yakni konsep pendukung pengalaman wisata di sebuah destinasi wisata yang memiliki tujuh unsur utama, yaitu aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.
Setiap unsur mencerminkan nilai-nilai yang diharapkan dapat diimplementasikan masyarakat untuk mendukung daya tarik destinasi wisata.
Sebagai penutup, pelatihan aktivasi media sosial komunitas diberikan Liza Khairunnisa.
Dia menyebutkan, media sosial di era ini menjadi satu hal yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat tanpa terkecuali.
Segala informasi tersalurkan melalui media sosial baik negatif maupun positif, peluang-peluang dalam berbagai bidang juga muncul sebagai dampak dari cepatnya arus pertukaran informasi di media sosial.
Melalui kemampuan tersebut, media sosial hadir sebagai mitra pariwisata dalam penyebaran informasi.
Baca juga: Tantangan SDM Vokasi dalam Menyambut Visi Indonesia Emas 2045
Destinasi pariwisata yang dipasarkan melalui media sosial akan mampu menjangkau berbagai kalangan dimanapun mereka berada.
Semakin banyak informasi yang bisa digali destinasi wisata menjadi semakin memiliki daya tarik.
Namun, tantangannya adalah memulai dan menghidupkan media sosial yang memerlukan keberanian dari komunitas penggerak.
Pelatihan tersebut hadir sebagai pemacu untuk komunitas mengenalkan daya tarik wisata Desa Sukawali, khususnya di area Pantai dan Kawasan Hutan Negara.
PKM itu disusun sebagai perwujudan MNP mendung secara penuh pelaksanaan SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Poin yang disasar adalah memiliki keterkaitan erat dengan sektor pariwisata, terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Baca juga: Melalui Pemanfaatan Tools Digital, Bisnis Kecil Bisa Naik Kelas Jadi E-commerce
Pengimplementasian SDGs poin ke 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), adalah poin awal pelaksanaan PKM.
Poin itu mempromosikan pariwisata yang bermanfaat dan berkelanjutan sehingga selain mampu mendukung sektor perekonomian bagi masyarakat setempat dan negara, komitmen menjaga lingkungan adalah keharus bagi semua pihak.
Komunitas atau pengelola pariwisata wajib berkontribusi dalam mengembangkan dan memantau keberlanjutan sebuah pariwisata.
Maka dari itu, diperlukan komunitas yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang destinasi wisata yang mereka kelola.
Pada SDGs 12, tercermin dari poin 12.b, yakni mengembangkan dan menerapkan perangkat untuk memantau dampak pembangunan berkelanjutan terhadap pariwisata berkelanjutan yang menciptakan lapangan kerja dan mempromosikan budaya lokal.
PKM itu juga menitikberatkan pada SDGs poin 14, penegasan pentingnya menjaga dan mengelola laut dan lautan secara berkelanjutan.
Baca juga: Peran Penting Logistik dalam Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
Dengan sadar wisata dan sapta pesona pemanfaatan laut dan hutan mangrove tetap dengan konsisten melestarikan keanekaragaman hayati terutama laut dan pesisir, memastikan penanganan masalah lingkungan laut dengan kampanye melalui sosial media.
PKM itu diharapkan menjadi tolok ukur masyarakat Desa Sukawali dalam tahapan awal membangun pariwisata yang sesuai dengan pengertian ecotourism.
Dalam hal ini, perguruan tinggi bisa saling berdampingan dengan lingkungan menuju kesejahteraan yang bijaksana.
PKM itu bukan akhir dari segala kontribusi MNP untuk masyarakat, melainkan gerbang pembuka untuk turut serta dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.
Artikel ini ditulis oleh Afifa Lestari, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat MNP.