KOMPAS.com - Kondisi ekonomi keluarga di Indonesia semakin terasa berat, apalagi di tengah pelambatan ekonomi global dan tekanan harga kebutuhan pokok.
Bagi masyarakat kelas menengah, jalan untuk naik kelas secara sosial dan ekonomi terasa semakin sempit karena ketidakpastian yang terus membayangi.
Namun demikian, harapan tetap ada. Salah satu solusi yang masih dapat diupayakan adalah peningkatan kualitas pendidikan, terutama melalui pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi memang bukan hal yang murah, namun beasiswa kuliah dapat menjadi penyelamat di tengah lemahnya ekonomi keluarga.
“Melalui beasiswa kuliah, ekonomi keluarga yang saat ini sedang melemah pasti akan sangat terbantu untuk lebih stabil,” ucap Public Relations Coordinator Multimedia Nusantara Polytechnic ( MNP) Fakhriy Dinansyah melalui siaran persnya, Kamis (24/4/2025).
Baca juga: 8 Kebiasaan yang Membuat Orang Terjebak di Kelas Menengah
Menurut data Bank Dunia, kelas menengah mencakup individu dengan pengeluaran antara Rp1,2 juta hingga Rp 6 juta per bulan.
Kelompok tersebut menjadi penggerak konsumsi nasional dan sebagian besar berada di usia produktif.
Namun, mereka juga yang paling rentan terhadap risiko ekonomi, terutama ketika kehilangan pekerjaan atau penghasilan utama.
Dalam situasi itu, Fakhriy menjelaskan bahwa pendidikan dan pelatihan kerja yang relevan tidak lagi bersifat opsional, melainkan menjadi kebutuhan mendesak.
“Tanpa keterampilan baru dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan industri, kelas menengah akan semakin tertinggal dalam persaingan pasar kerja,” imbuhnya.
Sebagai solusi jangka menengah, lanjut Fakhriy, perguruan tinggi memegang peranan penting dalam mendukung kesejahteraan keluarga kelas menengah.
Namun, biaya pendidikan tinggi yang menurut BPS terus meningkat 10 hingga 15 persen setiap tahun menjadi hambatan tersendiri.
Beruntung, banyak perguruan tinggi kini menawarkan beragam skema beasiswa untuk meringankan beban tersebut. Mulai dari beasiswa prestasi akademik dan nonakademik, beasiswa dari mitra industri, hingga beasiswa berbasis portofolio calon mahasiswa.
Beragam beasiswa kuliah memang tersedia di banyak perguruan tinggi, tetapi tidak semuanya bisa dipilih secara sembarangan.
Jika tidak tepat sasaran, kata Fakhriy, beasiswa justru bisa membuang waktu, baik karena kualitas pendidikan yang tidak memadai maupun karena proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
Baca juga: KLH Targetkan Industri Semen Bisa Olah Limbah Jadi RDF
Padahal, tujuan utama beasiswa adalah meningkatkan kapasitas mahasiswa sekaligus membantu meringankan beban ekonomi keluarga.
Di tengah tantangan ekonomi saat ini, perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta harus hadir sebagai solusi nyata bagi keluarga yang kesulitan menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan tinggi.
“Diperlukan metode pembelajaran yang interaktif, inklusif, dan selaras dengan kebutuhan dunia kerja, agar lulusan memiliki daya saing dan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga secara langsung,” ucap Fakhriy.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, salah satu model pendidikan yang mampu menjawab tantangan tersebut adalah politeknik.
Baca juga: Cara Daftar Politeknik Perkeretaapian Indonesia 2025 Milik Kemenhub
Melalui pendekatan project based learning, lanjut Fakhriy, lulusan, terutama yang bergelar Sarjana Terapan dibekali kemampuan teknis sekaligus manajerial, yang dibutuhkan di berbagai sektor industri.
Selain kesiapan dari perguruan tinggi, calon mahasiswa dari SMA/SMK/sederajat juga perlu mempersiapkan dokumen pendukung untuk bisa mendapatkan beasiswa.
Mayoritas program beasiswa mensyaratkan portofolio karya, bukti prestasi akademik maupun nonakademik, serta surat rekomendasi dari sekolah atau pihak terkait.
Salah satu referensi beasiswa prestasi unggulan yang dapat dijadikan acuan tersedia di laman mnp.ac.id/admission/promo