KOMPAS.com – Pertumbuhan industri meeting, incentive, convention, exhibition ( MICE) dalam satu dekade terakhir semakin pesat. Sektor usaha ini juga dikenal sebagai salah satu lahan yang memiliki perkembangan paling cepat di antara semua sektor di lingkup pariwisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Liza Khairunnisa Gultom dan Nurbaeti dan Nurbaeti dari Multimedia Nusantara Polytechnic ( MNP) menyebutkan, Indonesia menduduki peringkat 41 dengan jumlah pertemuan MICE sebanyak 95. Peringkat ini berdasarkan data International Congress and Convention Association (ICCA) Rangking Report 2019.
Data tersebut diambil sebelum masa pandemi dan cukup memberikan gambaran pada potensi MICE di Indonesia pascapandemi Covid-19. Dari sana, dapat terlihat bahwa Indonesia memiliki potensi destinasi MICE yang dapat dikembangkan.
Beberapa daerah yang memiliki potensi di industri MICE adalah Bali dan Jakarta. Provinsi Bali menduduki peringkat 15 dengan 42 pertemuan MICE. Sementara itu, Jakarta, berada di peringkat 32 dengan 22 pertemuan MICE.
Baca juga: 8 Mahasiswa Berprestasi LLDikti DKI Jakarta Melaju ke Pilmapres 2024 Nasional
Teknologi dan SDM yang terhubung optimalkan industri MICE
Besarnya potensi industri MICE tidak lepas dari peran kinerja sumber daya manusia (SDM) yang menggawanginya. Selain itu, industri ini juga tidak lepas dari peran teknologi informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.
Hasil penelitian Liza dan Nurbaeti memaparkan bahwa penerapan teknologi informasi memiliki pengaruh yang konkret pada kinerja SDM. Selain itu, penerapan teknologi juga berpengaruh signifikan terhadap kesuksesan penyelenggaraan event.
Oleh sebab itu, SDM yang terlatih dan memiliki keterampilan dalam mengoperasikan berbagai teknologi terkini sangat diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan industri MICE.
Pendidikan vokasi penyalur SDM melek teknologi
Salah satu penyumbang sumber daya yang terampil dalam teknologi adalah institusi pendidikan vokasi.
Kepala Biro Perencanaan dan Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Paulus Riyanto mengungkapkan, pengembangan pendidikan vokasi sendiri adalah bagian dari pengembangan ekonomi industri KEK.
Baca juga: Kemendikbud: Mahasiswa Penerima KIP Kuliah kalau Sudah Mampu Harus Diganti
“Lulusan vokasi diharapkan terserap melalui perekrutan tenaga kerja lokal di KEK,” ujar Paulus dalam siaran persnya, Rabu (8/5/2024).
Pernyataan tersebut turut mengonfirmasi penelitian Liza dan Nurbaeti bahwa KEK membutuhkan SDM yang terampil di ekosistem industri KEK, salah satunya adalah industri event dan MICE.
Adapun Program Studi Event Management MNP dapat menjadi salah satu alternatif bagi industri pariwisata untuk mendapatkan SDM yang terampil dan sesuai dengan kebutuhan di era ini.
Sumber daya yang dihasilkan melalui program tersebut tidak hanya terampil dalam mengelola event dan MICE secara profesional, tetapi juga cepat beradaptasi dalam perkembangan teknologi industri yang pesat.
Baca juga: Pembelajaran Berbasis Bermain dalam Pendidikan Usia Dini
Keunggulan tersebut, tidak lepas dari kerja sama industri, metode pembelajaran berbasis project, dan kurikulum yang dapat menghasilkan SDM yang sesuai kebutuhan industri pariwisata yang dinamis.
Sebagai informasi, MICE merupakan bisnis pariwisata yang tiap penyelenggaraan kegiatannya melibatkan berbagai jasa usaha pariwisata, seperti professional conference organizer (PCO), professional exhibition organizer (PEO), convention service, dan hotel.
Selain itu, food and beverage, logistik, transportasi, hiburan, dan berbagai bagian lain juga terlibat dalam industri MICE ini.