HMPV: Ancaman Baru atau Bagian dari Siklus Virus Pernapasan?

Kompas.com - 20/01/2025, 19:05 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya. DOK. Unika Atma Jaya Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya.

 

 

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah meninggalkan jejak mendalam di seluruh dunia, baik dalam hal trauma psikologis maupun dampak sosial-ekonomi.

Setelah hampir lima tahun hidup di bawah bayang-bayang virus SARS-CoV-2, dunia kini dihadapkan pada munculnya peningkatan kasus infeksi Human Metapneumovirus ( HMPV).

Virus tersebut merupakan salah satu penyebab utama infeksi saluran pernapasan dan menular melalui droplet, serupa dengan cara penyebaran Covid-19. Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat, “Apakah HMPV berpotensi menjadi ancaman global baru, ataukah hanya bagian dari siklus normal infeksi virus pernapasan yang datang dan pergi?”.

Menurut dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya (UAJ) Dokter Daniel Edbert, HMPV tidak memiliki karakteristik yang sama dengan Covid-19 dalam hal tingkat disrupsi populasi.

Baca juga: Disrupsi Guru: Ramalan yang Jadi Nyata

HMPV adalah virus asam ribonukleat (RNA) untai tunggal yang menyebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan, namun sifatnya tidak seberbahaya SARS-CoV-2,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (20/1/2025).

Virus tersebut, lanjut dia, memang dapat menyebabkan gejala yang parah pada kelompok rentan, seperti anak-anak kecil, orang lanjut usia (lansia), dan individu dengan sistem imun yang lemah.

Namun, sebagian besar infeksi HMPV terbatas pada gejala ringan seperti pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, nyeri sendi, dan sakit kepala.

Daniel juga menjelaskan bahwa infeksi HMPV, meskipun menular, lebih ringan dan tidak memiliki karakteristik unik yang membuatnya sulit dideteksi seperti Covid-19.

Baca juga: Jepang Denda Dewi Soekarno Rp 3 Miliar Usai PHK 2 Pegawai Saat Pandemi Covid-19

“Pada infeksi Covid-19, kita menemukan gejala spesifik seperti anosmia atau hilangnya indera penciuman dan happy hypoxia (kekurangan saturasi oksigen tanpa disadari), yang membuat deteksi dini menjadi sulit. Gejala-gejala tersebut tidak ditemukan pada HMPV,” jelasnya.

Sementara itu, gejala infeksi HMPV yang lebih berat meliputi sesak napas, nyeri dada, pusing, kelelahan berat, dehidrasi, atau demam tinggi yang tidak kunjung membaik.

“Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, sangat disarankan untuk segera mencari bantuan medis,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Daniel mengungkapkan bahwa angka kematian yang disebabkan oleh HMPV jauh lebih rendah dibandingkan dengan SARS-CoV-2.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Virus SARS Pertama Kali Terdeteksi di China

Virus HMPV juga tidak baru di dunia kesehatan. Sejak ditemukan, virus ini diketahui sebagai salah satu penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas dan atau bawah pada manusia.

Dalam banyak kasus, infeksi terjadi sebelum usia lima tahun, dan beberapa orang mungkin mengalami infeksi ulang di kemudian hari.

“Karena gejalanya sering kali mirip dengan infeksi saluran pernapasan lain, banyak kasus HMPV yang tidak terdiagnosis secara spesifik. Ini berbeda dengan Covid-19 yang gejalanya sangat khas dan langsung diwaspadai oleh masyarakat,” tutur Daniel.

Infeksi HMPV pada orang sehat umumnya terbatas pada gejala infeksi saluran napas atas yang ringan, seperti pilek dan batuk.

Baca juga: Waspada Batuk Rejan pada Anak, Jika Tidak Ditangani Bisa Sebabkan Kematian

Namun, bayi prematur, individu dengan sistem imun yang lemah, atau mereka yang memiliki penyakit kronis pada paru-paru, saraf, atau jantung dapat menunjukkan gejala yang lebih berat.

Pada kelompok rentan tersebut, infeksi HMPV dapat menyebabkan komplikasi serius dan membutuhkan penanganan medis lebih lanjut.

Jadi, apakah HMPV berpotensi menjadi pandemi baru?

Menurut Daniel, jawaban singkatnya adalah tidak. Meskipun HMPV merupakan virus yang menular melalui droplet seperti Covid-19, penyebarannya dapat lebih mudah dikontrol.

“Kita sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman dari pandemi Covid-19. Langkah-langkah pencegahan seperti sering mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker sangat efektif dalam mencegah penyebaran virus pernapasan seperti HMPV,” katanya.

Baca juga: Pakar: Bukan Kasus HMPV yang Naik Banyak, tapi Virus Pernapasan Lain

Dengan pengetahuan yang dimiliki saat ini, lanjut dia, risiko HMPV menyebabkan pandemi global sangat rendah.

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya. DOK. Unika Atma Jaya Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya.

Daniel juga menekankan bahwa meskipun HMPV bukan ancaman besar, masyarakat tetap harus waspada, terutama bagi kelompok rentan.

Langkah-langkah sederhana seperti menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, mencuci tangan secara rutin, serta menjaga kebersihan lingkungan tetap penting.

“Selain itu, hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang belum dicuci, dan usahakan untuk menghindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit,” jelasnya.

Baca juga: Tampak Lucu, Ternyata Peaknose, Scottish Fold, dan Munchkin adalah Kucing Cacat yang Rentan Sakit

Bagi pasien yang memiliki gejala batuk atau pilek, sangat disarankan untuk tidak berbagi gelas atau peralatan makan dengan orang lain, menjaga jarak dengan orang lain, dan tetap di rumah saat sedang sakit.

Membersihkan permukaan yang mungkin terkontaminasi, seperti gagang pintu dan mainan bersama, juga merupakan langkah penting untuk mencegah penyebaran HMPV.

Virus HMPV mungkin bukan ancaman global, namun tetap bisa menyebabkan masalah serius pada individu dengan kondisi kesehatan tertentu.

Sifat HMPV yang lebih ringan dan risiko kematian yang rendah juga menempatkannya dalam kategori yang berbeda dibandingkan dengan SARS-CoV-2.

Baca juga: Gelombang Perairan Selatan Labuan Bajo Kategori Tinggi, Masyarakat dan Pelaku Wisata Diimbau Waspada

Meski begitu, infeksi ini tetap bisa menjadi masalah jika tidak ditangani dengan benar, terutama pada kelompok rentan. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dalam mencegah penyebaran infeksi harus tetap dijaga.

Karakteristik infeksi HMPV

Pada kesempatan tersebut, Daniel menjelaskan bahwa pada 2016, virus HMPV diklasifikasikan ulang ke dalam famili Pneumoviridae.

“HMPV adalah virus RNA beruntai tunggal negative sense dan memiliki kapsul fosfolipid. Sebagai virus RNA negative sense, HMPV mampu memperbanyak diri dengan cepat setelah masuk ke dalam saluran pernapasan, menimbulkan gejala yang akut,” jelasnya.

Namun, karena sifatnya sebagai virus RNA beruntai tunggal, infeksinya bersifat akut dan kurang stabil. Ini terjadi karena proses replikasi RNA yang lebih rumit dan membutuhkan lebih banyak "peralatan" enzimatik dibanding virus asam deoksiribonukleat (DNA).

Baca juga: Sampel DNA 13 Keluarga Korban Kebakaran Glodok Plaza Diambil, Identifikasi Butuh Waktu hingga 2 Pekan

Selain itu, tidak adanya untai pasangan yang dapat digunakan untuk mengoreksi urutan gen yang salah replikasi, membuat proses replikasi ini lebih rentan terhadap kesalahan.

Virus HMPV memiliki kapsul fosfolipid, yang memungkinkannya masuk ke dalam sel manusia dengan mudah.

“Virus ini memerlukan media penghantar untuk berpindah dari satu orang ke orang lain, dan media ini disebut droplet atau cairan yang keluar dan terhirup saat seseorang batuk atau bersin,” ucapnya.

Selain itu, "fomites" juga berperan, yaitu droplet yang mengering di permukaan kulit atau benda, dan virus dapat menular melalui kontak langsung, seperti berjabat tangan, atau dengan menyentuh benda yang terkontaminasi, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.

Baca juga: 59 Prodi di SNBP 2025 yang Pertimbangkan Nilai Mata Pelajaran Pendukung

Karena kapsul fosfolipid ini terdiri dari lemak, fosfat, dan protein, virus akan mudah rusak jika terkena sabun, alkohol 70 persen, klorin, panas, dan pengeringan.

Menariknya, virus yang memiliki kapsul fosfolipid seperti HMPV sangat mudah terserap dan menempel pada masker medis karena muatan statiknya. Ini membuat penggunaan masker medis menjadi langkah pencegahan yang sangat efektif jika digunakan dengan disiplin oleh penderita.

Bagikan artikel ini melalui
Oke