KOMPAS.com – Perkembangan teknologi pada transformasi digital mendorong berbagai perubahan di segala sektor pekerjaan, termasuk di dunia pendidikan.
Salah satu arah transformasi digital di dunia pendidikan adalah adanya kolaborasi antara pendidikan dan teknologi atau disebut education technology ( edtech).
Pada perkembangan edtech, guru yang menjadi ujung tombak dan agen transformasi dalam proses mencerdaskan generasi penerus bangsa, khususnya generasi alfa, harus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Melihat hal tersebut, Putera Sampoerna Foundation (PSF) sebagai institusi bisnis sosial yang fokus pada peran pendidikan dalam pembangunan menginisiasi sejumlah program untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan masa depan.
Salah satu program tersebut adalah Guru Binar. Program ini adalah wadah pengembangan karier guru melalui pelatihan dan berbagai pengembangan keprofesian yang holistik, terpadu, dan sistematis.
Baca juga: Keahlian Teknologi Pembelajaran Terkini Perlu Dimiliki Dosen dan Mahasiswa
Guru Binar bertujuan meningkatkan akses pelatihan guru melalui pelatihan yang terstruktur, terukur, dan sesuai kebutuhan sehingga memungkinkan peserta belajar kapan pun, di mana pun secara daring (belajar mandiri).
Guru Binar menyediakan materi pelatihan yang dikembangkan sesuai kebutuhan peserta. Pelatihan dilakukan dengan pendekatan online, sehingga fleksibel atau sesuai dengan waktu peserta, tetapi tetap terstruktur dan terukur atau dilengkapi dengan analisis pembelajaran.
Selain itu, setiap guru yang mengikuti Guru Binar juga akan mendapatkan umpan balik dan coaching pada setiap keterampilan yang dikembangkan.
Saat ini, Guru Binar menyediakan tiga program kelas pelatihan, yakni Guru Berkarya, Guru Merdeka, dan Guru Transformatif.
Ketiga program tersebut memiliki fokus masing-masing dengan satu tujuan, yakni guru dapat mengembangkan hard skills berupa literasi digital, desain perencanaan, analisis, pedagogi, dan keterampilan spesifik lainnya sesuai topik pelatihan.
Baca juga: Teknologi dan Kualitas Pendidikan Jadi Prioritas pada G20
Kemudian, guru juga dapat mengembangkan soft skills yang berupa manajemen waktu, reflektif, integritas, berpikir logis dan kritis, kolaborasi, serta pemecahan masalah secara efektif dan kreatif.
Beberapa topik kelas yang disediakan adalah Pembelajaran Kreatif melalui Media Sosial yang dapat diakses pada Guru Berkarya, Pembelajaran Gamifikasi pada Kelas Abad 21 pada Guru Merdeka, dan Design Thinking dalam Project Based Learning pada Guru Transformatif.
Untuk mengoptimalkan kelas-kelas pelatihan, Guru Binar mengadakan beragam program-program pendukung lainnya, seperti kelas kolaborasi, webinar, live coaching, dan sharing session.
Salah satu dari 200 guru penerima beasiswa Guru Binar, Felix Catur Inda Wijaya menyampaikan, pandemi Covid-19 menuntut dan memaksanya terus berinovasi menciptakan teknik pembelajaran yang kreatif dengan menggabungkan metode e-learning.
“Keputusan saya untuk mengikuti program beasiswa yang ditawarkan Guru Binar dengan Education New Zealand (ENZ) merupakan solusi terbaik atas kendala yang saya alami,” kata guru Sejarah kelas 10 di SMAN 6 Palangkaraya itu.
Baca juga: Guru Binar, dari Putera Sampoerna Foundation untuk Guru Tanah Air
Felix mengatakan, ilmu yang didapatkan dari program pelatihan Guru Binar memperkuat kemampuan mengajarnya.
“Program ini juga memudahkan saya menerapkan teknologi dan berbagai aplikasi di kelas serta mendorong siswa untuk lebih semangat belajar karena belajar sekarang terasa menyenangkan,” jelasnya.
Head of Development and Program Putera Sampoerna Foundation Juliana menyampaikan, tantangan terbesar guru dan orangtua zaman sekarang adalah mempersiapkan generasi alfa untuk pekerjaaan yang belum pernah ada, teknologi yang belum ditemui, tantangan hidup yang lebih kompetitif, dan kehidupan masyarakat yang lebih individualistis.
Laporan World Bank bertajuk EdTech in Indonesia : Ready for Take-off? menyebutkan, tantangan besar sektor edtech di Indonesia adalah banyaknya guru yang masih menolak perubahan atau resist to change.
Kemudian, ada juga pengembangan profesional yang masih menjadi tanggung jawab pemimpin sekolah atau beberapa pengajar belum bersedia berinvestasi dalam pengembangan profesional sendiri.
Baca juga: Empat Fondasi Pembelajaran Indonesia, Percepat Transformasi Digital
Ada juga faktor rendahnya tingkat literasi digital sehingga memperlebar kesenjangan bagi para guru yang menggunakan teknologi dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyebutkan, 60 persen guru di Tanah Air masih memiliki keterbatasan kemampuan dalam memahami teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Oleh karenanya, Juliana mengingatkan setiap guru untuk terus belajar agar bisa beradaptasi dan berinovasi dalam melaksanakan pendidikan pda era digital.
“Bersama Guru Binar, guru dapat terus mengembangkan profesionalitasnya melalui pembelajaran mandiri yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dengan topik pelatihan dan jenis pengembangan diri yang disesuaikan dengan kebutuhannya,” terangnya.
Selain guru, orangtua juga memegang peran penting dalam menyiapkan anak menghadapi tuntutan zaman.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orangtua, yakni belajar memahami teknologi digital agar anak dapat mengembangkan diri dan terus memanfaatkan teknologi era digital dengan pengawasan.
Baca juga: Cerita Dua Guru Terapkan Teknologi Maksimalkan Pembelajaran di Daerah
Kemudian, orangtua juga bisa menjadi teman diskusi bagi anak agar mereka dapat mengembangkan kemampuannya dan mencapai tujuan belajarnya serta memfasilitasi anak untuk berani mengejar mimpi mereka.