KOMPAS.com – Gap year adalah sebuah periode ketika seseorang memutuskan rehat dari proses pendidikan formalnya baik itu masa sekolah ataupun memasuki masa kuliah.
Sebagai contoh, seorang lulusan sekolah menengah atas (SMA) yang memilih tidak langsung melanjutkan kuliah ketika lulus. Ini berarti ia sedang mengambil gap year atau sabbatical year.
Pelajar memilih gap year atau tahun jeda bisa karena ingin bekerja dulu, belum menemukan jurusan yang cocok untuk kuliah, atau karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung untuk melanjutkan kuliah.
Oleh karenanya, gap year bukan berarti menanti kegagalan atau menunda kesuksesan. Memutuskan pilihan gap year juga bisa jadi keputusan terbaik karena sukses akan tetap bisa diraih.
Ditilik dari sejarahnya, konsep gap year bermula dari tradisi pemuda Jerman sebelum Perang Dunia ke-1. Pada waktu itu, mereka memutuskan rehat dari sekolah untuk berkeliling Eropa sebagai proses pendewasaan dan pencarian jati diri.
Baca juga: 3 Kerugian Gap Year, Bisa Bikin Malas dan Keluarin Banyak Uang
Akhirnya, konsep gap year menyebar ke seluruh dunia, mulai dari Asia, Eropa, Amerika, hingga Afrika.
Di Indonesia, memilih untuk gap year masih dianggap belum wajar. tetapi sudah banyak yang memutuskannya. Keputusan memilih gap year memang sangat bervariatif.
Ada banyak faktor yang mengharuskan siswa pada akhirnya mengambil gap year.
Universitas Bina Sarana Informtiksa (BSI) dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Senin (27/9/2021) menjelaskan, beberapa contoh alasan dan solusi dari adanya gap year.
Belum menemukan jurusan impian memang masalah klasik. Namun, alasan ini memang masih sering dialami para siswa karena belum mampu mengambil keputusan akibat kegalauan dalam memilih.
Baca juga: Apa yang Bisa Dilakukan Selama Gap Year?
Alasan ini juga disebabkan kurangnya informasi tentang beragam program studi (prodi) yang diterima para siswa.
Oleh karenanya, mereka belum bisa membaca situasi dan kondisi, sehingga belum memutuskan kampus dan prodi yang menjadi tren saat ini.
Sebagai contoh, tren prodi favorit yang banyak diminati saat adalah teknologi digital. Berkaca dari sini, para siswa bisa saja memilih kampus berbasis teknologi informasi atau teknologi digital.
Di Indonesia, sudah banyak perguruan tinggi yang berbasis teknologi, seperti Universitas Bina Nusantara (Binus), Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Universitas Nusa Mandiri (UNM), Universitas Trisakti, Universitas Mercu Buana, Universitas Pelita Harapan (UPH), dan lainnya.
Kampus-kampus itu juga sudah menyediakan banyak pilihan prodi dengan background ilmu pengetahuan di bidang teknologi, seperti Ilmu Komputer, Bisnis Digital, Informatika, Teknologi Informasi, dan lainnya.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Stephanie Poetri Putuskan Ambil Gap Year
Masalah keuangan memang menjadi kendala yang sering terjadi saat seseorang memutuskan untuk memulai jenjang baru pendidikannya.
Untuk mengatasi masalah ini, banyak perguruan tinggi menyediakan kesempatan luas pada semua generasi yang bertekad kuat untuk melanjutkan pendidikan.
Perguruan tinggi tersebut menyediakan berbagai macam beasiswa, seperti Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) yang menyediakan beasiswa digital talent.
Ada juga UNM yang menyediakan beasiswa hebat, beasiswa transfer studi, dan lainnya. Selain itu, ada pula BRI Institute yang menyediakan beasiswa aperti dari Badan Usaha MIlik Negara (BUMN).
Baca juga: 4 Manfaat Gap Year, Salah Satunya Belajar Mandiri dari Orangtua
Lalu, ada Universitas Pancasila yang menyediakan beasiswa merdeka belajar, Universitas Budi Luhur menyediakan beasiswa kuliah online hingga lulus, Universitas Atma Jaya menawarkan beasiswa Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), dan lainnya.
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. Peribahasa ini sering sekali digunakan untuk mengajak generasi muda tidak bermalas-malasan dan lebih giat menuntut ilmu pengetahuan.
Oleh karenanya, banyak pelajar yang berencana sekolah ke luar negeri. Meski begitu, kuliah di luar negeri juga belum menjamin pelajar dengan masa depan yang bagus.
Sebab, semua memang kembali kepada pribadi masing-masing. Jika di dalam negeri saja sudah banyak ditemukan sekolah-sekolah atau kampus-kampus yang berkualitas, mengapa perlu mencari sekolah ke luar negeri.
Baca juga: Belum Dapat Tempat Kuliah, Universitas BSI Masih Buka Pendaftaran Gelombang Khusus
Apalagi, saat ini sudah ada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini membolehkan perguruan tinggi memberi kebebasan mahasiswanya mengikuti proses belajar di luar prodi dan kampusnya.
Dengan begitu, mahasiswa diberikan kebebasan untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuannya, tidak hanya pada bidang ilmu yang telah dipilihnya.
Kabar baiknya, hampir semua perguruan tinggi di Indonesia telah mulai menerapkan MBKM. Ini berarti, ada kemungkinan mahasiswa dalam negeri bisa ikut belajar di luar negeri.
Sebagai contoh, UNM, Universitas Padjadjaran, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas BSI, Universitas Trisakti dan lainnya sudah menerapkan MBKM.
Baca juga: Universitas BSI Gandeng Danacita, Kini Biaya Kuliah Bisa Dicicil
Kepenatan yang hebat memang membutuhkan rehat sejenak. Akan tetapi, rehat bukan berarti tidak melakukan apa pun dan tidak merencanakan sesuatu untuk masa depan.
Pelajar harus tetap mengisi waktu bekerja lepas di suatu perusahaan. Di sela-sela kegiatan itu, mereka bisa menggunakannya untuk tetap belajar.
Dengan begitu, pikiran pun tidak monoton hanya berkutat pada dunia pendidikan, tetapi juga ada selingan tentang dunia kerja.
Nah, bagi mereka yang memutuskan bekerja dan kuliah, bisa pula memilih kampus UNM, Universitas BSI, BRI Institute, Universitas Negeri Jakarta, UPH, Universitas Tarumanagara, Universitas Pancasila, dan lainnya.
Baca juga: Fasilitasi Pendidikan Insan Kreatif Dunia Digital, Universitas BSI Hadirkan Beasiswa Digital Talent
Pada intinya, memutuskan jeda setahun sah-sah saja. Namun, jangan sampai gap year justru menyurutkan semangat mengejar mimpi menjadi sukses di masa depan. Tetaplah bergerak meski berhenti sejenak itu diperbolehkan.